Nine teen

440 39 0
                                    

"Rumah yang sangat megah. Sangat megah daripada kontrakanku bersama Mila," gumam Laila dengan sedikit berbisik ke arah Erick.

Erick hanya terkekeh sedikit mendengar gumamam Laila. "Inilah kediaman Lazuardi, saudara kembar yang bersahabat dengan Lidya dan Zhiro. Rumah mereka lebih megah dari rumahku," kekeh Erick. Laila hanya menyadari kebodohannya, mereka adalah orang kaya dan rumah mereka adalah istana mereka.

Tiga orang berkulit putih menyambut kedatangan Oxy yang telah berlalu di depan mereka. "Oxyvier, lama kita tidak bertemu. Di mana Gioza?"

"Dia tidak bisa ikut untuk kali ini. Di mana adikku?"

"Mereka bersama Dhika, dan Farhan telah pergi satu jam yang lalu. Ada proyek yang akan mereka kembangkan," gumam El dengan lancar.

"Ke mana kakakmu?" tanya Oxy mengarah ke arah Revi yang tangannya masih menggenggam lengan Damar.

"Oxy!" Kevin tiba-tiba datang dan bergabung bersama headset yang masih saja melingkar di lehernya. Ia menjabat tangan Oxy begitupun yang lainnya. "Kau bertanya tentang Lidya? Lidya pasti aman. Ia bersama Restu dan antek-anteknya. Lagipula Zhiro selalu menjaga Lidya dan Farhan? Ia pasti sangat menjaga wanita itu, kau tau seberapa sayangnya dia dengan Lidya?"

"Farhan? Siapa dia?" Laila hanya bisa melirih saat ini untuk bergabung ke dalam pembicaraan golongan elite di hadapannya.

"Kakak angkat Lidya, dia sangat menyayangi Lidya."

"Mereka adalah sahabat dari Lidya?" gumam Laila mempertanyakan kekagumannya.

"Tentu saja. Dari dulu Lidya dikelilingi oleh lelaki tampan dan kaya. Aku mengagumi solidaritas yang mereka ciptakan. Persahabatan mereka benar-benar indah di atas air mata dan darah," gumam Erick. Laila yang mendengar hanya bergidik ngeri ketika mendengar kata darah yang tersirat dalam persahabatan pimpinannya.

"Kau jangan berpikir terlalu jauh. Mereka bukan pembunuh meskipun Lidya merupakan orang yang handal dalam memainkan sebuah samurai. Banyak orang yang mengancam keselamatan Lidya sedari dia SMA. Kau mau tau hebatnya? Dia tidak pernah benar-benar mati ketika orang mencelakainya, dia telah selamat dua kali dari masa krisisnya," gumam Erick menanggapi Laila yang kini merasa takut.

"Kau tau semuanya?" tanya Laila dengan gencar. Sedikit rasa bangga ia memiliki pimpinan seperti Lidya.

"Tidak terlalu jauh, aku hanya mengetahui beberapa penggalan dari kisahnya," gumam Erick dengan mengangkat bahunya lalu kembali tersenyum menatap orang-orang yang melirik ke arah mereka berdua.

"Bagaimana fisiknya? Aku bertemu dengannya hanya sebentar, ketika aku memilih lembur menyelesaikan tugasku. Dia datang dan mencari Oxy lalu ia meminta Restu mengantarku," jelas Laila sembari mengikuti langkah Oxy dan Erick ke suatu meja.

"Dia? Dia sangatlah cantik. Ketika dia pertama kali bekerja di perusahaan Oxy, aku sempat terpana. Namun, ia telah disangka tunangan baru Oxy. Namun, bukan itu saja. Dia berada dalam pengawasan Gio selama ini, kami belum mengetahui jika Gio, Lidya, dan Oxy adalah satu saudara kembar yang terpisah berbelas-belas tahun lamanya," kekeh Erick.

"Kau sempat menyukainya?" kaget Laila mendengar pernyataan bosnya.

Erick sedikit menghela nafasnya. "Tentu saja, setiap lelaki pasti menyukainya. Hanya saja, hanya satu orang yang ia sukai. Louizhiro Zachary Groye, Zhiro."

Sebuah dering handphone menutup pembicaraan singkatnya kini, sebuah panggilan masuk ke handphone Erick. "Halo?"

"Daiva? Sebentar."

