24. from dating to emergency

7.2K 439 15
                                    

Kepergiannya kemarin membuat tulangnya terasa berantakan. Padahal kegiatannya hanya seperti itu. Sebenarnya yang lelah itu adalah pikirannya, yang masuk dalam kepalanya terlalu banyak dan itu berpengaruh terhadap raganya.

Pikirannya melayang kepada kegiatan Archer, dia terbang kesana kemari dan bekerja. Dia pantas berpenghasilan tinggi seperti itu, belum 2 minggu pergi, dia membawa sebuah Ferrari yang kini ada di garasinya. Banyak juga, batin Gracia. Penghasilan orang itu banyak juga. Belum yang dari rumah sakit.

Rujak cingur di depannya begitu menggoda, makanan seperti ini jarang ada dan kebetulan saja tukang catering langganannya sedang membuatnya. Dia mengambil sendok dan garpu. Nikmat sekali makan rujak cingur ditemani dengan segelas es Jeruk.

Baru juga Gracia menyendokkan sepotong tempe ke mulutnya, pintu depan terbuka, tampak Archer muncul dari balik pintu dan tersenyum lebar dengan membawa sebuket bunga. Kenapa dia lagi? Bahkan sejenak pun tak dibiarkannya dia hidup dengan tenang. Dan itu membawa bunga lagi, batin Gracia. Dia lebih baik datang membawa sekotak permen atau 1 batang cokelat. Bunga ini tidak bisa Gracia makan.

Archer menghampiri Gracia, memberikan bunga dan menciumnya.
"Tak bisakah kau membiarkan aku hidup tenang sayang. Kita baru sampai fajar tadi dan sekarang kamu sudah ada disini." Gracia mengeluh.

"Apa aku mengganggumu?" tanyanya polos.

"Masih nanya." Jawab Gracia.

Dia melanjutkan rujaknya, selera makannya yang tadi berapi-api sedikit musnah melihat pacarnya datang. Bukannya tidak cinta, tapi baru juga tadi pagi berpisah. Dia juga perlu me time.

"Aku mau minuman itu." Kata Archer sambil menunjuk gelas Gracia.

"Es jeruk?" tanyanya.

"Apapun itu." Archer menjawab.

"Oke tunggu sebentar." Gracia bangkit.

Dia membuka kulkas mencari sisa jeruknya dan berjalan menuju dapur. Dia menyeret kakinya, tulangnya masih terasa berantakan. Archer duduk di kursi meja makan menatap punggung Gracia, gadis itu masih sibuk memotong dan memeras jeruk. Pandangan Archer tertuju pada piring di depannya.

Sebuah hidangan berwarna aneh sedikit kehitaman di alasi sebuah kertas dan piring. Dia belum pernah makan itu. Dia mengambil beberapa suap. Rasanya enak, sedikit ada aroma ikan. Dan ada potongan benda kenyal yang aneh. Lumayan juga. Archer meletakkan sendoknya kembali ke posisi semula sejenak sebelum Gracia kembali.

"Nih." Gracia menyodorkan gelas berisi es jeruk itu dan kembali duduk

"Thank you sweetie." Archer menerimanya dengan senyum lebar.

"Aku tidak mau kemana pun setelah ini. Badanku pegel sekali." Kata Gracia meneruskan makannya.

"Aku juga tidak ingin mengajakmu kemana-mana, paling kamu cuma bakal tertidur saja sepanjang hari." Archer meneguk minumannya.

Gracia tidak menjawab, dia memandangi wajah kekasihnya, wajah tampan ini. Selalu membuatnya terbayang dan berimajinasi liar selalu. Tapi Archer mulai terlihat tidak nyaman, dia mengambil lagi es jeruknya tapi terlihat kesulitan menelan.

"Kamu kenapa?" Tanya Gracia, dia menghentikan makannya.

"I just feel uncomfortable." Jawab Archer pelan.

Bibirnya terlihat sedikit membengkak, suaranya terdengar tercekat. Gracia menatapnya, dia sedikit curiga. Dia terus menatap kekasihnya itu dan bertanya-tanya, kenapa dia. Baru saja tertawa riang mengganggunya dan sekarang sudah sambat. Ohhh ya, jangan-jangan ...

"Kamu makan rujakku ini?" tanya Gracia sambil menunjuk ke makanannya.

Archer tidak menjawab, dia hanya mengangguk pelan di sela wajahnya yang terlihat semakin tidak karuan. dia semakin terlihat susah payah bernapas dan agak panik tapi mau bagaimana. Gracia melongo dan menyadari sesuatu, alergi?

I call it loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang