"Masalahnya, kau terlalu polos. Dan tujuan kami itu mungkin nanti akan terungkap sendirinya," tukas Zhiro dengan santai.
Oxy menatap Zhiro sembari mengrenyitkan dahinya. "Maksudmu terlalu polos?"
"Kami belum pergi ke Belgia, kami hanya menginap di rumah Restu beberapa hari ini untuk misi penting. Dan kau tidak perlu tau misi apakah itu," gumam Zhiro sembari menatap layar handphonenya.
"Amour, aku ke kamar terlebih dahulu. Aku harus segera memulainya," lirih Zhiro sembari berdiri lalu mencium dahi Lidya. Setelah melakukan itu Zhiro berlalu menaiki tangga.
Lidya mulai melipat tangannya dan sedikit tersenyum sinis. Oxy menatapnya dengan sengit. "Apa yang kau pikirkan?"
"Kau mulai jatuh cinta?" gumam Lidya sembari tersenyum lepas. Ia menarik Oxy ke belakang, tepat di tepian kolam renang. Ia kembali berujar, "duduk lah di sini, apakah kau tidak merindukan momen ini?"
"Apa yang kau pikirkan sehingga dapat beransumsi jika aku mulai jatuh cinta?" Oxy duduk dan menyilangkan kakinya. Lidya sedikit tertawa kecil.
"Laila Nurfajah," ucap Lidya seakan memberikan petunjuk.
"Laila?" heran Oxy. Matanya membulat sempurna. "Dia belum pulang dari kantor!"
Oxy langsung berdiri sembari meninggalkan Lidya. Lidya hanya menggelengkan kepalanya menatap tingkah saudara kembarnya. "Aku telah mengurusnya!"
Mendengar teriakan Lidya, Oxy menoleh dan menatap Lidya dengan serius. "Maksudmu?"
"Aku telah meminta Restu, Dimas, dan Dino untuk menghantarkannya. Pasti wanita itu berhasil menggerutuimu kini," duga Lidya sembari menahan tawanya.
"Dari mana kau mengetahui hal yang biasa ia lakukan?" Oxy semakin heran dengan Lidya, ia begitu cepat mengumpulkan informasi tentang sekretarisnya.
"Lihat! Kau semakin penasaran. Tidak apa-apa, jika kau memang teramat mencintainya. Aku merestui kalian berdua," kekeh Lidya senbari tetap mengejek Oxy.
"Aku tidak mencintainya!" bantah Oxy dengan lantang.
"Kau tidak akan bisa menentukan masa depanmu sendiri, mungkin saja dia adalah orang yang tepat. Masa depan itu kelabu, bukan hitam ataupun putih. Aku akan selalu berusaha," hela Lidya sembari berdiri dan menatap bintang dengan lekat. Ia tidak ingin Zhiro mengetahui bahwa dirinya tengah menikmati angin malam.
"Apa yang kau usahakan? Membuatku mencintainya, itu hal bodoh!"
"Aku tidak berusaha melakukan hal itu, karena kau sendiri yang akan melakukannya. Aku hanya akan berusaha agar masa lalu tidak kembali terungkit. Tentang permainan harta, tahta, dan cinta yang menyusahkan itu tidak akan terjadi padamu ataupun Aluna. Kau tau Oxy? Aku tidak pernah menginginkan masuk ke dalam perminan ini, hanya saja aku dan Gio telah ditakdirkan untuk hal ini. Alasan kedua tentang aku yang berambisi dengan kekuasaanku adalah kalian, agar permainan itu tidak menjangkiti kalian." Lidya beranjak memasuki rumah, ia berhenti di ambang pintu.
"Lidya!" panggil Restu dan Dimas.
"Di mana Dino?" gumam Lidya menyelisir ke belakang mereka berdua.
"Dia pulang menemui istrinya," jawab Restu dengan santai.
"Kami telah menghantar Laila dan kami mendapatkan amanah berupa salam dari keluarga geng Fikri. Kau mengenalnya?" sambung Restu dengan sembari menatap Lidya dengan tanda tanya, dia hanya takut para preman itu menipu mereka.
Lidya memutar bola matanya ke atas sembari menatap langit-langit rumah. Ia menemukan cahaya terang lalu mengangguk. "Tentu aku ingat. Ada baiknya kalian beristirahat, besok akan lebih melelahkan."
Restu dan Dimas berlalu meninggalkan Lidya dan Oxy. Lidya menoleh sebentar ke arah Oxy. "Kau tidak perlu khawatir, jalani saja aktivitasmu karena mereka tidak akan mendeteksimu walaupun dia tau jika kau adalah saudara kembar kami. Jika pun bahaya mulai mengintaimu, aku yang akan berdiri di depanmu guna melindungimu sama seperti kau melindungiku ketika aku sama sekali belum berkuasa. Istirahatlah," ucap Lidya dengan tenang sembari melangkah ke atas tangga.
***
Oxy masih saja menatap rembulan seakan meminta jalan keluar dari masalahnya. "Apa yang terjadi padaku? Apakah aku memang seperti yang Lidya duga. Aku terlalu awam untuk mengenal cinta dan aku sendiri tidak mengerti akan hal ini."
"Sepertinya benar apa yang dikatakan Lidya," gumam Gio tiba-tiba berada di belakang Oxy bersama Lulu.
"Apa yang kau lakukan? Kau berada di sini dan mengajak Lulu kemari! Angin malam tidak sehat untuknya dan kau adalah suami hal yang buruk!" umpat Oxy sembari duduk menatap kehadiran Gio dengan tidak senang.
"Jangan mengumpatiki tentang baik-buruknya suami. Kau belum mempunyai istri! Dan kau akan tau ini alasan terbaik daripada mendengar ia merengek," ujar Gio sembari berjalan menghindar tatapan datar yang dilontarkan Lulu.
"Aku ke sini ingin memberikanmu sebuah kejutan. Kejutannya adalah...."
"Kau akan menjadi seorang paman!" teriak Lulu dengan riang. Oxy tidak berekspresi sama dengan yang Lulu rasakan.
Lelaki itu malah mengerenyitkan dahinya dan menatap heran Lulu. "Maksudmu?"
"Lelaki bodoh!" Lulu menatap tidak percaya lelaki itu, bagaimana bisa seorang Oxy yang selalu nomor satu dalam pengetahuan kini menjadi sangat lugu.
Gio bertepuk tangan dengan meriah mendengar umpatan yang istrinya layangkan untuk saudara kembarnya. "Aku tidak tau bagaimana caranya kau belajar mengumpat. Tetapi aku bahagia mendengar umpatan pertama kalimu untuk lelaki ini."
Oxy hanya menatap datar sepasang suami istri yang selalu menyudutkannya. Ia pasrah.
"Kau akan menjadi seorang paman, Lulu tengah mengandung anakku. Dan dia merengek meminta ke sini karena ia mendengar percakapan Rozi dan Rian tentang keberadaan Lidya di rumahmu," terang Gio menyimpan segala kesabarannya.
"Dia telah pandai menipu kita," hela Oxy terdengar pasrah.
Gio memilih menatap Lulu, begitu juga sebaliknya. "Apa yang terjadi? Dan apa maksud dari ucapanmu?"
"Dia tidak benar-benar ke Belgia. Selama beberapa hari ini dia hanya menginap di rumah Restu, aku tidak tau mengapa ia melakukan ini."
Gio hanya tersenyum mendengar ucapan Oxy yang terlihat kesal. "Di mana dia sekarang?"
"Di kamarnya bersama Zhiro. Dia mengatakan akan memulai sesuatu," gumam Oxy seakan melapor tingkah adiknya.
"Dia benar-benar memulainya," lirih Gio sembari tersenyum puas penuh arti.
"Kau mengetahui rencananya?" tanya Oxy seakan mengorek informasi yang ingin ia dapatkan.
"Tidak, dia hanya mengatakan jika ada hal penting yang akan ia lakukan. Lagipula dia tidak melibatkan pasukanku, hanya Rozi dan Rian yang dilibatkannya. Dan kau tau sendiri, mereka berdua tidak akan mengatakan apapun tentang Lidya walaupun aku adalah pimpinannya," kekeh Gio mengingat tingkah Rian dan Rozi yang tidak ingin rahasia Lidya terbongkar walaupun Gio bersikeras memaksa. Kedua lelaki itu telah lebih dari sekedar pasukannya.
"Tentang permainan harta itu? Kau mengetahuinya?"
"Tentu saja," sahut Lulu. Ia mulai menghela, "kau tidak mengetahuinya? Permainan itu masih ada sampai saat ini. Dan suamiku masih belum berada dalam keadaan aman."
"Mengapa kau masih ingin berada di sampingnya?" tanya Oxy yang mulai tidak mengerti tentang hal yang tidak logis baginya.
"Karena cinta, cinta dapat mengubah segalanya. Aku akan tetap di sini, walaupun aku harus mati," jawab Lulu terdengar sangat kukuh dengan ucapannya.
Gio memeluk erat istrinya setelah mendengar pernyataan itu. Ia sedikit menghela. "Aku akan menjagamu, setiap tetesan darahmu walaupun aku akan mati."
Gio melepas pelukannya dan menatap Oxy dengan tertawa kecil. "Perlu untuk kau tau, pasukan Lidya kini tengah melakukan kemah besar-besaran di halamanmu."
Oxy menutup wajahnya dengan telapak tangannya. "Aku tidak menduga jika ini akan terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]
RomanceBook 3 of Lathfierg Series Tuntutan ekonomi yang menjadi penyebab masuknya Laila Nurfajah ke dalam kehidupan Oxyvier Lathfierg. Ditambah lagi dengan pekerjaan Oxy yang semakin memadat membuatnya harus mencari pengganti Lidya dengan segera. Mereka be...