Fourty Six

294 32 2
                                    

Mereka tercengang dengan pemandangan yang tampil pada setiap mata mereka.

Sebuah mobil menabrakkan diri ke mobil Lidya dan Zhiro. Mobil Zhiro sempat terhenti dan menyeimbangkan diri di tepi jurang, namun sial keberuntungan tidak memihak mereka setelah sekian lama. Mereka telah lenyap.

Wajah Aluna dan yang lainnya memucat, tangannya dengan gemetar menggenggam stir. Ingin rasanya dia membanting stir dan memutarnya  hingga dapat menyelamatkan Lidya dan Zhiro.

"Kakakku...." Hanya terdengar lirihan yang memilukan dari seorang Aluna.

"Itu.. Aku harap mataku keliru," sesal Laila menahan air matanya.

Sebuah mobil menyusul mereka dari belakang. "Cepatlah pergi dari sini! Jangan buat pengorbanan mereka berdua menjadi sia-sia. Kami akan sekuat tenaga menahan mereka," ingat Arman yang menyusul mobil mereka.

"Cepatlah! Di depan ada pasukanku yang akan mengantar kalian keluar dari tempat ini!" teriak Arman yang mungkin terdesak dengan keadaannya.

Mobil Gino dan Rivano hampir menyusul mobil  yang Aluna bawa jika Restu tidak menghadangnya.

Aluna memijak pedal gasnya dengan keras yang hampir membuat mereka tersentak kaget.

Sebisanya Aluna melaju dengan melupakan perasaannya walaupun hatinya kini menjadi hancur terbengkalai. Wajahnya memucat hampir tidak bernyawa.

"Hentikan mobil ini!" perintah Laila sembari mengeluarkan sebuah senjata api dari dalam sela bajunya.

"Kau gila! Kau akan membuat kami semua mati!" murka Lulu yang mendesak ngeri sembari menatap sekitarnya dengan was-was.

"Aku akan menahan mereka sebisa mungkin," hela Laila memantapkan keputusannya.

"Biarkan aku ikut!" tawar Aluna dengan meraih sebuah senjata tajam.

"Kemampuan mengemudimu sangat diandalkan kali ini, jangan membuat usaha Lidya menjadi sia-sia. Dia telah kehilangan nyawanya, suaminya, serta calon anaknya demi nyawa kalian," jelas Laila sebelum membuka pintu mobil dan benar-benar keluar dari mobil tersebut.

Baru saja Aluna hendak menggerakkan mobilnya, tangan Oxy menggenggam lengan Aluna yang sedikit membuat gadis itu terkejut.

"Ada apa?"

"Bawa Lulu dan Gio dari sini, bawa mereka ke tempat aman dan jangan berpikir untuk kembali walaupun sebentar. Setidaknya kalian tetap aman," gumam Oxy sembari membuka sabuk tangannya dengan cepat.

"Kau gila!" sergah Aluna yang mencari kesadarannya. Ia sangat berharap jika hal yang dialaminya hanyalah mimpi.

"Lebih baik aku gila daripada hidup dalam sesal seumur hidup!" tukas Oxy terdengar mantap.

"Oxy! Jaga dirimu!" pesan Gio sebelum Oxy benar-benar melangkah ke luar mobil.

"Jaga adikku, dia sangat berharga." Oxy berlari setelah mengatakan kalimat singkatnya.

"Kak.." hela Aluna terdengar polos. Ia tidak lagi terlihat seperti gadis yang penuh ambisi untuk bermain dengan senjata. Ia kini terlihat sebagai seorang gadis yang polos dan penyayang karena air matanya bermanik turun.

Aluna tidak ingin beberapa nyawa akan menjadi sia-sia karena telah menyelamatkannya. Keinginannya untuk menyelamatkan semua orang yang telah berjuang sangat kuat namun dirinya tidak ingin dia harus kehilangan Gio dan Lulu yang menjadi alasan mereka menghantar nyawanya pada maut.

Aluna melemparkan map yang didapatinya dari Lidya, pada sisi map itu terdapat tetesan darah. "Coba kau periksa apa itu!"

Pantang bagi Aluna memanggil orang yang telah mengusik hatinya dengan cara yang terhormat.

Gio langsung mengambil map itu, ia tidak bisa menahan air matanya untuk menetes namun dengan cepat ia usap ketika air matanya akan melesat turun.

Gio membukanya dengan cepat, Lulu memperhatikan gerak suaminya sedangkan Aluna tetap memfokuskan dirinya dengan pelarian yang mereka lakukan. Memang benar hal yang dikatakan oleh Arman, beberapa mobil bergerak seperti membentengi mereka.

Aluna teramat kesal dengan kondisinya, ia tidak bisa melakukan apapun setidaknya menyelamatkan kedua kakaknya.

Gio dan Lulu begitu tercengang dengan suatu berkas yang terdapat pada map itu.

Sertifikat milik perusahaan mereka lengkap dengan perusahaan tambahan atas nama Aluna Fentino Lathfierg. Sertifikatnya masih terdapat nama pemiliknya tanpa perubahan sedikitpun. "Sertifikat dan sebuah surat."

"Bacakan surat itu atau aku yang membacanya dan aku pastikan kita akan menabrak sesuatu!"

Dear kalian..
Gio, Oxy, dan Aluna.
Terima kasih telah menerimaku sebagai saudara dan menyayangiku dengan penuh cinta.
Aku bukanlah siapa-siapa jika aku tidak bertemu dengan kalian dan suamiku.
Kalian penyelamatku kala aku merantau ke kota ini sendirian, jika saja Aluna tidak melintas di jalan itu mungkin aku telah tiada karena menghilangkan ragaku sendiri.

Teruntuk Oxy, kau kakak yang baik. Aku bahagia dapat melawan setiap kedinginan kala aku belum mengetahui jika aku adalah adikmu. Pandanganku kepada keluarga Lathfierg itu sangatlah menakjubkan, dapat berkeluarga dengan orang aneh seperti kalian benar-benar keberuntungan.

Teruntuk Gio, terima kasih telah menjagaku secara tidak langsung dari kejauhan. Kau yang berperan penting jika aku dapat bertemu dengan keluargaku, kau mengubahku menjadi wanita yang tangguh setidaknya bersama yang lainnya.

Dan teruntuk Aluna, aku sangatlah bangga mempunyai adik sepertimu. Selalu saja, aku selalu menatap iri para kakak adik yang melintas bersama di depan panti. Dan ternyata aku memiliki cinta kalian.

Maaf aku mungkin menyusahkan kalian, tetapi kalian harus tau posisiku tidak memihak kala bahaya begitu mengancam. Terlebih lagi ketika pernikahan Lulu dan Gio diadakan, seketika teror berterbangan. Namun, untung saja Rozi, Rian, dan Udin membantuku menahan serangan mereka sampai saat ini.

Kini, masalahnya akan menjadi semakin rumit. Aku beruntung menemukan Zhiro sebagai pasanganku yang sanggup menahan perih, betapa banyak kesedihan ketika Zhiro menjadi sangat khawatir.

Tetapi, maafkan aku menjadi pengeluh seperti ini. Ini juga keluhan terakhirku, aku tidak dapat melihat kehidupan lagi setelah ini.

Sekedar memberitahukan kalian, Zhiro tidak henti merangkulku, aku harap Aluna tidak iri kepadaku.

Sebenarnya aku tidak memindahkan kekuasaan kalian pada perusahaan, itu hanya gertakan kecil untuk memperlambat waktu setidaknya sampai aku mendapatkan rencana dadakan untuk menyelamatkan kalian.

Tentang Laila, jangan sampai salah prasangka. Dia berada di pihak kita, aku sengaja memintanya untuk menyesuaikan keadaan, dia sangat pintar dalam melakukan hal itu. Aku menitipkan kalian pada Laila, satu hal kecil teruntuk Oxy. Laila sangat mencintaimu, lebih dari dirinya.

Sebagai rasa terima kasih, aku memberikan sebuah perusahaan LathGroye, hanya satu. Dan sebuah perusahaan untuk Aluna, kau telah besar dan membutuhkan pendapatan sendiri.

Aku sangat berharap kita akan bertemu lagi namun suasana kini telah mencekam. Aku menyayangi kalian, maaf jika kami tidak dapat kembali lagi.

Salam cinta, Lidya dan Louiz.

"Kak Lidya... Jangan tinggalkan aku..."

"Puas kau sekarang Lulu? Puas kau menghujat seseorang yang memikirkan keselamatanmu daripada keluarga kecilnya sendiri?!" sergah Aluna. Ia begitu kalut.

"Lidya..  Maafkan aku dan kembalilah."

Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang