2. Archer

17.7K 787 30
                                    

Sudah seminggu pria itu berada di Indonesia, tingkahnya selalu membuat Kimmy kesal tiap hari. Archer tidak pernah ambil pusing segala omelan bibinya itu, bagaimana pun kelakuannya dia keponakan kesayangan. Kimmy tidak akan pernah bisa menolak apapun permintaannya, tidak satu pun. Meski terkadang memang dia sedikit merepotkan.

Hari ini Archer berhasil kabur keluar di sela keberangkatannya pemotretan di Yunani dengan membawa jazz hitam milik kepala pelayan yang dipulangkannya dalam kondisi hampir babak belur. Bibinya hanya bisa mengelus dada tanpa bisa banyak berbuat apa-apa lagi. Mau apa lagi, anak itu tidak bisa diberitahu dengan mulut. Meski kesal tapi Kimmy kembali hanya bisa diam.

Anak ini baru saja di sini, jalan pun masih belum hafal. Belum lagi dia belum terbiasa dengan letak setir di sini, setiap Archer keluar membawa mobil sendiri Kimmy selalu was-was. Apalagi Archer selalu membawa mobil apa saja yang bisa dia temui di rumah. Tidak perduli mobil milik siapa saja. Kimmy sambil berdiri hanya melihat ke arah keponakannya yang sikapnya sangat menguras emosi dan tenaga. Keponakan satu-satunya, harta paling berharga dari keluarga Ashton dan Grey.

Archer baru saja keluar dari sebuah city car berwarna hitam yang sedikit tampak babak belur. Entah habis nabrak apa Archer tadi Kimmy benar-benar tidak tahu pasti. Yang dia pastikan hanyalah keponakannya tidak terluka sedikitpun. Itu yang paling penting. Kalau tidak bagaimana dia akan bicara kepada grandma, wanita itu akan murka bila tahu Archer tergores meski cuma satu senti, dia adalah cucu kesayangan grandma.

"Malam Mr. Pram, mobil anda sedikit broken, Kimmy will take care of it, thank you. " Archer menyerahkan kunci mobil kepada pak Pram yang hanya bisa menarik nafas panjang,

"Yes Sir," jawab mr. Pram.

Sementara Kimmy menatap pemandangan itu sambil bersendekap dan menggelengkan kepala. Apalagi memang yang bisa dia lakukan, anak itu tidak pernah mau mendengarkannya. Mau Kimmy mengomel panjang seperti rel kereta api, Archer pasti cuma akan tersenyum dan pergi. Sia-sia.

Archer menapaki satu persatu anak tangga menuju kamarnya, bayangan wajah manis yang kebingungan tadi masih menghiasi mata dan pikiran Archer. Sebenarnya tadi dia ingin berada di sana lebih lama, mengajak ngobrol sambil bicara tentang perbaikan mobil nungkin. Tapi itu tidak mungkin terjadi. Smartphone Archer terus menerus berdering

"Archer, where have you been?! Aku harap kamu tidak lupa jadwalmu. Kita sudah terlambat. " Semprot Simon, managernya dengan marah begitu melihat Archer masuk kamar.

"I've been here, apa kamu akan rewel juga hari ini? Come on, nanti kau akan cepat tua." Jawab Archer sekenanya.

Kamar Archer dipenuhi dengan para manusia, ada manager dan beberapa asisten yang mengurus segala keperluannya. Archer memang tidak terbiasa mengurus dirinya sendiri. Coba saja tanyakan di mana sepatunya, Archer pasti cuma akan menunjuk ke arah walking closetnya. Tepatnya di mana Archer pasti tidak bisa menjawab.

Bukannya bersiap, Archer memilih menaikkan tubuhnya ke atas sofa. Dia mengingat kejadian tadi. Wanita tadi sangat cantik.
Dia mengeluarkan smartphone nya, ya nomer ini, dia akan simpan, Archer tersenyum simpul, sayangnya dia harus segera pergi hingga beberapa hari ke depan.

"Sorry girl, I'll meet you later, you should wait for me. Ahh she is so cute." Gumamnya senang.

Foto profil Gadis itu terlihat manis sekali, berbeda dengan para gadis yang dia temui di catwalk atau pun pas pemotretan. Apalagi tadi, wajahnya yang terlihat lelah, khawatir namun polos membuatnya ingin lebih mengganggunya. Sedikit aneh ketika merasa ada ketertarikan pada pandangan pertama. Biasanya dia tidak begitu, para wanita datang dan pergi begitu saja dan rasanya ya biasanya saja.

Simon berkacak pinggang kesal, bukannya bersiap kenapa malah bermain smartphone. Dia bisa memakai benda itu nanti ketika di perjalanan. Ada banyak waktu nanti, yang pasti bukan sekarang. "Bisa kita segera pergi Archer? atau aku akan masukin kamu dalam karung agar mudah dibawa." Teriak Simon kesal.

Teriakan Simon kembali membuyarkan lamunan Archer. Sikap managernya yang satu ini demikian menyebalkan. Archer paham kalau mereka harus segera pergi, 5 menit bukan permintaan yang berlebihan sih seharusnya.

"Kenapa orang-orang hobi sekali marah-marah, mereka akan cepat kena serangan jantung." Gumam Archer tanpa merasa bersalah.

Simon kembali berteriak, Archer terkadang heran dengan Simon. Apa tenggorokan dia tidak sakit kalau setiap hari dia selalu berteriak seperti itu. Dasar Simon, selalu ribut di mana saja dia berada. Archer menyeret kakinya mengikuti managernya yang ribut entah bicara apa saja. Simon selalu begitu, dia selalu ribut dan berteriak. Telinga Archer terasa penuh.

Rombongan para asisten dengan bawaan beberapa koper besar dengan sopan menyapa ketika melewati Kimmy. Semua orang sudah ribut, tapi makhluk tampan kesayangan keluarga ini masih juga santai. Kembali Kimmy menggelengkan kepala begitu melihat Archer menuruni anak tangga. Archer begitu sulit diatur. Ketika semua sudah panik dan ribut, Archer satu-satunya orang yang paling cuek dan santai. Entah bagaimana dia bisa setenang itu.

"Take care of him Simon, call me as soon as possible if something happened. Jangan sampai dia sakit." Kimmy mencium keponakannya.

"Kimmy aku akan baik-baik saja," balas Archer kesal.

"Kita tidak akan pernah tahu Sayang, aku mohon jangan membantah kali ini." Kimmy berusaha negosiasi.

"Kalian semua sama saja," keluh Archer dengan sinis.

"Sayang, jangan begitu. Kamu mau bibimu ini punya masalah dengan grandma? Tentu tidak kan?" tanya Kimmy lembut.

Archer hanya tersenyum tipis dan menepis tangan Kimmy yang mengelus kepalanya. Selalu saja alasan serupa, dan sikap mereka ini baginya memang sudah sangat keterlaluan. Apa manusia disini semua lupa, Archer sudah dewasa. Dalam hati kerap kali berteriak, tolong bertinhkaj sewajarnya saja. Tubuhnya ini tidak terbuat dari kaca, kenapa  mereka bersikap begini. Tingkah mereka semua sangat menyebalkan.

"Kimmy please, I'm not a baby anymore." Archer mengeloyor masuk ke dalam mobil.

I call it loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang