Welcome to the new world. End

17.8K 546 104
                                    

Archer hanya tertawa melihat istrinya marah dan pergi ke atas. Lain kali kalo bertanya sebaiknya sampai selesai, jadi pemahaman juga tidak akan setengah-setengah. Tingkah istrinya lucu sekali. Tidur dengan wanita. Tentu saja Archer melakukannya, beberapa kali. Bisa dibilang sering. Memang kenapa. Normal kan.

"Jangan sentuh ... !" kata Gracia galak.

"Why...?" tanya Archer sambil tersenyum.

"Kamu brengsek."

"Kenapa aku brengsek. Aku pria baik."

"Mana ada pria baik-baik yang tidur dengan wanita lain padahal sudah beristri..." Gracia marah-marah.

"Wanita lain...? Apa aku bilang wanita lain...?" Archer kembali menggoda istrinya.

"Tadi bilang, aku beberapa kali tidur dengan wanita ... itu apa ... ?" Gracia mulai menangis.

"Memang." Jawab Archer singkat.

"Tuh kan." Tangis Gracia semakin keras.

Archer membiarkan Gracia menangis, dia terlihat lucu. Wanita kalo marah otaknya jarang bisa mencerna. Prasangkanya lebih besar, dan lagi, tidak bisa diajak bercanda. Kepleset omongan sedikit, bisa jadi bencana.

"You played me." Kata Gracia sambil menangis.

"Aku tidak mempermainkanmu." Jawab Archer santai.

"Kamu selalu semaunya sendiri, terkadang terlalu sibuk dengan pekerjaanmu, dan sekarang ada wanita lain...how do I call this love...?!" Gracia masih meracau.

"I still call this love." Archer masih santai.

"You always said that you love me, but you lied ... So why do we call it love...?" Gracia masih juga berkicau.

"It is love, I will always call it love...." Archer sudah payah menahan tawanya.

"I hate you." Gracia bersimpuh di ranjang.

"And I love you." Jawab Archer.

"Kamu tidur dengan wanita." Gracia masih juga mengoceh di sela tangisnya.

"Apa kamu bukan wanita?" tanya Archer di telinga istrinya.

"Tentu saja aku wanita." Jawabnya ketus.

"Lalu apa masalahnya?"

"Kamu brengsek, kamu tidur dengan wanita lain, dan mau punya anak bersama dia."

"Oya... Siapa yang bilang begitu...?"

"Kamu kan ... ?"

"Aaaah, mungkin aku memang pria brengsek. Mau bagaimana lagi."

Gracia beranjak dari ranjang. "Telpon Daniel, siapkan pesawat untukku, aku mau pulang."

"Kamu mau pulang kemana...? Ini rumahmu."

"Aku mau pulang ke rumah mama, aku tidak mau disini bersama pria brengsek."

"Tidak boleh."

"Kenapa?" Tanya Gracia memelas.

"Kamu tidak boleh membawa anakku pergi."

"Anak yang mana?" Gracia menangis lagi.

"Yang kamu bawa."

"Aku tidak membawa anak siapa-siapa, aku mau pulang."

"Kamu membawa anakku."

"Apa?"

"Berapa bulan kamu tidak menstruasi?"

"Apa?"

"Kamu dulu terlihat pintar, kenapa semakin lama semakin bodoh?"

Gracia bingung.

I call it loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang