romantic sunrise

5.6K 361 17
                                    

What a sweet day. Di penghujung hari dan sisa tenaga tinggal secuil anak ini masih saja nyusahin orang.

Apa ga sadar tu bahunya masih sakit? Main angkat orang segala. Kalo udah gini sembuhnya bisa lebih lama lagi.

Dengan sebal Gracia menatap tubuh pria itu yang sudah tengkurap di atas bed, yang di khawatirin malah senyum-senyum. Ya Tuhan.

" Kamu cantik sekali hari ini." Puji Archer mengamati Gracia yang tampangnya berantakan.

" aku memang cantik." Jawab Gracia acuh.

Dia sedang menyiapkan dan sterilisasi peralatan hecting. Dan menyiapkan obat anestesi. Dan pria ini malah menggodanya. Dasar. Tangan Gracia menyalakan lampu.

" Apa tadi yang kamu pikirkan? Tiba-tiba menggendongku." Kata Gracia sambil membersihkan luka dengan normal saline.

" Biar romantis." Jawab Archer asal.

" Dan sekarang kita disini, romantis juga ga?" Tanya Gracia.

" Tentu saja, di malam setelah pertunangan. Tunanganku dengan manis merawat lukaku." Archer tersenyum manis di sela teriakannya mengaduh kesakitan.

" Baiklah, mari kita nikmati kencan malam ini di emergency room ini. Sepertinya akan menyenangkan sekali." Jawab Gracia sinis sambil mengambil suntikan anestesi.

" Apa itu?"

" Ini..? Lidokain sama epinefrin, sedikit sodium bikarbonat biar nanti pas disuntikin ga sakit-sakit amat."

Archer mengangguk tanpa menjawab. Hanya berulangkali mengerang ketika jarum itu beberapa kali menembus kulitnya.

" Tidak bisakah kamu sedikit berhati-hati Cia. Sakit sekali."

" Lain kali kamu juga perlu berhati-hati, kalo tau ini terasa sakit." Jawab Gracia kesal.

Gracia meletakkan suntikan anestesi ke kotak stainless, dia mengambil klem, dan mencoba menyentuh luka itu. Archer diam saja, bagus, obat anestesi mulai bekerja.

" Bagaimana perasaanmu sayang?" Tanya Archer.

" Aku sedang menjahit luka tunanganku, dalam dan luar. Dan kamu menanyakan perasaanku...?" Cibir Gracia sambil menjahit otot dalam Archer.

" Aku hanya bertanya. Aku buat acara hebat tadi agar kamu terkesan dan bahagia."

" Aku bahagia." Jawab Gracia dengan senyum yang dibuat-buat.

" Sinis sekali."

" Memang, kerasa sakit ga?"

" Nggak, kamu dokter yang pintar."

Gracia tersenyum-senyum di puji seperti itu. Jarang sekali Archer memuji skillnya, tiap hari dia cuma memuji wajah dan penampilannya saja. Padahal Gracia juga punya otak.

Luka ini, bukan cuma luka gores, otot bagian dalam juga terkoyak. Ketika jahitan luar lepas, jahitan bagian dalam juga sedikit koyak. Dan sekarang Gracia harus membereskannya.

" Selesai. Aku tutup dulu ya, tunggu sebentar." Kata Gracia sambil tersenyum manis.

" Bagus, dan sekarang sepertinya sudah hampir fajar. Dan kita belum tidur sama sekali." Kata Archer sambil tertawa begitu perban itu sudah menutupi lukanya.

Dia bangkit dari bed dan menuju jendela

" Mau melihat sunrise bersamaku?"

Gracia menoleh, siapa yang menolak.

***

Dua pasang kaki telanjang menyusuri rerumputan basah. Deretan morning glory mekar dengan cantik dan menebarkan bau harum.

I call it loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang