Another Puzzle

6.4K 331 20
                                    

Setelah treatment pertama Archer terlihat membaik. Hasilnya terlihat dengan cepat. Tapi PTSD bukan seperti pilek yang bisa sembuh total, treatment itu hanya mengurangi, bukan menyembuhkan.

Tapi setidaknya mengurangi pun sudah bagus. PTSD bila dibiarkan juga akan merusak otak, meski tidak sampai ada percobaan bunuh diri pun, PTSD bisa berakibat serangan jantung, ujungnya sama-sama kematian. Tidak bisa dianggap remeh.

Sayangnya keluarganya tidak pernah bisa memaksanya, dan hanya mengalah ketika Archer bilang tidak. Mereka terlalu memanjakannya.

Tapi tidak bagi Gracia, Archer sudah dewasa, dia punya tanggung jawab. Dia harus berhenti main-main dan bersikap semaunya terhadap dirinya sendiri. Gracia tidak mau menjadi wanita yang ditinggalkan dengan cepat setelah dinikahi.

"Apa ada yang menarik...?" Tanya Gracia kepada suaminya yang asyik melihat keluar jendela.

"Tidak." Jawab Archer singkat.

"Melamun....?" Tanya Gracia lagi.

Archer menoleh dan tertawa.

"Kamu sudah lebih sering tertawa." Kata Gracia.

"Apa aku tidak pernah tertawa...?" Tanya Archer.

"Aku tidak pernah melihat senyummu sepulang dari Scotland." Jawab Gracia.

"Aku tidak menyadarinya." Kata Archer.

"Is this Romeo still bleeding....?" Tanya Gracia.

"Can you see his blood...?" Tanya Archer.

"No more blood. Tapi luka itu masih ada." Jawab Gracia.

Jari Archer menekan tombol disampingnya, seat-nya segera bergerak membentuk sleep mode. Dia menyandarkan tubuhnya dengan rilex. Mercedes Maybach-nya terasa sangat nyaman.

"Aku heran, kamu melihat suamimu jadi gila. Kenapa kamu malah kembali....?" Archer bertanya sambil tertawa.

"Aku pernah bilang I will be your Remedy. Aku akan mendampingimu. Aku..... minta maaf atas semuanya." Kata Gracia.

"Aku juga minta maaf sudah mengabaikanmu." Sahut Archer.

Gracia menarik kakinya dan bersandar di jendela, dia melihat ke arah suaminya. "Kamu begitu putus asa sampai tidak ingin hidup lagi, kenapa bisa seperti itu....?" Tanya Gracia penasaran.

"Aku tidak tahu, aku hanya terdorong saja bicara seperti itu. Aku juga bingung, kenapa juga aku ingin mati." Jawab Archer.

"Harusnya kita mengambil treatment ini sejak dulu." Kata Gracia.

"Dulu Mom pernah menawariku, tapi aku menolak." Ujar Archer.

"Why....?" Tanya Gracia penasaran.

"Why...? Come on Cia, kau tau kan bagaimana prosedur itu dilakukan...?" Tanya Archer balik.

"Ya, aku melihatnya tadi." Jawab Gracia.

"See...? They will inject Something in my neck. Aku takut....." Jawab Archer.

"Takut....?" Gracia tidak bisa menahan tawanya.

"Ya, aku mengakuinya, aku takut. Marion pernah menyuntikku disini, sakit sekali. Aku pikir rasanya akan seperti itu." Kata Archer sambil menunjuk lehernya.

"I'm sorry, apa kau tidak apa-apa membicarakan Marion....?" Tanya Gracia

"Sedikit terganggu, tapi tidak apa-apa. Aku sekarang lebih tenang." Jawab Archer.

Gracia mengelus rambut suaminya yang posisinya sudah nyaman rebahan. Sudah berapa lama Gracia tidak mengelus rambut ini.

"Kita ke penthouse...?" Tanya Gracia.

I call it loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang