Twenty Four

335 33 1
                                    

Oxy memilih untuk berbalik. Semuanya hanya menatap orang yang berada di belakangnya. Oxy menyingkap sedikit kain yang menutup wajahnya.

"Kau..."

Orang itu tetap tertutup jaket hitam, ia kian merunduk. Semua hanya memilih diam dan mengamati tanpa sedikitpun bertanya.

Laila menatap bosnya dan orang itu tidak berkedip, ia semakin penasaran dengan orang yang berada di balik jaket itu. Suaranya terdengar sangat berat.

Oxy langsung menarik orang itu dalam pelukannya. Mata Laila membulat sempurna ketika melihat tindakan Oxy yang teramat langkah terlihat.

"Aku akan memilihmu daripada segalanya yang ada di dunia," ujar Oxy lagi. Orang itu membalas pelukan Oxy dengan sangat erat.

Beberapa menit lamanya, para tamu hanya sebagai penonton. Ia melupakan ruangan yang ramai akan manusia.

Oxy melepaskan pelukannya dan memegang kedua pundak orang itu. Perlahan ia membuka jaket itu, rambut yang berwarna orange terlihat di segala mata.

Wajahnya terlihat sempurna, bagaikan bidadari utama yang terjatuh dari kahyangan. Oxy tersenyum mendapati wanita itu kini berada di hadapannya.

"Aku menyayangimu lebih dari segalanya," bisik Oxy dengan sangat lemah. Hanya saja Laila dapat mendengar percakapan mereka, ia membuat beribu pertanyaan dalam benaknya.

"Yakinkah? Aku akan meminta segala hartamu karena aku hamil.." Wanita cantik itu tersenyum dengan riang. Laila berdecak kesal.

"Heh! Lo itu siapa ya dateng-dateng langsung minta segala harta bos gue?! Kalo lo minta tuh harta gimana gaji gue?" amuk Laila sebelum gajinya bulan ini benar-benar hangus.

"Siapa gue gak ada urusan dengan lo," gumam wanita itu dengan santai.

"Tentunya ada urusan sama gue. Lagian siapa sih lo! Dateng-dateng ngerusak suasana, pake acara pelukan segala. Lo ga liat para tamu-tamu terhormat dan bilang kalo lo hamil! Makanya ya kalo udah tau tuh muka cantik jangan sok kegatelan, lo hamil sama Pak Oxy? Itu bukti lo kegatelan!" amuk Laila dengan gencar.

Gio bangkit dari kursinya. Ia memeluk wanita itu dengan sangat erat. "Mengapa kau tidak mengatakan jika kau hamil?"

Gio melepaskan pelukannya. "Apapun yang kau minta akan kupenuhi."

"Heh cewek murahan! Mana sih harga diri lo? Lo ga malu ya nampakin muka lo di depan para-para pengusaha hebat seperti ini? Udah hamil di luar nikah sama Oxy terus pake peluk suami orang!" Laila berkata dengan lantang, bagaimanapun harkat dan martabatnya sebagai wanita harus selalu diangkat.

"Pak Gio? Apa yang anda lakukan? Bagaimana anda bisa memeluk wanita lain di depan istrimu sendiri? Nyonya Lulu?" hela Laila tidak habis pikir.

"Nyonya? Mengapa kau tidak melakukan hal-hal buruk untuknya? Kau bisa mencengkeram wajahnya yang sok cantik! Dia akan merebut suamimu," ujar Laila dengan sangat lantang.

"Baiklah. Jika tidak bisa, Nona Aluna, kau pasti bisa mewakili Nyonya Lulu dalam membalas tindakan pelakor ini!" gelisah menyelimuti hati Laila, ia tidak bisa merelakan istri pimpinannya bersedih.

"Kau ingin melawanku Aluna Fentino? Aku akan melihat seberapa besar kemampuanmu?," gumam wanita itu dengan sangat lantang.

"Tentu saja, sebuah tantangan baru untuk dapat melumpuhkanmu!" Aluna bangkit lalu mengambil sebuah samurai yang tersimpan di balik sofa yang duduki.

"Melumpuhkanku?" decak wanita itu dengan sangat menantang.

Laila menyiratkan senyum ketika Aluna kini tengah mengibarkan bendera perang dengan wanita itu. "Lo gak bakal sanggup ngelawan Nona Aluna. Bayangan aja sampe ngeri liat Aluna."

Aluna hanya memutar bola matanya, ia tidak menyangka jika sekretaris Oxy akan bersikap berlebihan.

Namun sebuah lengan mencengkeram bahu wanita itu sehingga tubuh wanita itu kini membalik ke belakang.

Seseorang yang mengenakan jaket juga namun saja kepalanya tidak tertutupi. Wajahnya ditutupi oleh masker namun dapat terlihat dengan jelas bahwa itu adalah seorang lelaki.

Lelaki itu mengeluarkan rambut wanita itu yang masih tersimpan di dalam jaket. Rambutnya terkibas ke belakang.

Lelaki itu memeluk erat tubuh wanita itu lalu sekilas mencium bibirnya dan mengecup kening wanita itu. Darah Laila kini membakar hebat.

"Heh dasar wanita murahan! Lo itu gak cukup ya sama satu cowok? Lo itu udah hamil? Anak siapa yang lo kandung sebenarnya?!" sarkas Laila tanpa henti.

"Dia adalah istriku dan anak dalam kandungannya adalah anakku," gumam lelaki itu.

"Ajarin tuh istri lo biar gak kegatelan! Lo sama istri lo tuh siapa sih sok misterius banget!"

Lelaki itu membuka maskernya dan tersenyum sekilas. "Perkenalkan, namaku Louizhiri Zachary Groye  pemilik Groye's Group."

Laila sangat tercengang dengan mendengar apa yang lelaki itu katakan.  Bukan saja nama dari lelaki itu yang baru saja dia dengar, namun ketampanan lelaki itu juga membuatnya terpana. Laila seringkali mendengar nama Zhiro, tetapi ia tidak pernah melihat wajahnya sekalipun. Ia baru menyadari sesuatu, wajahnya pucat pasi.

"Dan wanita kegatelan ini adalah kakak tersayangku, Lidya Vanessa Lathfierg Groye," sahut Aluna lalu melemparkan samurainya ke sembarang tempat dan menarik Lidya untuk dia peluk.

Zhiro menatap Aluna dengan sadis. "Jika janinku kenapa-kenapa aku akan membunuhmu dengan segera."

Aluna menghiraukan ancaman Zhiro. "Walaupun baru kemarin aku bertemu denganmu aku telah merindukanmu," gumam Aluna dengan riang.

Oxy seakan ditarik dalam kesadarannya. "Kemarin?"

Aluna melepas pelukannya lalu menatap Lidya dan selanjutnya tertawa kecil. "Tentu saja, aku berada di manapun kau berada. Ketika pesta diadakan di rumah Daiva, aku ada di sana tepat di rooftop bersama Dhika, Farhan, Zhiro, Dimas dan Restu. Lalu ketika kemarin tepat saat pertemuan berlangsung, aku berada di kamarku dan mendengar segala percakapan kalian. Ketika kau turun hampir saja kau melihat Restu jika lelaki itu tidak langsung menghindar," jelas Lidya atas semua yang ia lakukan.

Oxy menghela nafasnya karena kenyataan yang ia dengar. Lidya mendekati Oxy, ia tidak bisa melihat salah satu anggota keluarganya bersedih. Ia memegangi lengannya, namun ia merasakan sesuatu hal yang berbeda.

"Apa ini?" Lidya langsung menyingkap jas yang Oxy kenakan. Ia melihat balutan perban melingkari lengan Oxy.

"Luka apa ini? Siapa yang melukaimu?"

"Berandalan di dekat proyek. Aku tidak apa-apa, dia berusaha menculik Laila dan ini hanya luka kecil. Lagipula untung Rudi datang di saat yang teramat tepat, jika tidak aku tidak akan tau bagaimana nasibku."

Lidya menoleh ke arah Rudi. "Apakah benar yang dikatakan Oxy? Kalau seperti itu aku ucapkan banyak terima kasih."

"Benar, tidak ada kata terima kasih dalam sebuah persahabatan," ujar Rudi terdengar sangat ramah.

"Lidya, apakah kita harus mencari berandalan itu?" tanya Restu melanhkah masuk sembari tetap menggenggam sebuah samurai.

"Tidak perlu, yang terpenting Oxy tetap selamat."

"Nyonya Lidya...." lirih Laila dengan sesal yang sangat dalam. Lidya menoleh dan menaikkan satu alisnya.

"Aku minta maaf karena telah menghinamu...."

"Ada bayaran atas segala penghinaan."

Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang