1. Anindita Prameswari

149 8 0
                                    

Perjalanan hidup seseorang tidak ada yang bisa memilih akan seperti apa dan bagaimana.
Semua orang pasti ingin Hidupnya baik baik saja dan bahagia. Tanpa ada masalah,tetapi dunia adalah tempatnya ujian dan cobaan.
Wanita berusia 29 tahun itu pun menyadarinya. Kehidupannya tidak pernah baik baik saja,sedari dia kecil.
Tidak pernah dianggap,dihargai dan tidak berguna dimata keluarganya sendiri.
Namun dia selalu berusaha melakukan apapun agar dianggap,dihargai dan merasa berguna.

Setelah kejadian itu dia memilih keluar dari rumah, mengasingkan diri sendiri. Menyewa sebuah kamar kost yang sederhana. Menurutnya yang penting bisa tidur. Berteduh dikala panas dan hujan. Pekerjaan,dia masih bekerja ditempat lama sebagai staff administrasi. Sebelum kejadian itu. Seperti biasa dia berangkat ke tempatnya bekerja dengan naik angkot. Untuk mengirit pengeluaran. Setibanya ditempat kerja,mengerjakan pekerjaannya seperti biasa. Namun kali ini dia merasa ada yang mengganjal dalam hatinya. Seorang ob di kantornya meminta dia ke bagian HRD.
Anindita nampak bingung,ini kali kedua dia dipanggil ke HRD ,pertama saat diangkat menjadi staff administrasi,perasaannya mengatakan ini tidak baik.

Selembar kertas dihadapannya,matanya terbelalak. Tidak percaya dengan apa yang tertulis disana.
" pemutusan hubungan kerja? Berarti pk" pekik anindita
Beliau hanya mengangguk.
" beri saya alasan pak,selama ini saya melakukan pekerjaan dengan benar dan baik"
" menurut kamu,menurut rekan rekan kamu"
" baik,mereka puas dengan kerja saya"
" sudah jangan protes,terima saja,gaji bulan ini ambil di payroll"
" uang kompensasi,ini kan pemutusan sepihak dari perusahaan"
" dibayar nanti 1 minggu kemudian,tenang saja"
Anandita terdiam. Dia melihat perubahan sikap manager HRD, dan dia tahu siapa pelaku utamanya,tidak mau cari masalah,dia memilih menerima keputusan itu. Dia lalu keluar dari ruang HRD dan masuk ke bagian payroll.

" ini gaji kamu, yang sabar ya, kamu pasti dapat pekerjaan yang lebih baik" ujar kepala payroll.
" iya bu,terima kasih,maaf kalau selama bekerja ada sikap yang kurang berkenan"
Mereka berpelukan berpamitan kepada rekan rekan kerjanya yang selama 3 tahun bersama. Anandita keluar kantor sambil membawa barang barangnya dalam sebuah kardus. Dia duduk termenung di trotoar depan kantornya. Usahanya masuk ke perusahaan itu sangat tidak mudah. Dia berjalan. Saat ini yang diperlukan adalah istirahat terlebih dahulu sambil mencari pekerjaan selanjutnya.

Anindita bukanlah wanita yang mudah menyerah,dia selalu kuat dan berjuang dalam segala hal. Tapi tidak dengan satu hal,cinta. Dia tidak lagi mampu berjuang untuk cinta. Pernah berjuang namun akhirnya kecewa dan terluka membuatnya menyerah dan akhirnya menerima pria itu menjadi suaminya. Pilihan orang tua, dan berpikir positif. Namun nyatanya takdir berkata lain. Tidak seperti apa yang ada dalam pikirannya. Semua berbanding terbalik. Kepercayaan dirinya runtuh,keberaniannya sirna karena pria itu. Pria itu tidak saja mengambil miliknya namun menghancurkan semua nya. Dan merambah ke karirnya. Dia tahu pria itu akan melakukan apapun karena keputusan anindita.

*****
Dita biasa dia dipanggil. Berjalan menyusuri perkantoran mencoba mencari lowongan. Namun selalu saja ditolak. Sudah 2 minggu dia mencari pekerjaan tetapi belum dapat juga.Dita teringat uang kompensasi dia buru buru mengecek ke atm. Namun ketika mengantri di atm,dita langsung berbalik. Mengurungkan niatnya.
" bu anin" panggil pria itu
Dita enggan menoleh dia mempercepat langkahnya. Tetapi pria itu terus mengejarnya. Dita masuk ke sebuah cafe dan duduk begitu saja disalah satu meja. Setelah melihat pria yang mengejarnya sudah berlalu, dita lalu keluar.

Dita kembali ke kosannya. Ponselnya berdering dari kepala payroll.
" iya bu... Owh... Iya makasih,belum saya cek,owh... Masih belum dapat bu,masih menganggur,iya... Makasih bu"
Dita menyudahi teleponnya. Ponselnya berdering lagi.
" elo dimana?" tanya dari seberang sana
" ehmm... Ditempat kerja"
" bohong,gue di kantor lu,katanya lu udah gak kerja lagi,jawab dimana" Omelnya
" ok.. Ok... Kita ketemu di cafe biasa ya"
" awas... Kalau bohong lagi"
" iyah... Bawel... Dasar emak emak"
Dita berganti pakaian untuk menemui temannya yang barusan menelpon. Ponselnya berbunyi lagi.
" iyah... Sabar... Gue lagi ganti baju"
" kerumah gue aja,ntar dijemput laki gue sekalian lewat kosan lu"
" jangan... Gue naik ojek aja... Ok"
" yaudah"
Dita menghela napas. Dia segera keluar kosan. Ketika sampai di gerbang,dita terkejut melihat seseorang yang tidak ingin dia temui lagi.

" oh... Jadi disini?" ujar pria berpakaian rapi mengenakan jas
Dita hanya terdiam.
" gak layak, masih nyaman dirumah kita kan?"
Dita masih terdiam. Dia melangkah namun pria itu mencengkeram bahunya. Dita menahan sakit itu. Lalu dia ditarik kedalam mobil. Di dalam mobil hanya mereka berdua.
" lepasin,mau apa lagi?"
"Mau apa?"
Pria itu tertawa.
" kembali... Dan... Semua akan baik baik saja,kembali menjadi orang terhormat,dihargai"
" terhormat? Dihargai..bullsyit"
Pria itu merangkul dita dan mencoba mencium dita paksa. Dita mengelaknya lalu menampar pria itu. Pria itu malah tertawa.
" wow... Udah berani nampar? good"
" harusnya dari dulu saya lakuin itu"
" kenapa?takut?"
Dita sudah sangat kesal. Pria itu lalu memberikan surat yang memang dibutuhkan dita.
" ini yang kamu minta,tapi gak semudah itu lepas dari seorang Bramantyo"
" perduli setan"
"Wew... Ibu kamu?adik kamu,sudah tidak peduli?"
" terserah,biarin saya pergi"
" ok... Selamat menikmati kejamnya dunia,sampai kembali lagi kepelukan bramantyo"
" gak akan"
Dita keluar dari mobil itu. Lalu berjalan menjauh dari orang orang itu. Dita duduk dibangku sebuah taman. Hatinya sakit,pria itu selalu menghinanya. Dita teringat dulu saat berjumpa dia pria yang baik,maka dari itu dia memenuhi permintaan ibunya. Namun malam itu membuka semuanya dan mimpi buruk untuknya. Selama 5 bulan dia baru mampu bangkit untuk mengambil keputusan.










**********
Cerita baru...
Jangan lupa vote dan komen ya

Jalan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang