Lidya tetap terlelap dalam rengkuhan Zhiro. Sesekali lelaki itu terbangun untuk memastikan kenyamanan Lidya, berdiri dan melihat ke arah luar kamar.
Ia mengamati area di dekat rumah Lathfierg tersebut, mengingat satu nama yang berhasil membuat istrinya menjadi sedikit shock.
Lidya hanya wanita biasa, namun ia mempunyai lingkungan yang keras sehingga wanita itu juga menjadi keras. Ia mempunyai kepribadian yang lembut, apalagi hatinya. Ia bisa berkamuflase menjadi sangat kuat namun setiap manusia mempunyai titik lemah, dan ini berhubungan dengan kandungan Lidya.
Sebuah panggilan masuk dan menderingkan handphone Zhiro. Ia langsung mengangkatnya karena kesunyian kini sangat Lidya butuhkan.
"Ada apa?"
"Haruskah besok? Kau tau kondisi Lidya sedang dalam keadaan yang harus ditemani."
"Baiklah, jangan sampai proyek kita batal dan aku akan datang."
Zhiro menutup panggilannya, ia berjalan untuk kembali berbaring di samping Lidya lalu menutup matanya, ia tahu pagi akan terasa terlalu cepat.
***
Lidya menggosok mata sembari mengerjapkan matanya. Ia melihat sosok suaminya yang tengah bersiap-siap sembari memakai dasinya.
Ia melirik dirinya sendiri di cermin, seperti hantu dengan rambut yang teramat berantakan.
"Aku akan pergi...."
"Aku tidak peduli," potong Lidya tiba-tiba, Lidya kembali berbaring dan melihat ke sisi kamar lainnya.
Zhiro hanya menghela nafasnya, baru kali ini ia mendapatkan jawaban seperti itu. Biasanya, Lidya akan secepat kilat membantunya dan tetap bersikukuh jika Zhiro tidak melarangnya.
"Sayang, kau marah kepadaku?" tanya Zhiro dengan hati-hati, ia tau harusnya ia tidak mempertanyakan ini.
"Tidak, aku tidak marah kepadamu. Aku hanya marah kepada diriku sendiri, lihatlah aku seperti hantu dan jauh dari kata cantik. Mungkin saja aku tidak semenarik seperti wanita yang memelukmu," gumam Lidya dengan melirih, Zhiro tau kini Lidya sedang mencoba memperbaiki hatinya sendiri.
"Sayang, kau salah paham...." Zhiro mencoba melangkah mendekati Lidya.
"Jangan dekati aku, aku buruk."
"Lidya, kau tidak boleh seperti itu." Lulu datang dengan segelas susu, ia duduk di hadapan Lidya.
"Dia suamimu...." lanjut Lulu mencoba menenangkan Lidya.
"Aku tau dia suamiku, dia bebas mendekatiku, tetapi tentang wanita itu? Apakah dia juga bebas mendekatinya dan memeluknya. Ayolah Lu, aku masih ingat tubuhnya bersentuhan dengan wanita itu, dan bibirnya masih ada bekas bibir wanita itu," isak Lidya sembari mencoba duduk dan menyandarkan kepalanya di bahu Lulu.
"Rasanya teramat sakit, lebih baik aku kritis daripada merasakan rasa cemburu seperti itu. Nafasku menjadi sesak," sambung Lidya dengan mencoba membuat nafasnya menjadi teratur.
"Jangan berkata seperti itu," potong Zhiro mencoba mendekati Lidya namun Lidya kembali berbaring dan menutup wajahnya dengan penuh.
"Kau ingin pergi? Pergi saja, ada aku, Gio dan Aluna yang mengurusnya. Kami akan menjaganya," ujar Lulu dengan mencoba meyakinkan Zhiro. Zhiro hanya mengangguk lalu menatap Lidya sedikit lama.
"Jangan lupa makan," gumam Zhiro sembari keluar dari kamar.
"Mau ke mana kau?" Sebuah pertanyaan dari Gio melayang ke arah Zhiro ketika lelaki itu menuruni tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]
RomantizmBook 3 of Lathfierg Series Tuntutan ekonomi yang menjadi penyebab masuknya Laila Nurfajah ke dalam kehidupan Oxyvier Lathfierg. Ditambah lagi dengan pekerjaan Oxy yang semakin memadat membuatnya harus mencari pengganti Lidya dengan segera. Mereka be...