22. jealousy

7.1K 473 5
                                    

Telinganya pagi buta sudah terasa penuh, Kimmy mengomel panjang sekali, dia ingin Archer sesekali datang ke rumah sakit dan membantunya mengurusnya. Saham Archer tidak bisa dibilang sedikit di situ, tapi anak ini malah lebih suka bermain kesana kemari ketika waktunya sedang senggang.

Kakinya mendorong Kimmy agar menjauh dari tempat tidurnya. Baru juga pukul 04.38. tapi bibinya sudah mengoceh panjang seperti kereta api. Archer bangun dengan malas dan menuju treadmill, bibinya masih mengikutinya, bibirnya masih juga bicara panjang pendek, Archer tak tahan lagi.

"Okay nanti aku kesana. Stop babbling ... !!" teriak Archer.

"Kamu tidak boleh berteriak seperti itu sayang. Aku tidak tuli. Aku tunggu di kantor." Kimmy berjalan keluar kamar dengan tawa kemenangan.

Keponakannya ini memang sesekali harus dibeginikan, sampai kapan dia akan bermain terus. Dia harus latihan memegang sebuah perusahaan. Bukannya selalu segala urusannya diserahkan kepada Daniel. Dan dia hanya memikirkan bersenang-senang.

***

Penampilan Archer pagi ini tampak berbeda, dia memakai setelan jas warna gelap. Dan sepasang sepatu kulit. Menyempurnakan penampilannya, dia tidak seperti biasanya. Jake membukakan pintu. Archer menatap rumah sakit ini. Akhirnya Kimmy berhasil mengerjainya, dari dulu dia menjalankannya sendiri, kenapa sekarang dia perlu Archer. Konyol sekali.

Dia melihat Gracia berjalan meninggalkan lobby. Ya, Kekasihnya berada disini. Dia akan bisa menggodanya nanti. Archer tersenyum kecil ketika pintu lift terbuka untuknya. Ruangan miliknya tidak sebesar milik Kimmy, ya jelaslah, posisi Kimmy lebih tinggi dari dia. Sekretaris Kimmy memberikan sebuah tablet.

"Pelajari itu Archer."

Archer meletakkan tablet itu dengan malas, dia meraih hp nya.

[sorry, aku akan sibuk sekali, jangan tlp hingga nanti malam. ]

Archer kecewa, hari ini dia tidak bisa menganggu Gracia, menurut Kimmy, Gracia sedang sibuk mengurus sebuah proyek penelitian bersama seorang dokter pria dari Jakarta. Kenapa situasi jadi menjengkelkan seperti ini.

Hari-hari berikutnya pun sama. Archer mulai kesal. Dia berdiri bersandar di sebuah dinding sambil mengamati kekasihnya dari jauh, mereka terlihat akrab. Darah Archer sedikit mendidih. Ayolah dia memang sebegitu posesifnya dengan apa yang dirasa telah menjadi miliknya.

"Apakah pemandangan dari sini bagus?" Suara Kimmy mengejutkan Archer. Perempuan itu bergabung dengan Archer, dia ikut menyandarkan tubuhnya di sebelah Archer.

"Bisa kamu hapus semua kegiatan tambahan untuk Gracia?" tanya Archer.

"Kenapa?"

"Dia jadi terlalu sibuk."

"Kamu akan membatasi dia hanya untuk kepentinganmu?"

"Aku tidak suka dia dekat dengan orang itu."

"Terimalah, kekasihmu seorang dokter, dia bukan anak kucing yang bisa kamu kurung semaunya."

Archer menatap tajam bibinya, dia memasukkan kedua tangannya di kantong celananya. Bicara apa dia, padahal itu hanya permintaan kecil yang pastinya bisa dikabulkannya.

"Archer sayang. Jangan cuma berfikir dari sisimu saja sayang. Cinta itu seperti pasir, semakin erat kamu genggam, semakin dia lenyap dari tanganmu."

Archer menarik napas panjang, perkataan bibinya memang tidak salah. Tapi melihat Gracia akrab dengan pria lain selalu sukses membuatnya sesak. Cemburu memang menyiksa, merasa diabaikan itu begitu menyesakkan. Dia yang tak pernah menerima penolakan harus membiasakan diri.

I call it loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang