Laila menggrebrak meja dengan tatapan mata tajam seakan menyala-nyala. Tingkahnya itu berhasil membuatnya menjadi fokus sasaran para penggunjing di kafe.
"Lo kenapa sih?" gumam Mila sambil menepuk jidatnya. Ia menyeruput es teh yang ia pesan.
"Lo masih tanya gue kenapa?" tanya Laila dengan kesal sambil menghela nafas panjang. Ia mengepalkan tangannya dan kembali menggebrak meja.
Tidak tanggung-tanggung, kini Mila malah menutup wajahnya dengan buku yang ia bawa dari kantor menuju kafe yang bernama Sirent—Kafe yang kembali dibangun oleh Dimas dan Gio hanya untuk mengenang Sadam— yang berkonsep pertemanan berenam mereka walaupun satu di antara mereka adalah pengkhianat.
"Sumpah gue malu ngajakin lo ke sini," hela Mila menunduk sebisanya.
"Biarin lo malu sejadi-jadinya. Gue ga peduli!" murka Laila sembari menyilangkan tangannya. Ia mengulum bibirnya.
Sedetik kemudian Mila hanya menatap sepupunya dengan datar. Ia menaikkan satu alisnya dan tersenyum sumringah. "Coba ulangin kata-kata lo, lo kesel sendiri sampe ngebiarin gue malu karena lo?"
Dengan kesalnya, Laila mengiyakan sembari mengangguk. Tangan Mila dengan gerakan cepat menarik telinga Laila dan menjewernya sekeras-kerasanya. "Lo itu keterlaluan ya! Laknat banget jadi orang! Gue bener-bener nyari lo kerja eh malah lo gini sama gue. Sepupu macam apa lo? Gimana, sakit gak?"
"Ih.. Sakit tau, lepasin Mil!" ringis Laila berusaha menepis tangan Mila dari telinganya.
"Enggak, gue gak bakal lepasin jeweran gue kalo lo belum minta maaf," tegas Mila dengan pendiriannya.
"Minta maaf dengan lo? Ogah!"
"Ogah, ya?" tanya Mila lagi lalu menambah kekuatan jewerannya.
"Iya Mila yang cantiknya ga ketolongan, gue minta maaf. Maafin gue, sepupu lo yang baik hati dan tidak sombong ini," harap Laila dengan mata yang berkaca-kaca.
Mila mendengus kasar dan melepaskan tangannya dari telinga Laila. Laila hanya mengerucutkan bibirnya beberapa cm dan memegangi telinganya yang memerah. "Sekarang cerita sama gue, lo kenapa?"
"Tuh gegara bos lo," gumam Laila kembali mengingat sikap Oxy dan hendak merutukinya dalam batin.
"Siapa? Bos gue banyak di kantor. Bos gue yang mana? Erick? Oxy?" pikir Mila mempertimbangkan sesuatu.
"Tuh yang namanya mirip Oksigen tapi sifatnya Karbon, gue kesel banget sama dia!" teriak Laila dengan sedikit lantang. Mila terkekeh lalu menepuk pelan bahu Laila. "Sabar nak, ini ujian."
Laila hanya menyipit tajam dan menghela nafasnya panjang. Mila berhenti untuk terkekeh sebelum Laila mengubah diri menjadi raksasa dan melahapnya habis. "Emangnya kenapa? Orang dia kek es gitu, gimana bisa buat kesel orang?"
"Ya emang, sumpah tuh orang buat gue kesel. Lo tau kan? Tadi kita pergi barengan dari rumah lo..."
"Terus?"
"Jangan potong cerita gue dulu. Terus gue ketemu sama yang namanya Pak Erick, gue disuruh nungguin tuh si bos laknat. Dengan sabarnya gue tungguin dia, lo bayangin aja satu jam gue nungguin tuh makhluk tanpa hati. Udah, dia dateng, untung aja dateng kalo kagak dah gue amukin tuh orang. Dia masuk ke ruangan dan Pak Erick yang ganteng itu nyuruh gue buat nyusulin Oxy buat sesi wawancara."
"Bagus dong, lo keterima?" tanya Mila dengan penasaran tingkat tinggi. Ia merasa bahagia jika Laila bekerja satu perusahaan dengannya, lumayan untuk menambah uang kontrakan. Bagaimanapun, dia dan Laila tinggal sebatang kara.
"Bentar, gue hampir klimaks. Lo bayangin aja, gue baru masuk tuh ke ruangan. Dia nyuruh gue ngasih berkas dan duduk. Baru aja beberapa detik gue duduk eh dia bilang gue diterima. Laknat gak menurut lo? Kalo gak ada sesi wawancara buat apa gue capek-capek datang terus nunggu satu jam?" kesal Laila memuncak. Mila hanya menahan tawanya dan menepuk pundak Laila lagi.
"Gue kutuk juga tuh orang jadi batu! Dasar Oxy!" Laila menggebrak meja lagi dan menjadi fokus seluruh pengunjung kafe.
Dengan secepat kilat, Mila langsung membekap mulut Laila hingga ia bungkam tak bersuara. Laila melemparkan tangan Mila jauh dari mulutnya. "Apa sih lo? Bau banget tangan lo!"
