14. Gracia: hangout

8.2K 473 9
                                    

Teh itu sudah dingin. Novel Silmarillion ditangannya belum juga bergerak dari hal. 28. Sudah sejak 1 jam yang lalu. Gracia tampak santai duduk di sofa, matanya menatap entah kemana, bibirnya tidak berhenti menyungging senyum. Banyak sekali kejadian dalam sebulan ini. Dan benar-benar sebuah lompatan besar.

Dimulai dari insiden kecil hingga kini tiba-tiba dia mendapatkan pekerjaan sambilan, dan dapat pacar juga. Semua terjadi begitu cepat. Mama pasti senang kalo tau. Tapi kan Archer produk impor, keluarganya bisa terima gak ya. Dia pasti bisa mengatasi mamanya dengan mudah, tapi papa? Papa bukan orang yang bisa mudah percaya.

Belum lagi Axel, kakak laki-laki nya itu mulutnya seperti kran bocor. Mereka selalu tidak pernah bisa akur bila bersama. Bagaimana kalo Axel tau Gracia sudah punya pacar? Pasti dia akan rela jauh-jauh datang kesini hanya untuk membully adiknya.

Suasana rumahnya sangat menenangkan, rumah mungil yang cicilannya memaksa Gracia harus berhemat ini memang sesuai dengan kebutuhan Gracia. Dan tidak perlu capek buat membersihkannya. Kamarnya cuma ada 2. Lokasinya bagus, tanahnya terletak di pojokan, jadi fasadnya bisa 2 sisi. Rumah mungilnya menghadap ke timur, dan bagian yang menghadap Utara dia pakai untuk tempat prakteknya.

Karena pekerjaan barunya, Gracia mengurangi jadwal praktek dan berbagi shift dengan temannya sesama dokter anak. Gracia bersyukur, semua berjalan dengan lancar dan baik-baik saja.
Well, untuk saat ini sih begitu. Novel tebal itu akhirnya berpindah tempat. Gracia baru menyadari kalo dia dari tadi cuma melamun saja. Terdengar suara ketukan di pintu.

Gracia membuka pintu, tampak di depannya sepasang anak manusia yang bertampang menyebalkan. Siapa lagi kalo bukan Rio dan Meta. "Ngapain kesini?" tanya Gracia manyun.

"Rumah sakit sepi kamu ga ada." Meta tanpa permisi mengambil 1 cup yoghurt di kulkas.

"Kenapa ya, saat libur pun aku tidak bisa tidak ikutan libur lihat tampang kalian." Gracia mengambilkan sekaleng softdrink buat Rio.

"Karaoke yok." Ajak Rio.

"Sekarang?" tanya Gracia.

"Enggak, nunggu kamu tua dulu dan udah ga kuat bernapas lagi." Jawab Rio kesal.

"Okelah, kita nonton tivi aja sekarang." Gracia mengambil remote control.

"Ya sekarang bodoh. Cepat ganti piyama kamu, tampangmu kayak anak hilang, aku heran, kenapa masih ada cowok yang mau sama kamu." Rio berang merebut remote control dari tangan Gracia yang tidak menjawab, dia bernyanyi riang meninggalkan mereka berdua.

"Kelamaan jomblo kali Yo dia. Kasian amat ya." Meta melirik Gracia menaiki tangga.

"Memang, kamu jangan ikutan gila kayak dia. Bisa ikutan ga waras aku nanti." Rio mendengus.

" Bukannya kita bertiga emang udah gila dari dulu ya hahahaha." Meta tertawa lepas.

***

3 sekawan ini tidak ada bakat bermusik sama sekali, Meta nyanyinya ngaco. Hanya Rio yang masih lumayan enak didengar. Jangan tanya Gracia, dia buta nada. Belum lagi suaranya yang pas-pasan, entah apa alasannya hingga mereka malah memilih karaoke buat ajang refreshing kali ini.

"Setelah nyanyi kayak gini, perutku lapar sekali." Gracia menggulung spaghetti nya menjadi sebuah gulungan besar dan memasukkannya ke mulutnya.

"Sesekali lah, kasian juga kalo tiap hari kita karaokean. Suara kita kaco abis." Meta tertawa sambil tangannya ga berhenti mencomot kentang goreng Rio.

"Sebelum G mulai sibuk sama pacar barunya, selagi bisa kita nikmati momen kayak gini." Tukas Rio.

"Ga bakal lama Yo. Nanti kalo rahasia dia terungkap, pasti diputusin dia sama pacarnya, lagian aneh, profesi dirahasiain." Meta memicingkan matanya menggoda Gracia.

I call it loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang