Nine

442 36 2
                                    

Aluna meminum sedikit jusnya. Beberapa personil The~D datang dan terlihat sedikit mengacaukan rumah Lidya.

Aluna memfokuskan pandangannya ke Bobby. "Mengapa dia bisa sebesar itu? Lihat saja! Berapa kilogram nasi yang ia perlukan untuk ia makan dalam sehari? Lebih dari 5 kilogram nasi? Pemborosan!"

Mereka dimanjakan oleh Farah dan Ghany dengan berbagai hidangan penyambutan sementara itu Lidya dan Zhiro tidak berada di rumah. Hanya ada Aluna, Oxy, dan Lulu. Gio? Lelaki itu ternyata ikut datang menghadiri rapat James.

"Kau adiknya Lidya, kan?" tanya Kevin tiba-tiba memecah keheningan.

"Ya seinget gue sih," sambung Kevin. Mereka tergelak tawa ketika mendengar kalimat dari Kevin.

Aluna mengangguk dengan malas, tetapi ia menyukai persahabatan Lidya yang tidak palsu. Apalagi pertemanan yang dia lakukan selama ini atas dasar pemanfaatan dan kepentingan pribadi seseorang.

"Males banget ngangguknya," gumam Pandu berkomentar.

"Iya gimana gak males? Dia itu gak ngerti bahasa lo. Mereka pake bahasa indo yang faseh, dan lo?" ujar Bobby setelah memilih angkat bicara.

"Ya gimana lagi? Mau gue ajakin bahasa pemrograman? Bisa ngegame? Pasti enggak, yaudahlah." Aluna menatap heran ke arah Kevin, sedetik sebelumnya ia bertanya padanya dan setelah itu ia menjawab sendiri pertanyaan itu. Ia lebih memilih merilekskan punggungnya dan menatap smartphonenya.

"Liat tuh Aluna, dia kebingungan karena sikap lo Vin," gumam Adit menunjuk wajah Aluna yang mendadak kebingungan.

"Jangan bingung-bingung, entar lo kangen sama gue," jawab Kevin dengan percaya diri. Semua saling menatap dan tertawa hebat.

"Pede amat lo," kekeh mereka hampir serentak.

Lidya dan Zhiro akhirnya masuk beriringan. Ia memecahkan gelak tawa para anggota The~D. "Raja dan ratu akhirnya datang kembali ke singgasana mereka."

Ucapan puitis dari Rafa berhasil membuat Bobby bergidik ngeri. "Puitis banget bang."

"Gue itu mau jadi penulis, tapi gak kesampean. Ya jadinya gini," kekeh Rafa mengakui bakat terpendamnya.

"Sudah lama kalian menunggu?" Tanya Lidya yang duduk berdampingan di sebelah Zhiro. Mereka semua mengembangkan senyum seraya menggelengkan kepala mereka.

"Jangan formal gitu, kami gak terbiasa. Emang sih, kami juga jadi pengusaha tapi buat ngomong bahasa formal secara terus-menerus gue gak bisa, terlalu kaku," hela Adit akhirnya angkat bicara.

Lidya hanya menahan tawanya sembari tersenyum dengan manis. Aluna menatap wajah kakaknya itu, seakan lelah tidak ia terima atas rapat yang baru saja ia datangi.

"Di mana Gio?" Lulu mendongakkan kepalanya sembari melihat ke arah pintu, pintu tidak kunjung dibuka.

"Gio? Pasti dia akan masuk dengan segera." Tidak lama dari itu, Gio akhirnya masuk dengan wajah yang kelelahan.

"Mengapa kau terlihat selelah itu?" Lulu melihat pahatan wajah yang tampan itu kini tampak lelah dan terlihat sedikit berkeringat.

"Kau tau? Mobilku mogok dan tenagaku sedikit terkuras."

"Bukannya kau bersama dengan Lidya dan Zhiro?" heran Lulu memecahkan penasarannya.

"Benar, tetapi aku berniat pulang lebih dulu sementara itu mereka sedang mengobrol. Di tengah perjalanan, mobilku tiba-tiba mogok dan membuatku bersikeras untuk mendorongnya. Jalanan terlihat ramai, namun tidak ada yang membantuku. Parahnya, batre HPku habis dan berhasil wafat di tempat. 15 menit setelah mendorong, akhirnya mereka berdua datang," jelas Gio dengan sangat lelah.

Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang