Fourty Seven

337 32 1
                                    

Laila telah bersiap dengan posisinya sementara Arman menghadapi gejolak emosi pasukan Gino ketika Restu berhasil membuat pimpinannya terluka.

"Bagaimana rencanamu?" tanya seseorang yang langsung mengejutkan Laila.

Laila menoleh secepat mungkin dan mendapati lelaki yang selalu berada di prioritasnya. "Mengapa kau ada di sini? Kau gila!"

"Apa yang akan aku lakukan? Menunggu maut di dalam mobil dan membuat adikku hilang secara mentah-mentah," tukas Oxy dengan mantap sembari mengawasi area sekitarnya.

"Menjauhlah! Aku telah membuat rencana agar kau tidak terluka sedikitpun, dan kau mengacaukannya!" Laila membidik seseorang yang berniat memukul Restu dari belakang, retinanya terlihat begitu fokus. Sekali peluru melesat mampu menembus kaki Rivano. "Kena kau!"

Restu dengan sigap membalikkan tubuhnya dan menerjang tubuh Rivano tanpa ampun. Kemampuannya lebih handal daripada Lidya dan Zhiro namun hanya saja periode serangannya cukup lama.

Sebagai perbandingan, Lidya mampu menghabisi tiga orang yang setara dengan lima orang yang tengah dihadapi Restu.

"Kau sangat membantu, Laila!" decak Dimas tersenyum sumringah. Oxy sangat melihat keakraban mereka yang tidak pernah dilihat oleh matanya.

"Orang lain tak akan tau, bagaimana susahnya cinta mempertemukan kita," ujar Oxy yang sesekali mengalihkan pandangan Laila. Namun Laila tetap sadar terhadap masalah yang tengah ia hadapi.

"Entah, bagaimana bisa aku mencintaimu? Lelaki dingin dan beku, tidak ada sisi romansa dalam dirimu. Jangan mendekat lagi, kau akan tiada seiring dekatnya jarak antara kita!" himbau Laila sembari menghela nafasnya ketika ia merasa jika area serangan mulai aman.

"Bagaimana kau bisa menyimpulkan jika aku mencintaimu? Kini hanya ada dua pilihan, aku atau kau yang akan meninggalkan dunia," ketus Oxy yang masih bimbang dengan dirinya sendiri.

"Aku sangat berharap jika kau mencintaiku walaupun itu hanyalah mimpi. Tidak ada waktu lagi! Pergi dari sini atau aku tidak akan memaafkan diriku sendiri!" sergah Laila yang mengeluarkan senjata tajamnya. Sebelum kejadian ini dia dilatih oleh Gino guna menyerang Lidya, namun masa praktek yang berbalik arah telah dimulai.

"Memang aku mencintaimu. Kini aku sangat paham bagaimana kenyataan tentang meninggalkan dunia ini? Jika tanpa kau, aku tidak ingin ada," bisik Oxy.

"Cepatlah pergi!" teriak Laila terlihat murka.

"Keputusanku telah bulat. Aku hidup jika kau tetap hidup. Jika pun tidak mungkin, aku akan tetap maju menjemput kematianku bersamamu. Setidaknya, Lidya tidak akan malu mempunyai saudara sepertiku," decak Oxy hendak menyalahkan takdir namun ia sama sekali tidak memiliki kuasa apapun.

Oxy merebut tembakan yang dipegang Laila lalu membidik dengan cepat. Seseorang terkena tembakannya dengan posisi mengincar maut Laila.

Dengan hal itu, Laila berpencar. Ia memainkan pisau yang ia bawa. Mata Oxy sedikit meremang melihatnya, bayangan Lidya seperti ada dalam diri Laila.

Namun ia begitu cepat untuk sadar dari semua imajinasinya dan bersiap melancarkan serangan yang bertubi-tubi. "Aku tidak akan membiarkan mautku mendahului mautmu, Gino."

***

Sirine polisi memecahkan pertarungan tersebut. Gino dan Rivan yang kakinya telah tertembak pun ditangkap.

"Siapa yang menelpon polisi?" gumam Arman menatap ke arah yang lainnya silih berganti.

"Kau Gino... Tunggu saja waktu yang tepat! Aku sangat tidak rela jika kau hanya dihukum mendekam di penjara!" sergah Dimas sembari meluapkan setiap emosinya.

"Keberuntungan masih memihakku," desis Gino sembari tersenyum penuh maksud.

"Aku akan segera mematahkan keberuntunganmu itu!" sergah Dimas ketika Gino dan Rivan diseret menjauhinya.

Oxy mendekati bibir jurang, terlihat sangat curam dan sulit untuk didaki. Jalannya berbatu. Ia baru menyadari jika mereka bertarung di tepian tebing. Hanya pepohonan yang dapat mereka lihat dan sebuah bangkai mobil. "Lidya..."

"Bagaimana dengan nasib adikku..." kalimatnya terhenti ketika tepat wajahnya sejajar dengan Restu.

"Kau menangis?" tanya Oxy seraya memastikan penglihatannya kini telah keliru.

Restu tersenyum kecut sembari membiarkan tetesan air matanya menetes tanpa penghalangan sedikitpun. "Tentu saja, siapa yang tidak akan menangis kehilangan kedua sosok orang itu? Mereka telah seperti keluarga dekatku. Dan siapa aku? Aku adalah bodyguard Lidya walaupun ada ikatan keluarga antara aku dan Zhiro. Tetapi mereka memfasilitasiku lebih dari itu, bukan aku saja tetapi yang lainnya. Dan bagaimana dengan nasibmu sendiri? Apakah kau tidak memiliki hati? Apakah air matamu tengah bermasalah hingga kau tidak menangisinya sedikitpun," hela Restu sembari menghapus air matanya.

"Kita harus mencari Lidya dan Zhiro walaupun jika harus menemukan jasadnya," hela Arman sembari menunjuk bangkai mobil yang telah terbalik tepat berada di aliran sungai.

"Aku akan ikut," tawar Oxy tanpa diminta.

"Lalu bagaimana dengan wanitamu?" tanya Dimas sembari menunjuk ke arah Laila yang terhampar pada aspal jalanan.

"Sebagian dari kami akan menjaga kalian dan sebagian lagi akan mencari Nyonya Lidya dan Tuan Zhiro," hela seorang lelaki sembari menawarkan diri dan keluar dari kebungkamannya.

"Bawa mobilku," gumam Arman sembari memberikan kunci mobil kepada Oxy. Oxy hanya mengangguk pelan sementara Arman berlari masuk ke mobil Restu. Tidak lama dari perginya mobil Restu berbelas mobil keluar dari persembunyiannya beserta berpuluh-puluh motor.

"Ini adalah hari duka yang teramat besar," hela lelaki itu lagi sembari meninggalkan Oxy dan Laila.

Seperti tusukan benda tajam pada hatinya, nafasnya sesak mendengar kalimat itu.

Oxy mendekati Laila yang berusaha keras untuk berdiri. "Kenapa kau masih ada di sini? Segera cari Lidya dan Zhiro."

Oxy melihat mata Laila yang sedikit memerah. "Kau menangis? Hapus air matamu!"

"Dan bagaimana dengan dirimu? Jangan bilang kau tidak berduka atas kematian adikmu sendiri?" tanya Laila yang tidak habis pikir dengan cara berpikir Oxy.

Oxy langsung menangkap Laila agar tidak kembali terjatuh. "Lidya pernah memintaku untuk berjanji agar tidak meneteskan air mata untuk dirinya. Kau terluka, kita akan mencari tempat yang aman."

Tanpa penolakan Laila langsung membiarkan tubuhnya digendong oleh Oxy dan masuk ke dalam mobil Arman. Oxy mencari padang rumput yang luas agar mudah baginya mendirikan tenda darurat.

Akhirnya lelaki itu menemukan tempatnya, ia membawa Laila turun. Terdapat luka gores di bahu belakang gadis itu, terdengar ringisan yang begitu dalam. "Apakah sangat sakit?"

"Tidak, tidak sesakit kehilangan orang yang telah menjadi bagian dari hidupmu sendiri."

***

Malam semakin larut, bintang mulai berbaris rapi berlatar langit yang telah gelap.

Restu dan yang lainnya datang, wajah mereka terlihat sesal dan lelah.

"Mobilnya telah hangus terbakar dan jasad mereka berdua tidak ada di tempat."

"Bagaimana aku mengatakan hal ini kepada mereka?" timpal Restu terdengar frustasi.

"Siapa mereka?"

Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang