chapter 16.2

1.2K 61 2
                                        

Intinya, aku suka kamu

Hug Me Mr.Demon
__________________________

"Cobalah kue kering yang ku buat pagi tadi," tawar Sabit.

"Ini terlalu banyak Sabit, sudah cukup."

"Makan saja kau tidak akan menyesal Red."

"Sudahlah Mr.Demon, tak boleh menolak rezeki." Sia menepuk pelan pundak Red Demon.

"Hm."

Kini Red Demon dan Sia tengah menikmati jamuan yang disajikan oleh Sabit, jika kalian lupa dengan Sabit, dia adalah Penyihir putih dari kasta Angel dengan tanda bulan sabit di keningnya yang Red Demon temui di Hutan waktu itu.

Lalu mengapa mereka bisa di sini?

Jadi begini,

Flashback on

"Sia," gumam Red Demon yang wajahnya semakin mendekat ke wajah Sia hingga aroma Red Demon tercium sangat jelas di hidung Sia, membuat dirinya gemetar. Red Demon menyisipkan anak-anak rambut Sia yang menutupi matanya.

"Mr.Demon boleh aku bertanya dan ku mohon kali ini jawablah."

"Hm."

Nafas Red masih memburu, seperti menahan sesuatu, terlihat sekali di matanya yang semakin merah.

"Apa kau mencintaiku?"

Mata Red dan Sia sama-sama terpejam meresakan sensasi aroma parfum yang tercium, kini Red yang semakin mendekat ke muka Sia memegang kedua pipinya, dan..

Cup.

'Kenapa bibir Sia sangat halus seperti ini, lalu seperti bau burung?'

Deg.

Otomatis Red Demon langsung menjauhkan mukanya dan membuka matanya. Sial, ternyata dia mencium badan seekor burung bukan mencium Sia.

Ingin sekali dia membunuh merpati putih itu. Sial ini sangat memalukan.

Di lain sisi Sia terlihat bingung atas apa yang telah terjadi, dia pikir akan ada scene kiss, ternyata malah antara Red dengan merpati bukan antara dirinya dengan Red.

Gagal.

Untuk menghentikan suasana canggung, Sia langsung memalingkan mukannya ke arah lain, berpura-pura fokus ke pepohonan.

Red melihat sepucuk surat yang dicengkram oleh sang merpati itu lalu Red mengambil surat tersebut dan membaca tulisan tangan Sabit.

Red cepat ke rumahku, ajak wanita itu bersamamu. Ada sesuatu yang harus disampaikan.

Tertanda Sabit

Kenapa tidak pakai telepati saja sih si Sabit sampai-sampai pakai mengganggu acara kiss nya. Ah iya, Red Demon dari tadi mematikan jaringan telepati tersebut. Biasa Faktor U.

"Sia," panggil Red padanya sedikit canggung.

"Ya?"

"Kita ke rumah Sabit."

"Sabit?"

"Iya, ikut saja."

"Tapi--"

"Percaya padaku."

Jika Red Demon sudah mengatakan 2 kata tersebut, Sia tak bisa lagi menyangkal atau menolak ajakan Red Demon. 2 kata tersebut bagi Sia adalah kata-kata yang sakral dan tidak bisa diganggu-gugat.

Hug Me Mr.DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang