"Kau tidak lelah mengurusi pekerjaanmu?" gumam Gio seakan menyindir aktivitas Oxy selama beberapa jam. Menatap laptop tanpa henti seakan-akan ia mulai mencintai benda mati itu.
Matahari seakan tergelincir dari singgasananya, membawa segenap cahaya yang bisa ia bawa. Rembulan menuntut kepada Sang Bagaskara tentang bagiannya di singgasana.
"Tidak, aku punya banyak pekerjaan yang harus aku urus. Bukan sepertimu," gumam Oxy sembari meminum beberapa tegukan jusnya.
"Aku hanya khawatir...."
"Apa maksudmu?" Oxy tetap fokus menatap laptopnya. Cahaya dari laptop tersebut tidak berhasil menghalangi pekerjaan Oxy.
"Lama kelamaan aku khawatir kau akan lebih mencintai laptopmu daripada seorang wanita, mengapa kau tidak menutup benda membosankan itu dan pergi untuk jalan-jalan? Apakah kau tidak punya uang? Kalau seperti itu, aku akan memdanaimu," cerca Gio tanpa henti. Aluna hanya terkekeh mendengar kedua saudaranya berseteru dengan ringan.
"Wanita itu tidak penting dan cinta itu sia-sia."
Itulah jawaban singkat yang sering Oxy gunakan untuk membalas sindiran Gio yang selalu menghujamnya.
"Baiklah, jika wanita itu tidak penting, mengapa kau masih saja mementingkan kak Lidya?" tanya Aluna akhirnya tersulut untuk berada di pihak Gio.
"Dia? Dia adikku dan telah menjadi kewajibanku untuk menyayanginya." Oxy melanjutkan argumennya, "bisa dibilang aku ingin. Wanita itu tidak penting, mereka hanya bisa merengek dan memperbudak seperti yang dilakukan Bianca. Aku muak!" seru Oxy akhirnya mematikan laptopnya dan memilih untuk berseteru dengan saudaranya.
"Gio, apakah aku meperbudakmu? Jujur, aku sangat tersinggung dengan pernyataanmu. Tidak seluruh wanita melakukan hal itu. Aku yakin jika Lidya berada di sini ia akan memarahi perkataanmu," cetus Lulu tidak terima.
"Bagaimana dengan Laila?"
"Laila? Ada apa dengannya?" Oxy menatap Aluna dan Gio satu persatu, mereka saling menatap seperti ada sebuah konspirasi yang mereka jalankan.
"Apakah dia cantik?" tanya Aluna secara spontan. Oxy hanya menatap datar kala mendengar pertanyaan Aluna yang bodoh baginya.
"Mengapa kau bertanya seperti itu? Apa keuntungan yang kau dapatkan dengan bekerja sama dengan Panglima yang tidak ada gunanya itu?" Oxy hanya menaikkan satu alisnya seakan meminta alasan Aluna.
"Tidak ada alasan khusus, karena aku puas untuk mencercamu! Jawab saja pertanyaanku tanpa membantah!" Aluna mempertegas permintaannya.
"Apa yang aku lakukan di masa lalu sampai adikku saja yang telah aku besarkan kini mengkhianatiku seperti ini?" pertanyaan yang seakan menjadi helaan Oxy berhasil membuat Aluna terkekeh geli.
"Cepat! Jangan mengalihkan topik pembicaraan!"
"Tidak, jangan berbasa-basi seperti ini! Aku tau jebakan kalian! Katakan saja!" Oxy menyilangkan kedua kakinya seakan ia menjadi bos dalam perundingan ini.
"Apakah kau menyukainya?" tanya Aluna dengan bersemangat.
"Tidak, aku tidak ingin menyukainya!" tegas Oxy.
"Mengapa kau tidak ingin menyukainya? Apakah karena bagimu ia tidak cantik?" terka Lulu mencoba memecah keheningan yang ia alami.
"Bukan hal itu, bagiku cantik tidak terlalu penting. Aku tidak menyukai sikapnya...."
Penjelasan Oxy terhenti ketika Gio mulai menerbangkan pertanyaannya. "Sikapnya?"
"Dia berhasil mempermalukanku dan membuatku membencinya," gumam Oxy dengan apa adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]
RomanceBook 3 of Lathfierg Series Tuntutan ekonomi yang menjadi penyebab masuknya Laila Nurfajah ke dalam kehidupan Oxyvier Lathfierg. Ditambah lagi dengan pekerjaan Oxy yang semakin memadat membuatnya harus mencari pengganti Lidya dengan segera. Mereka be...