7. Secret

10.7K 512 12
                                    

Baru pukul 07.15 am Gracia sudah siap, dia tidak ingin terlambat, si manusia seenaknya sendiri itu mungkin saja tiba-tiba berubah pikiran kalo tau Gracia belum siap pada jam yang sudah disepakati. Pergi bekerja dengan mengesot? Yang benar saja. Dengan semangat dia membuka pintu rumahnya, Gracia melongo terperangah melihat sosok tampan berkacamata hitam yang bersandar di sebuah mobil.

"Kok dia sudah datang, mana mobilnya ganti lagi, 3x bertemu mobilnya ganti terus, apa bapaknya punya rental mobil kali ya, ato punya showroom mobil bekas?" Gracia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Pagi Gracia, selama mobilmu di bengkel, aku yang akan antar jemput kamu." Sambut Archer sambil membukakan mobil buat Gracia.

"Bagus, aku akan menikmati saat-saat aku memiliki sopir pribadi." Gracia tersenyum simpul sambil memasang seatbelt.

"Dimana kantormu?" tanya Archer

"Ehhhh." Gracia tergagap

"I ask you, di mana kantormu? Not eeehhh nona Gracia." Archer menatap Gracia.

"Ya ... ya. Please don't call me like that. Just call me Cia." Jawab Gracia

"Oke Cia, kemana aku harus mengantarmu?" tanya Archer.

"Turunkan saja aku di halte jalan merdeka." Gracia memutuskan.

"Halte? Kenapa tidak sekalian ke kantormu?" tanya Archer heran, mau naik bus? Kurang kerjaan.

"No, teman-teman akan meledekku habis-habisan. Paling ga, jangan sekarang." Gracia beralasan.

"I see. Let's go." Archer paham.

Archer memacu mobilnya membelah keramaian jalan, sepanjang jalan hening tanpa suara. Sesekali Archer menoleh ke arah Gracia yang matanya entah melihat kemana. Memang dia terlihat imut apalagi ketika hanya diam planga-plongo. Dan ini menuju halte, turuti sajalah wanita memang terkadang aneh.

Gracia turun, tangannya melambai ke arah Archer. "Thank you, I'll call you kalau aku akan pulang."

"Ya, aku tunggu," Archer mengangkat jempolnya dan menutup kaca mobilnya dan mobil itu menderu menjauh.

"Selameeet selamet, ga ketahuan." Gumam Gracia.

***

Matanya menatap nanar ke arah rumah sakit tempat dia bekerja. KMC. Kim Medical Center. Jaraknya ada 100 meter dari tempat dia berdiri. Gracia menarik napas panjang. Kali ini kakinya harus membiasakan diri hingga Minggu depan.

Meski terbiasa lari-larian di dalam rumah sakit, tapi Gracia sama sekali tidak terbiasa berjalan jauh dengan sepatu seperti ini. Begitu sampai di halaman rumah sakit peluhnya sukses bercucuran. Dia sudah berusaha menyeret kakinya. Sampai dia bisa menghempaskan tubuhnya di kursi ruang kerjanya.

Rio tidak sengaja lewat dibuat takjub dengan pemandangan pagi ini, temannya itu datang dengan wajah memerah juga keringat yang membasahi rambutnya. Napas itu juga terlihat ngos-ngosan. Melawak memang, dan mulutnya tertawa terbahak-bahak tanpa bisa di rem.

"Halo G sayang, apa yang terjadi? Apa kamu dikejar setan sepagi ini?" tanya Rio sambil terus terkikik.

"Enak aja," jawabnya.

"Kenapa?" tanya Rio.

"Menjaga rahasia itu ternyata tidak mudah." Jawab Gracia setelah menenggak sebotol kecil air mineral.

"Rahasia? Sejak kapan kamu naik level? Kamu dan Meta sama-sama bermulut ember." Rio tersenyum mengejek.

"Demi mempertahankan cinta Yo, aku kan ga pengen jomblo terus." Sahut Gracia merengut.

I call it loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang