Lidya menatap dengan mata yang menyala—semangatnya terlalu berkobar. Ia menatap ikatan di tangannya, teramat kuat.
"Apa yang akan kau lakukan?" Oxy menatap Lidya yang tengah menarik paksa lengannya dari cengkeraman tali dengan permukaan kasar itu.
Zhiro melihat lengan istrinya melecet perlahan namun tali itu berhasil dilepaskan dan dengan sangat anarkis ia melepas ikatannya lalu melemparkan tali pengganggu itu menjauh.
"Menyelamatkan nyawa kita dan calon anakku serta keponakanku!" jawab Lidya dengan nada yang teramat cepat. Ia frustasi dengan ikatan tali di kakinya, sangat kuat menahannya.
"Andaikan samuraiku ada di sini dan semuanya akan lebih mudah," decak kesal Lidya dibiarkan mengambang dalam udara ruangan sendiri, mereka tidak ingin menambah gumaman Lidya ketika melihat susahnya Lidya membuka tali-temali itu.
Lidya memperhatikan sekitarnya. Ia tidak menemukan apa-apa, ia bersikeras mencari sesuatu hal yang dapat ia gunakan namun hasilnya nihil. Lidya memutar kepalanya, ia menemukan sesuatu dalam pikirannya. Ia melepas retsleting jaketnya dan mengeluarkan sebuah pedang dengan ukuran kecil. Ia memotong tali yang menahannya.
Kemudian ia melepaskan ikatan Zhiro yang tentu saja akan membantunya dalam melepaskan yang lainnya.
"Selanjutnya apa?"
"Apalagi? Kabur dari sini atau kau akan menjadi abu bersama runtuhnya bangunan ini?" sindir Lidya dengan pertanyaan Oxy yang seketika membuat rasa pusing menghujam kepalanya.
"Aku merasa heran, apakah cintamu juga membawa kepintaranmu yang tidak dapat lagi diragukan itu?" sindir Aluna sembari melepas ikatan Oxy. Aluna seakan menatap Oxy sebagai santapan makan malamnya walaupun pada hakikatnya Aluna bukanlah seorang kanibal.
"Mungkin saja yang kau katakan tadi benar," gumam Oxy menyetujui ucapan Aluna. Rasanya Aluna ingin mengamuk kepada kakaknya, cinta telah menghilangkan akal sehat kakaknya. Namun, ia sangat mengetahui jika ini bukanlah saat yang tepat.
Lidya berjalan sembari menghentakkan kakinya beberapa keramik. Oxy dan Gio membersihkan debu di atas tubuh mereka.
"Kita harus mencari jalan keluar! Mendobrak pintu ataupun menghancurkan dinding?!" perintah Gio mengambil ancang-ancang dan memulai mencari seluk-beluk ruangan yang membuatnya merasakan mendekam di penjara.
"Percuma saja, mereka telah memagar bangunan ini dengan tembok tinggi di luar?! Zhiro bantu aku melakukan hal ini," pinta Lidya dengan menurunkan tinggi nadanya menjadi sangat lembut. Cinta memang terlihat handal dalam mengendalikan kepribadian seseorang.
"Lalu apa yang tengah kau lakukan? Kau akan menimbulkan suara yang menggema dan membuat mereka kembali masuk lalu mengunci pergerakan kita," sindir Lulu terkesan pedas. Ia tidak sadar mengeluarkan kalimat itu, namun kekhawatirannya telah menjadi alasan yang teramat logis.
"Mereka telah pergi sedari tadi," gumam Lidya sembari tetap melanjutkan aktivitasnya.
"Apa yang tengah kita cari?" tanya Zhiro setelah melakukan hal itu selama semenit tanpa pembantahan sedikitpun.
"Mereka tengah memasang sebuah peledak, dan akan meledak dengan durasi sekitar tiga belas menit lagi," jawab Lidya dengan santai namun pergerakannya menjadi sangat tergesa-gesa.
"APA?!"
"Cepat cari beberapa keramik yang memiliki suara hentakan berbeda. Di bawah keramik itu kita akan menemukan jalan keluar dari masalah ini," jelas Lidya. Bagai terhipnotis mereka langsung menyebar dan memilih untuk melakukan hal seperti yang Lidya lakukan.
"Ketemu?" serentak mereka menggeleng.
"Tidak mungkin," gumam Lidya terdengar frustasi. Ia mengacak rambutnya ketakutan jika dia tidak dapat menetapi ikrar semakin menghantuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]
RomanceBook 3 of Lathfierg Series Tuntutan ekonomi yang menjadi penyebab masuknya Laila Nurfajah ke dalam kehidupan Oxyvier Lathfierg. Ditambah lagi dengan pekerjaan Oxy yang semakin memadat membuatnya harus mencari pengganti Lidya dengan segera. Mereka be...