"Lo itu yang kebangetan. Lo tau gak konsekuensi kalo lo ngejelekkin nama Oxy?" gumam Mila berusaha menyadarkan pikiran Laila yang terlihat sempit.
"Dia mau marah? Silahkan, gue gak takut," bantah Laila dengan segenap keberaniannya.
"Bukan itu. Pemilik perusahaan itu bukan cuma dia, melainkan satu keluarganya."
"Jadi?"
"Di sini banyak mata-mata perusahaan Lathfierg, kalo mereka ngaduin sikap lo tadi. Gue gak bakal bisa ngejamin keselamtan lo," gumam Mila berbisik.
"Maksud lo?"
"Oxy punya tiga saudara dan semuanya berbahaya. Pertama, adiknya yang bernama Aluna. Lo mesti hati-hati dengan dia, lo gak bakal tau sikap dia gimana aja," terang Mila dengan antusias.
"Gimana?"
"Sekilas lo bakal ngeliatin seorang siswi teladan di dalam dirinya, tapi sebenernya dia gadis yang berbahaya. Petarung handal dan sialnya lagi dia hobi banget mainin samurai, dia ke kantor aja bawa samurai. Jangankan gue, Pak Erick aja yang kenal lama sama Oxy aja masih takut sama dia apalagi karyawan satu kantor. Dan lagi dah banyak korban dia entah patah tulang atopun wafat. Sekali ngebantah perintah dia bakal habis," jelas Mila dengan memberi pengertian penuh kepada Laila.
"Serem amat, lalu siapa lagi?"
"Gio, CEO di Guarda's Group. Dia cukup tampan sih tapi sayangnya dia dah nikah. Cowok dengan harta yang bertebaran di mana-mana, tapi yang gue denger. Dia pernah jadi seorang Panglima di kota ini dan dia gak segan-segan ngebunuh dan nyingkirin orang yang berniat ngehalang dia apalagi ngehancurin keluarganya. Dan cowok yang lo kutuk tadi tuh adiknya, lo bakal tau kan reaksi seorang kakak kalo lo ngehina adeknya. Mereka kembar tiga dan gue pastiin semua orang di kota ini bakal gemeteran kalo denger mereka bersatu," gumam Mila memberikan penjelasan.
"Serem amat Bos gue. Tadi lo bilang kembar tiga? Gimana bisa?"
"Ya gue kagak tau, tanya aja sama ibunya Pak Oxy jangan tanya gue," ujar Mila menatap Laila tidak percaya.
"Alah gue cuma heran aja. Aluna, Gio, dan Oxy kembar tiga?"
"Ya elah, gimana bisa kembar tapi satunya masih SMA. Lo sehat?"
"Ya kali aja tuh Aluna gak naik kelas, kan? Gegara main sama samurai mulu," kekeh Laila menduga-duga.
"Gimana bisa ga naik? Tuh keluarga punya IQ tinggi banget. IQ lo bakalan kalah sama keluarga mereka. Tuh sih Pak Oxy sama Aluna ikut kelas Akselerasi. Gitu-gitu Pak Oxy pinter banget malah udah wisuda, sedangkan lo? Tes aja ga lolos," ledek Mila tak henti tertawa.
"Kembaran mereka yang satu lagi namanya Lidya, lengkapnya Lidya Vanessa Guarda de Lathfierg Groye."
"Panjang amat tuh nama, nama gue aja cuma Laila Nurfajah udah sering kebelit kalo ngomong apalagi tuh nama yang panjangnya kek kenangan," lirih Laila.
"Ya orang kaya mah bisa gitu. Nama Guarda dari ibunya terus nama Lathfierg dari ayahnya terus lagi nama Groye dari suaminya."
"Nikah muda?"
"Iya, yang gue denger mereka sudah saling cinta dari SMA. Uh, tapi tuh suaminya ganteng banget. Lebih ganteng dari Oxy," gumam Mila takjub ketika mengingat wajah tampan Zhiro.
"Lupain soal suaminya, si yang namanya Lidya tuh orangnya gimana?"
"Dia? Dia orang yang paling berbahaya. Lingkungannya adalah preman, senjata, samurai, dan beberapa kekuasaan yang akan menjatuhkan lawannya. Di antara mereka berempat, Lidya udah jadi yang tertinggi di atas mereka. Bukan lagi, dia juga punya kekuasan yang lebih di luar kota ini. Dari suaminya dan temen-temennya. Lo bayangin aja, mereka bertiga bisa tunduk sama Lidya. Dan satu lagi, bisa jadi preman yang sering nongkrong di pasar tuh juga pasukannya," jelas Mila.
"Mengapa kalian berbicara tentang Lidya!" gertak seseorang yang membuat mereka berdua serentak menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]
RomansaBook 3 of Lathfierg Series Tuntutan ekonomi yang menjadi penyebab masuknya Laila Nurfajah ke dalam kehidupan Oxyvier Lathfierg. Ditambah lagi dengan pekerjaan Oxy yang semakin memadat membuatnya harus mencari pengganti Lidya dengan segera. Mereka be...