COMPLETED
#3 in Goddess
#2 in word
#4 in Vs {1 April 2020}
#2 in Demon {8 April 2020}
Haruskah melawan takdir yang telah di tentukan atau pasrah dengan keadaan? Siapa saja tolong katakan bagaimana caranya terlepas dari takdir konyol seorang Goddess...
Sia menengok sekelilingnya, ternyata Dominic lebih cerdik dari yang ia kira, para pasukan Vampire sudah lebih dahulu sampai di tempat ini dan mengepung mereka dari segala penjuru. Mereka sudah masuk ke dalam jebakan Dominic.
"Wah, kita langsung disambut saja," ucap Red Demon.
Sia menelan ludahnya susah payah, Dominic memang bangsat dan dia tidak akan membiarkan dirinya menang begitu saja.
Sia melirik ke arah Red Demon, "Kau ingin menjalankan rencana A sekarang?"
Red Demon dan Christian mengangguk setuju bersamaan itu sayap Red Demon pun muncul membuat dirinya terbang ke atas bersama Sia sedangkan Christian dan prajurit pilihan mencoba menahan musuh selama mungkin hingga Sia sampai di tempat yang ia tuju, tepatnya pintu masuk kuil suci.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Red Demon menurunkan Sia perlahan di depan pintu masuk kuil, ia mengelus lembut rambut Sia, "Berjuang lah, batu itu harapan terakhir kita."
Sia tersenyum simpul dan mengangguk. "Aku berjanji akan berusaha semaksimal mungkin!" seru Sia kepada Red Demon yang terbang ke atas untuk melindungi dirinya sedangkan Sia sekarang berlari ke arah pintu masuk.
Sia mencoba membuka pintu kuil namun nihil dorongan yang ia lakukan tidak membuat pintunya bergerak sedikit pun. Sia mencari sesuatu untuk membukanya dan tak disengaja di pojok pintu terdepat lubang kunci yang mirip seperti gift dari Kakek Red Demon.
Benar saja, pintu tersebut perlahan terbuka setelah Sia memasukan kunci ke lubang itu. Sebelum Sia terdorong masuk ke dalam kuil ia sempat menengok ke belakang melihat keadaan Red Demon yang berusaha keras melawan pasukan Vampire yang begitu banyak.
Kuil ini tidak seperti kuil biasanya, meski luasnya begitu besar kuil ini hanya terdiri dari padang rumput dan ditengahnya berdiri sebuah patung Dewi raksasa yang di sekelilinginya terdapat tiang bergaya Yunani kuno dan untuk menuju ke patung itu Sia harus menaiki anak tangga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sia terkejut wajah patung Dewi raksasa terasa familiar.
Sia meraba struktur patung tersebut yang terbuat dari batu, "Apakah itu kau Anastasia?" tanya Sia mengagumi patung yang begitu mirip seperti Anastasia.
Di bagian kaki patung ada tulisan aneh yang tak Sia mengerti namun syukurlah ada satu kata αίμα yang ia tahu artinya darah. Semoga saja ini seperti apa yang Sia duga, Sia kemudian menyayat ujung jemarinya dan mengalirkan darahnya ke kaki patung.
Tiba-tiba saja tanah yang diinjak Sia bergetar hebat hingga membuat patung Dewi Raksasa retak dan perlahan terbelah menjadi dua. Begitu terkejutnya Sia tatkala patung yang terbelah itu menampakan Anastasia.
Anastasia terbang dengan sayapnya yang berkilau mengelilingi area kuil ini, ia seperti sudah sangat lama terkurung dan mendambakan kebebasan ini. Mata Sia tidak bisa lepas dari cantiknya kulit Anastasia yang seputih susu dan mata biru safir yang kilaunya mengalahkan terik matahari.
"Terima kasih sudah membebaskanku, keturunan Dewi Bumi.'' ucap Dewi tersebut kemudian mendaratkan diri di hadapan Sia.
"Apakah kau A-anastasia?"
Dewi tersebut justru tertawa sangat keras , "Maafkan aku, pemilik sebelumnya mempunyai wajah seperti ini." Setelah mengucapkan hal tersebut ia kemudian mengubah wajahnya menyerupai Sia.
"Si-siapa kau!"
"Baiklah-baiklah aku tahu kau pasti terkejut. Aku ini dirimu kau dan kau adalah aku, singkatnya jiwamu terikat denganku."
Sia mengernyitkan dahinya tak mengerti, Dewi itu berdecak sedikit kesal ia harus menjelaskan dari awal.
"Kau pasti pernah mendengar tentang Dewi Perang yang membunuh Dewi Bumi dan untuk menebus rasa bersalahnya Dewi Perang memberikan sebagian anugerah kepada keturunan Dewi Bumi. Anugerah itu adalah aku, batu mulia yang kau cari selama ini, Sia."
"Ja-jadi kau batu mulia?" tanya Sia memastikan kembali.
"Ya sejak kematian Anastasia, mereka menyegelku kembali padahal aku sudah sangat bosan terkurung dan tak bisa berbuat apapun! Menyebalkan, untung saja di dalam darahmu mengalir energi Dewi Bumi. Aku jadi bisa bernapas sedikit namun sialnya mereka tidak membiarkanku masuk ke dalam tubuhmu karena segel sialan itu," celoteh batu mulia tersebut sembari memainkan rambutnya yang terurai panjang.
Sia menyentuh dadanya, "Apa sekarang segel yang ada di dalam diriku sudah terlepas?"
"Tentu saja, darah yang mengalir di patung itu membuka segelmu dan sekaligus kurunganku," ungkap Safir, ia menempelkan jari telunjuknya ke dahi Sia sembari merapal beberapa mantra.
"Kini aku sudah menjadi bagian darimu seutuhnya, kau bisa memanggilku kapan pun yang kau mau.''
Sia tersenyum getir sesungguhnya dia masih sedikit takut, "Si-siapa namamu?"
"Kau bercanda? Batu mulia seperti ku mana ada yang mau memberi nama, mereka hanya ingin kekuatanku saja," sarkas batu mulia.
"Baiklah kalau begitu, namamu Safir karena matamu yang begitu berkilau.''
Batu mulia ah maksudnya Safir ternganga ia tak menduga Sia akan memberinya nama, pipi Safir menjadi merah merona dibuatnya. Selama ia menjadi anugerah, ini kali pertama seseorang memberinya nama. Sejak dulu mereka hanya memanggilnya, batu mulia.
"Mulai sekarang, kau adalah temanku Safir, aku Sia," ucap Sia sembari mengulurkan tangan kepada Sia.
Safir memandangi tangan Sia cukup lama. Haruskah ia percaya kepada manusia sepertinya, namun tidak ada salah juga mencoba percaya apalagi Sia adalah anak Anastasia dan dia begitu mengetahui kepribadian Anastasia yang begitu lembut.
Namun sebelum sempat ia menerima jabatan tangan Sia, seseorang menerobos masuk dan menyerang Sia dari belakang untung saja Safir cekatan menarik mundur tubuh Sia.
Napas Sia terengah-engah, jantungnya berdebar cepat hampir saja nyawanya melayang. "Terima kasih Safir."
"Sia, kita harus segera pergi dari sini. Energi ku masih sangat lemah setelah bangun dari tidur panjang, aku tidak bisa mengalahkan monster di hadapanmu yang mempunyai kekuatan begitu besar," tegas Safir.
Sia melepaskan gandengan Safir tatkala melihat Red Demon menghampirinya, "Safir aku harus merubah takdirku."
"Dominic, bangsat jangan sentuh Sia!!" pekik Red Demon yang berlari sekencang mungkin sembari berniat memenggal kepalanya menggunakan shiro (pedang kebanggaan Red).
Sayangnya Dominic lebih tangkas dari Red Demon dan berhasil menghindar, "Sekarang kau sangat lemah Mr.Demon," ejek Dominic.