"Bagaimana ini Mr.Demon?" tanyaku cemas, sedangkan kasta Vampire dan Angel semakin mendekat.Mr.Demon sedang meraba raba sesuatu di tembok itu, entahlah sepertinya dia pikir ada lubang atau semacamnya yang dapat membuka tembok ini.
Saking lelahnya, aku memilih berjongkok, entahlah aku sudah tak punya tenaga lagi,
ingin rasanya aku pingsan saja."Ku mohon, bantu aku,"pintaku pada Tuhan meski aku tak terlalu beriman.
Sesuatu menyilaukan mataku dan jreng mataku langsung tertuju pada tanah yang bersinar itu.
Hampir saja aku akan memegang tanah berkilau itu ,namun lenganku di cekal oleh Mr.Demon yang membuatku sontak berdiri. "Mr.Demon?"
"Sia tetap bersamaku, jangan melamun."
"Mr.Demon,ada yang--" Saat aku ingin mengucapkan hal itu, tiba tiba suara desisan Vampire itu terdengar jelas, mungkin hanya beberapa meter saja dari tempat kami berdiri. "Diam."
"MEREKA ADA DISANA!!" teriak salah satu anggota kasta Vampire, sial mereka menemukan kami.
"Sial!" umpat Mr.Demon
"Mau kemana kalian, alian tak bisa lepas dari kami."
Kami di kepung, genggaman tangan Mr.Demon amat erat, matanya berubah menjadi merah kembali.
Aku rasa Vampire dan Angel itu semakin mendekat ke arah kami dan bersiap menyerang kami berdua.
"Jangan menengok ke belakang Sia!" bisik Mr.Demon ,ya mereka semua tepat di belakang kami dengan suara desisannya.
Aku yang amat ketakutan mencari cara untuk membuka tembok ya lebih tepatnya ku sebut pintu, lalu hingga tak sengaja kakiku menginjak tanah yang berkilau tadi.
"Apa yang terjadi??"
Dan entah apa yang terjadi, tembok tersebut terbuka, ya seperti pintu yang terbuka.
"Mr.Demon pintunya terbuka." Aku melihat ke arah pintu itu, astaga ternyata di bawah sana itu jurang yang amat dalam, sial kita berada di atas tebing.
Sesuatu mendorong kami berdua dan dalam sekejap kami jatuh ke sebuah jurang, gelap sangat gelap. Aku pun tak bisa bernapas, untunglah masih ada Mr.Demon yang menggenggam tanganku.
"Aaaa---" teriakku amat keras.
Dan anehnya Mr.Demon membungkam mulut ku, suara teriakan ku tak di dengar.
"Percaya padaku Sia," gumam Mr.Demon sebelum kami terjatuh di atas tumpukan jerami
Brukk..
Sial, sepertinya tulang ku remuk semua, beruntung tumpukan jerami menyalamatkan kami atau nyawa kami sudah melayang. Untunglah, Tuhan masih sayang pada kami.
"Mr.Demon!!" Aku menepuk pipinya, dia pingsan, astaga mungkin badanku terlalu berat.
Ya, aku terjatuh menindih di atas badan Mr.Demon. Aku ingin menangis! Bagaimana ini Mr. Demon pingsan?
"Mr.Demon bangun!" Isakku, aku tak takut Mr.Demon akan kenapa-kenapa, berulangkali aku menepuk-nepuk pipinya, tapi dia tak kunjung bangun.
Apa dia mati? Oh tidak. Aku harus lakukan sesuatu, saat aku akan beranjak dari badannya malahan tangannya memeluk dan mengunci tubuhku.
"Aku belum mati, aku hanya lelah jangan menangis."
Syukurlah itu suara Mr. Demon, dia mengatakan kalimat tersebut dengan mata tertutup.
"Ku kira kau sudah mat," gumamku lega.
Anehnya dia malah tersenyum padaku, lalu membuka matanya. Lagi-lagi jantungku berdegup kencang karena jarak kami hanya terpaut beberapa centi saja dan dia menatap mataku amat lekat, matanya kembali seperti semula tak merah lagi, tapi tetap saja tubuh ku masih gemetar.
Cup.
Dia mencium keningku. Goddamit, apa yang ada sebenarnya di dalam otaknya, aku tak habis pikir dengan dirinya!
"Sempatnya kau melakukan ini Mr.Demon, mereka sedang mengejar kita!"
"Mereka mengira kita sudah mati Sia, itu keuntungan bagi kita."
Benar juga kata Mr.Demon, jika di pikir menggunakan logika, siapa yang tak akan mati jika terjatuh dari tebing yang tingginya berpuluh-puluh meter. Namun, syukurlah keburuntungan masih memihak kita.
"Tapi--"
"Apa maksudku melakukan ini padamu? Aku hanya ingin."
What, hanya ingin? Maksud dia hanya ingin mencium keningku?
Shit alasan apa itu? Sial jantungku kembali berdebar. Sepertinya kalau begini terus aku akan mati muda karena serangan jantung.
"Setelah ini kita harus apa?" tanyaku sambil beranjak dari tubuh Mr.Demon yang sedari sedikit membuatku canggung.
"Mengikuti alur," ucapnya cukup misterius.
***
Author POV
"Mereka mati?" Suara makhluk itu meninggi setelah mendengar kabar dari anak buahnya.
"Iya Tuan, mereka terjatuh dari sebuah tebing."
Nick mengepalkan tangannya amat kuat, dia geram bukan main, mutiaranya sudah lenyap. Bagaimana dia harus mengatakan ini pada Bossnya. Ya, keluarga Grids memiliki atasan. Mereka yang mengendalikan peperangan ini, mereka ganas dan suka memerintah, pasti Bossnya akan sangat marah mendengar berita ini, apalagi Goddess itu sangat berharga bagi Bossnya.
"Ada apa Nick?" tanya Ace sesaat memasuki ruangan Nick.
"Kak, Goddess dan Demon itu tiada."
"Apa maksudmu?"
"Tiba-tiba mereka jatuh dari tebing."
"Bagiamana mungkin seorang Red Demon mati dan gadis itu--"
"Aku tak tahu Kak yang aku takutkan adalah bagaimana caranya kita menjelaskan ini pada Boss, apalagi perang ini sudah terlanjur terjadi. Para Vampire masih di daerah Demon, apa kita harus menarik pasukan kita?"
Perang belum usai sejak Pasukan Vampire dan Angel menyerbu castil Demon alias castil Naga.
"Kita tunggu keputusan Boss," ucap final Ace.
"Tak apa, semua akan baik saja. Jika Ayah tak bisa meyakinkan Boss, maka aku saja.""Tapi--" Sbelum menyelesaikan kalimatnya Ace langsung menepuk pundak Nick yang terlihat gundah. "Semua akan baik baik saja."
"Ku harap begitu," gumam Nick.
$

KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me Mr.Demon
FantasyCOMPLETED #3 in Goddess #2 in word #4 in Vs {1 April 2020} #2 in Demon {8 April 2020} Haruskah melawan takdir yang telah di tentukan atau pasrah dengan keadaan? Siapa saja tolong katakan bagaimana caranya terlepas dari takdir konyol seorang Goddess...