Erick sedikit menjauh dari handphonenya. Ia berdiri dan berjalan menuju titik berdiri El. "Ada panggilan dari Lidya."

Daiva menyambut dengan lekas, lalu berjalan ke arah sudut ruangan. "Tenang saja."

Tidak beberapa lama Daiva kembali dengan senyum yang sumringah. "Terima kasih."

"Tentu saja," gumam Erick kembali ke mejanya. Ia langsung disambut pertanyaan oleh Laila.

"Siapa yang menelepon?"

"Lidya," jawab Erick dengan tenang.

"Ada apa?" kaget Laila, pasalnya baru saja mereka membicarakan wanita itu.

"Dia mengetahui jika dirinya selama ini telah dibicarakan," jawab Oxy terdengar ketus. Laila dan Erick menatap Oxy dengan serentak, tatapan datar.

***
"Siapa yang kini tengah bergerak di balik topeng?" gumam Dhika yang tidak mengetahui arah pembicaraan Restu dan Lidya yang terkesan penuh dengan isyarat.

"Kita akan tau siapa pemangsaku sebentar lagi," kekeh Lidya sembari menenggelamkan kedua telapak tangannya ke dalam saku jaketnya.

Mereka bersama-sama menatap langit malam di Belgia dari atap rumah Lazuardi. Terlihat indah dengan diiringi lantunan musik dari pesta yang diadakan oleh Daiva di bawah.

"Kasus yang sama dengan Robert?" guman Dhika akhirnya menebak-nebak.

"Benar, sedikit lebih rumit. Kali ini Gio pun tidak mengetahui hal ini," ujar Dimas mengiyakan.

"Kasus Robert penuh dengan misteri. Lalu apa yang berbeda dari kasus ini?" gumam Dhika sembari menyilangkan kedua tangannya.

"Sebuah cinta yang besar akan dikorbankan, pemalsuan identitas dan pengkhianatan. Sepertinya itu yang akan terjadi," sela Restu tiba-tiba.

"Lalu?"

"Dia mendambakan kematian keluarga Lathfierg sekaligus beserta kami," gumam Restu dengan menatap Dimas, Zhiro dan akhirnya ke arah Lidya.

"Tetapi nama telah digenggam dan rencana mereka telah terpantau, kita akan mengikuti langkah mereka dengan seperti biasa. Mereka tidak akan bisa menebak jika mereka yang tengah diintai. Mereka yang mengejar atau mereka yang dikejar, mereka tidak akan tau perbedaannya. Aku akan menantikan saat mereka datang dan berusaha membuat rencana mereka berhasil, aku ingin melihat bagaimana mereka bisa mengumpulkan keberaniannya," kekeh Zhiro lalu menatap Lidya dengan lama. Ia menatap mata Lidya dengan sangat dalam.

"Aku akan selalu menjagamu," gumam Zhiro lalu mengecup dahi Lidya sebentar.

"Kita akan saling menjaga. Aku tidak akan bertahan dengan kuat tanpa kehadiranmu. Kita satu," sanggah Lidya dengan cepat.

"Jika kematianku membuatmu tetap hidup, maka itu jalan yang terbaik," tukas Zhiro tanpa memperpanjang waktu.

"Jika kau lakukan itu, maka aku akan mencari cara untuk menyusulmu," bantah Lidya dengan lekas. Dari sudut matanya menetes air mata yang terlihat begitu suci, tanpa noda, dan dari hatinya yang terdalam.

"Ini adalah cinta yang mampu membuatku bertahan sampai saat ini, aku selalu menyesal karena cinta ini juga aku membawamu ke arena berbahaya ini," sambung Lidya. Tanpa berpikir panjang, Zhiro mendekap tubuh Lidya. Teramat kuat, mereka merasa takut kehilangan satu sama lain.

Farhan menatap kedua sahabatnya dengan takjub, sebuah cinta yang luar biasa. Cinta yang mampu membuat Zhiro yang dingin begitu membara dan cinta yang mampu mengubah Lidya yang naif akan senjata kini menjadi sangat anarkis.

Cinta yang menuntut mereka untuk tetap hidup dan cinta yang menuntut mereka untuk saling mengalami kematian.

"Sampai kapan semuanya berakhir?" tanya Dhika dengan raut wajah yang sangat serius.

"Tidak dapat dipastikan, semuanya masih saja mengabu. Hal yang masih bisa dipastikan, kita akan selalu bertahan."

Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang