1. first sight

34.3K 1K 30
                                    

"Nyawaku rasanya bagai terbang separuh," gumam Gracia menunduk di belakang kemudi mobilnya.

Pekerjaannya di rumah sakit menguras tenaganya, entah kenapa banyak sekali anak kecil yang sakit hari ini. Perasaan juga belum musim pancaroba yang mana memang selalu terkenal dengan saat-saat panen penyakit. Gracia perlahan memundurkan mobilnya setelah menaruh cup kopinya di cup holder. Dia sangat butuh kafein, setelah ini dia harus buka praktek di samping rumah. Menjadi wanita karir memang kadang melelahkan tapi menyenangkan. Ngantuk di mata masih belum hilang, dia menguap lebar dan,

"brakkkkk ... !"

"Goshhhh ... !!" teriaknya kaget.

Airbagnya langsung menggelembung, napasnya terengah-engah kaget. Benda di depannya menyelamatkan. Setidaknya jidatnya selamat tidak membentur apapun, ya ampun ini masih di parkiran sudah di tabrak orang. Tangannya segera meraih smartphone dan keluar, kecelakaan apapula ini, keluhnya. Tak cukupkah lelahnya hari ini, dia masih dihadapkan dengan kenyataan bemper mobilnya yang penyok.

Gracia tidak apa-apa tapi bagaimana dengan orang yang menabraknya? Kenapa baru juga ingat. Nalurinya sebagai dokter menyeretnya untuk segera melihat kondisinya, ya meski agak terlambat. Namanya juga accident, dia sendiri juga kaget. Untung jidatnya tidak benjol terkena setir.

"Halo, anda tidak apa-apa?" Gracia  tergesa menghampiri mobil itu.

Seorang pria bertampang asing tampak kebingungan, tubuh tegap dan tinggi itu keluar dari mobil perlahan. Dia juga sama terkejutnya, pria itu menjawab pertanyaan Gracia dengan bahasa indonesia yang terbata-bata. "I'm sorry, aku tidak sengaja," kata pria itu.

Archer tertegun sejenak menenangkan keterkejutannya, dia di sini adalah WNA dan baru saja mobil pinjaman yang dipakainya ini menghantam mobil milik wanita yang terlihat cemas tapi imut dan polos. Dengan isyarat dia memberi tanda kepada dua orang yang mengikutinya sejak tadi, dia tidak apa-apa. Sebaiknya tetap di sana saja daripada mengganggu.

"Oh," gumam Gracia tak bisa berkata.

Gracia sedikit terpana dengan pemandangan yang berada di depannya, pria ini matanya biru dan warna rambutnya cokelat gelap. Garis wajah tegas dan hidung mancung lurus sempurna. Dengan memakai kaos ketat berlogo brand ternama ototnya yang indah terlihat. ikat pinggang berlogo mewah juga Aviator hitam yang bertengger di atas hidungnya itu membuatnya ternganga.

Gracia masih terpana. Dia sedikit terpesona. Makhluk di hadapannya ini nyaris tercipta sempurna meski dia kelihatannya bukan produk dalam negeri. Gracia sedikit terlena dan terpesona menikmati ciptaan yang maha kuasa. Beruntung sesaat kemudian kewarasannya kembali.  "Are you ok, Sir?" tanya Gracia.

"Yeah I'm fine, totally fine, sorry about your car." Archer berkata dengan menyesal.

"Oh, iya ... tapi maaf saja gak cukup kan. Bemper itu tetep penyok meski kata maaf terucap 1000 kali," jawabnya sinis.

"Sorry tapi aku sedang buru-buru, so give me your phone," jawab Pria itu.

"Phone?" Gracia bingung, buat apa dia meminta smartphonenya. Mau digendam?

Tanpa menunggu persetujuan Gracia pria itu mengambil smartphone dari tangannya. Dia mengetikkan sesuatu dan mengambil smartphone-nya sendiri dari kantongnya. Dengan tersenyum dia kembalikan benda itu Gracia yang hanya melongo, disaat begini otaknya malah memilih untuk lambat loading. Apa maksudnya?

"I will fix it. But not now, I will call you later," kata pria itu.

"Eh gimana?" gumamnya, urusan mobil belum kelar wahai bang Toyib. Mau minggat kemana?

Pria itu melambaikan tangannya, masuk kembali kedalam city carnya. Orang yang seperti manekin berjalan itu memacu mobilnya pergi dan lenyap dari pandangan meninggalkan Gracia sendiri yang masih bengong. Dia memandangi mobilnya, tampak kerusakan itu mengganggu pemandangan matanya. Biaya perbaikan ini tidak akan kecil. Ya kali kalo orang tadi beneran tanggung jawab. Kok ya tadi dia biarkan saja orang itu pergi.

"Ya masa bulan ini aku mesti berhemat ketat lagi." Gracia mengomel sebal. Dari yang pas-pasan sekarang dia bakal semakin miskin.

Tapi siapa pria tadi, Gracia belum sempat menanyakan namanya, hanya ada nomor di smartphonenya. Pria yang tampan sempurna. Belum pernah dilihatnya di lingkungan ini, ini lingkungan rumah sakit kan.

Apa dia selebritis? Gracia belum pernah melihatnya di tv, penampilannya menunjukkan kalo dia bukan orang biasa. Gracia ingin bertemu dengannya sekali lagi, tapi apa mungkin bisa. Pertemuan itu seperti mimpi, terlalu cepat bagi kepalanya yang sedang penuh-penuhnya.

Dia habiskan kopinya dengan sekali tenggak. Hari sudah gelap. Masih sedikit tidak rela dengan keadaan mobilnya, Gracia menginjak pedal gas. Semoga saja hari esok masih ada.

Setidaknya Gracia kepengen ketemu lagi. Bukan cuma untuk menikmati wajahnya tapi bemper ini juga perlu diganti. Enak saja ... !

***

Archer memacu mobilnya dengan sedikit kencang, ya dia memang sedikit terburu-buru. Managernya menelpon Archer seperti orang gila dan menyuruhnya segera kembali. Menjengkelkan memang, baru saja menikmati suasana hangat negara kecil dia sudah diburu sedemikian rupa. Setidaknya biarkan dia merasakan sedikit napas dengan berkeliaran sendiri. Baiklah kata sendiri itu berlebihan. Sejak kejadian itu dia memang tak pernah sendiri, dua bodyguard itu selalu mengikutinya bagai bayangan.

"Jangan mengebut Tuan," suara dari benda yang terpasang di telinganya itu sedikit mengganggu.

"Diam sajalah kamu," ucapnya singkat.

"Anda belum terbiasa dengan lajur di negara ini," kata Jake sang bodyguard yang mengikutinya dari belakang.

"Bukan masalah, sebaiknya kamu diam. Suaramu mengganggu," ucap Archer sinis.

Bodyguard itu hanya bisa diam, tugasnya adalah melindungi tuannya. Tadi dia sudah menabrak sebuah city car dan untungnya tidak terluka. Andai tubuh itu terluka tergores tak terbayangkan apa yang akan dilakukan oleh nenek tua itu. Cucu satu-satunya wanita tua yang sangat berpengaruh itu harus dijaganya bagai terbuat dari kaca.

Memang sudah lama Archer tidak memakai mobil dengan setir kanan, menyetir sendiri membuatnya harus sedikit beradaptasi. Dan tadi dia sempat menabrak seorang gadis manis. Oh ya, gadis tadi memang manis, sayangnya belum sempat mereka berkenalan. Yang tersisa hanya nomor gadis itu di hp milik Archer. Kasihan sekali sebenarnya, pertemuan pertama ini tidak romantis. Archer meremukkan bemper mobil gadis itu.

Terbayang ekspresi gadis itu begitu dia melihat kerusakan mobilnya, wajahnya campur aduk antara marah, sebal tapi bingung. Dan hebatnya gadis itu malah menanyakan keadaannya. Ya Tuhan betapa itu manis sekali,  ingin sekali Archer merengkuhnya dan bilang dia baik-baik saja. Bagaimana ada seorang gadis yang ditabrak bukannya marah tapi malah menanyakan kabar keadaannya.

Archer terpesona, sayangnya dia harus pergi sementara waktu. Gadis itu harus bisa menunggu, ya memang harus. Karena Archer akan mencarinya nanti ketika dia kembali. Wajah itu, tidak mudah dilupakan begitu saja. Archer harus menemuinya lagi.

I call it loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang