"Siapa yang akan menjadi partner kita kali ini?" tanya Oxy dengab Erick. Mereka hanya terhubung oleh sambungan telepon.
"Mast's Groups, perusahaan yang baru saja beranjak menaiki rating pasaran."
"Baiklah, tunggu aku dan pastikan tugas Laila benar-benar selesai." Oxy menutup panggilannya, ia memasukkan handphone ke dalam saku jasnya.
"Oxy!" teriak Aluna tergesa-gesa, ia telah siap dengan seragam sekolahnya. Hari ini adalah ujian akhir dari masa SMA-nya.
"Mengapa? Bukankah uang sakumu selalu lancar?" Oxy melipat lengan jasnya sedikit. Terlalu panjang untuknya.
"Kata Kak Lulu, malam tadi Kak Lidya pulang. Tetapi, di mana dia?" tanya Aluna dengan penuh harap jika Lidya masih ada di rumah untuknya melepas rindu sebentar.
"Benar, tetapi dia baru saja pergi," gumam Oxy dengan santai, ia terlalu memfokuskan untuk rapat pentingnya hari ini.
"Baru saja pergi?" Mata Aluna mulai berkaca-kaca, ia duduk di sofa dengan sangat malas. Semangatnya untuk sekolah kian lenyap.
"Apakah pekerjaan bisnisnya lebih penting daripada adiknya sendiri?" lirih Aluna sembari menundukkan kepalanya dan berjalan tanpa daya.
Hati batu milik Oxy sedikit tersentuh, ia tidak tega melihat adiknya bersedih. "Mengapa kau bersedih? Tenanglah, masih ada aku di sini."
"Kau berbeda, Kak Lidya hanya satu-satunya di dunia. Dan kau? Ada beribu-ribu orang yang sepertimu di luar rumah ini," hela Aluna. Oxy menatap adiknya datar, dalam keadaan seperti ini ia masih bisa disudutkan.
"Terserah kau saja, aku tidak akan mengantarmu!" gerutu Oxy agar Aluna menarik kata-katanya dan berjalan ke arahnya. Namun, hadapannya tidak sesuai dengan kenyataan.
"Tidak perlu, aku punya mobil sendiri dan aku bisa mengendarainya. Walaupun aku tau, di hari pertama ujian ini lebih indah jika diantar oleh orang terkasih," gumam Aluna seakan raganya telah kehilangan nyawa.
"Biar aku antar, kau baru saja sembuh dari demam. Aku tidak ingin mengambil resiko atas kesehatanmu yang memburuk," tawar Oxy agar gadis itu mempertimbangkan keputusannya.
"Tidak perlu, hatiku juga telah sedikit tersakiti. Aku merindukan kak Lidya dan aku hanya ingin dia yang mengantarku," tolak Aluna mentah-mentah.
"Mau aku antar?" Aluna mendongakkan kepalanya, ia melihat seorang wanita dengan rambut yang gemulai panjang sebagai ciri khasnya. Lelaki tampan itu selalu di sampingnya.
"Kak.." Tanpa membuang waktu, Aluna langsung berlari dan memeluk Lidya. Lidya hanya sedikit terkekeh. "Sebesar ini rasa rindumu? Aku hampir mati karena pelukanmu."
Aluna langsung melepas pelukannya. Lidya melihat air mata Aluna yang sedikit jatuh, senyumpun terangkat. Lidya menghapus titik-titik air mata adiknya. "Bagaimana bisa Putri Lathfierg menangis?"
"Kata Oxy, kalian telah pergi," gumam Aluna seakan masih tidak percaya dengan yang ia lihat.
"Bagaimana bisa aku tidak menyemangatimu? Ayo kita pergi, aku tidak mau kau terlambat." Lidya menarik Aluna keluar.
"Aku akan menyusulmu!" teriak Zhiro masih tidak bergerak dari posisinya. Ia berjalan sedikit mendekat kepada Oxy.
"Aku pamit, kami akan pergi berbulan-bulan," gumam Zhiro dengan tegas.
"Ke mana kau akan membawa adikku?" heran Oxy dengan sikap adik dan suaminya ini.
"Ke manapun yang ingin kami pijaki, tidak ada yang tau akan kemana kami berpijak. Kami akan pergi lama, bahkan berbulan-bulan." Zhiro berbalik arah dan tersenyum sembari menatap Lidya yang menunggunya di motor milik Restu dengan Aluna yang telah bertengger di belakangnya.
"Berhenti!" teriak Oxy berhasil membuat Zhiro berhenti. Lelaki itu menoleh dan menaikkan satu alisnya.
"Jaga adikku," pesan Oxy dengan tersenyum. Ia harus dapat melepas adiknya, berkat perkataan Lidya dan Gio. Harusnya dia menyadari dari awal, jika apapun yang ia lakukan hanya untuk dirinya dan Aluna.
"Dia istriku, nyawaku adalah taruhannya. Jika dia tidak ku jaga, maka bunuhlah aku!"
***
Oxy datang ke ruang rapat, Laila telah datang dengan baju yang sangat rapi dengan polesan make-up yang natural.
"Kau telah menyiapkan seperti yang telah aku katakan?" tanya Oxy sembari fokus menatap layar laptop sembari mengecek pekerjaan yang telah Laila kerjakan.
Pintu dibuka dengan lekas. "Heyyo! Aku pulang!"
"Silahkan kau berkata jujur padaku," tanya Oxy dengan menatap Erick dengan tatapan dingin.
"Ada apa? Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Erick dengan sangat polos, dengan wajah tanpa dosa yang ia miliki.
"Katakan dengan jujur, urusan mendadak di Finlandia? Bukannya kau berjalan-jalan ke Belgia dengan ria? Ternyata uang Lidya mampu membuatmu membodohiku," guman Oxy melanjutkan inti pembicaraannya.
"Tentu saja, sedikit rapat kecil dan bonus jalan-jalan, bagaimana bisa aku menolak? Dan satu lagi, Daiva mengundang kita ke sana," ujar Erick dengan antusias.
"Kita bertiga," sambung Erick yang menyadari jika ia kekurangan kalimat.
"Wah.... Benarkah?" sahut Laila, akhirnya ia membebaskan dirinya sendiri dalam keheningan yang tercipta.
"Satu minggu lagi," gumam Erick sembari duduk di samping Laila.
"Dalam rangka apa dia mengundang kita?"
"Proyek bersama The~D, geng Lidya ketika ia masih SMA. Ada beberapa pertemuan penting di sana, termasuk Lidya dan Zhiro. Kabar yang aku dapatkan dari Daiva seperti itu," tukas Erick.
"Bagaimana tamu penting kita?" Oxy menatap Erick sebentar, dia hanya ragu jika Erick mengerjakan semuanya dengan baik.
"Mereka sedang dalam perjalanan. Mereka mengabarkan, jika mereka membawa beberapa penjaga," jawab Erick lalu menyiapkan persiapan dengan matang.
Beberapa saat setelah itu, seorang pegawai Oxy masuk ke ruangan rapat. "Silahkan masuk, Pak."
Ada tiga orang lelaki yang masuk, Oxy membuka lebar matanya. Ia berdiri seketika dan memastikan tentang apa yang baru saja ia lihat. "Restu?"
"Mengapa kalian datang kemari?" tanya Oxy tidak percaya.
"Mau apalagi? Mengerjakan kontrak denganmu. Kau tenang saja, ini berdasarkan perintah Lidya dan pertimbangan Zhiro," jelas Dimas dengan santai sembari duduk di dekat Restu.
"Mengapa kau menatap kami seakan tidak percaya? Ini benar adanya, Mast's Groups adalah perusahaan milik keluarga Groye. Restu adalah sepupuku dan dalam artian lain ia masuk ke dalam keluarga besar Groye," terang Dimas lagi.
"Katakan padaku, apa yang tengah kalian kejar sampai kalian mengajakku bekerja sama?" selidik Oxy.
"Rahasia, kau akan tau beberapa saat lagi. Tidak untuk tahun ini, percayakan saja kepada adikmu. Ia tidak bergerilya dengan samurainya jika orang itu tidak melakukan kesalahan, tenang saja Zhiro telah mengatur segalanya," tukas Restu dengan tegas.
Dalam diam Laila berdecak kagum memandangi ketampanan yang Dimas miliki, sangat tampan seperti yang Mila katakan terhadapnya. Ia membayangkan sosok Zhiro, pasti lebih tampan daripada Dimas. Ia hanya ingin melihat lelaki itu bukan maksud merebutnya, ia sangat tau siapa pimpinannya.
"Ada baiknya kita mulai saja formalitas ini, Lidya dan Zhiro telah menunggu kami di suatu tempat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]
RomantizmBook 3 of Lathfierg Series Tuntutan ekonomi yang menjadi penyebab masuknya Laila Nurfajah ke dalam kehidupan Oxyvier Lathfierg. Ditambah lagi dengan pekerjaan Oxy yang semakin memadat membuatnya harus mencari pengganti Lidya dengan segera. Mereka be...