Thirty

338 33 1
                                    

Dengan genangan air mata di kantung matanya, Zhiro memacu motornya membelah jalanan kota. Telah sangat sepi dan hanya beberapa kendaraan yang melintasi.

***

Sebuah kenangan manis selalu tersirat dalam pikiran, dan kebahagiaan tidak akan menjadi kenangan.

Zhiro telah berjam-jam menatap Lidya dengan gaun pernikahannya yang masih ia larang untuk dilepaskan. Ia tetap memaksa wanita itu untuk memakainya.

"Sampai kapan kau menatapku seperti itu?" tegur Lidya yang tengah duduk di kursi riasnya, sedangkan Zhiro berada di sofa kamarnya. Perlahan Lidya melepas hiasan yang melekat di rambutnya, benda-benda kecil itu cukup berat. Ia melakukannya dengan diam-diam.

"Sampai aku mati," gumam Zhiro sembari tersenyum lalu berdiri mendekati wanita yang telah menjadi istrinya. Lidya mengembangkan senyumnya.

"Kau tau sayangku, aku begitu bahagia hari ini dan sampai aku mati karena hidupku telah lengkap," ujar Zhiro sembari membantu Lidya melepaskan benda-benda kecil pengganggu yang tidak bernyawa itu.

Zhiro tersenyum dengan menatap ke arah cermin, bayangannya bersama Lidya. "Lihat betapa cantiknya dirimu. Aku masih heran, mengapa kau memilihku di antara pria lainnya di muka bumi?"

Lidya langsung berdiri dan menatap mata Zhiro secara langsung. "Bukannya kau sedikit memaksaku untuk menikahimu?"

Zhiro melingkarkan tangannya di pinggang Lidya dan menaiki satu alisnya. "Aku yang memaksamu? Katakan dengan benar, aku tidak mendengarnya dengan jelas."

"Tidak... Karena aku juga sangat mencintaimu," sambung Lidya yang tidak dapat berbohong karena tatapan Zhiro. Tatapan itu begitu menghipnotisnya dengan sangat dalam.

Zhiro langsung mencium Lidya tepat di bibirnya. Jantung Lidya berhenti berdetak, french kiss yang pertama ia dapatkan dan yang pertama kali bagi Zhiro untuk memberikannya. Zhiro masuk ke dalam euforianya sendiri, ia mabuk dalam cinta. Seakan telah beberapa botol alkohol yang membuatnya bahagia walaupun kenyataannya hanya bersama istrinya untuk saat ini.

Zhiro menghentikan ciumannya dan menatap Lidya yang masih menutup matanya. Ia menatap Lidya, rona merah menghiasi pipinya. "Kau blushing?"

Lidya sangat terkejut, ia memalingkan wajahnya dan menatap ke arah cermin. Benar-benar memerah.

"Aku ingin membuatmu blushing tiada henti," sambung Zhiro. Mata Lidya membulat sempurna ia memutar bola matanya.

"Kau tidak mendengarnya? Aluna memanggilku, mungkin ada suatu hal yang harus aku urus di luar dan dia sangat membutuhkanku... Aku permisi dulu, dan selamat istirahat," lirih Lidya sembari melangkah dengan cepat ke luar kamar mereka.

***

"Jangan terlalu memacu motormu dengan cepat! Berbahaya!" teriak Restu, ia mendapat kabar jika di depan akan ada kemacetan.

Zhiro langsung memutar motornya menembus gang sempit. "Aku ingin kau tetap selamat, jika tidak jangan tinggalkan aku sendiri di dunia."

***

"Zhir, mau aku panggil apa dirimu? Sayang? Kak? Atau apa? Sepertinya terlalu laknat bagiku untuk memanggil namamu," gumam Lidya. Ia berada di balkon kamarnya di rumah Lathfierg hanya bersama Zhiro. Ia menyandarkan kepalanya dengan lembut dan tersenyum sembari memegang lengan Zhiro. Zhiro hanya melirik Lidya, ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Istrinya sangat agresif, agresif ataupun protektif itu sama saja. Ia seperti takut kehilangan.

"Panggil apa saja yang kau ingin, aku tidak butuh panggilanmu, tetapi aku ingin seluruh cintamu. Jikapun kau memanggilku dengan panggilan yang sangat buruk, itu tidak mengurangi rasa cintaku. Karena pada dasarnya, cintamu yang memanggilku," tukas Zhiro terdengar sangat lembut.

Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang