Red Demon mencoba berulang kali mengetuk pintu, tidak berselang beberapa lama tuan rumah itu membuka kan pintu. Hal yang pertama yang ia katakan saat melihat Sia kecil ada di gendongan Red Demon adalah, "Apa yang terjadi dengan Sia!"
"Bibi," gumam Sia kembali melihat Bibinya setelah sekian lama.
"Orang tua dia tewas kecelakaan, kini kau lah yang bertanggung jawab untuk mengurusnya," ucap sepihak Red Demon.
"Oh Tuhan, malang sekali nasib mu Sia," ujar Bibi begitu tercengang.
"Masuklah, letakkan Sia di ranjang," titah Bibi mempersilahkan Red Demon masuk.
Dia menidurkan Sia begitu hati-hati, ia mundur beberapa langkah ketika melihat Bibinya duduk di tepi ranjang sembari menggengam kuat tangan Sia kecil.
"Sia, Bibi janji akan merawatmu dengan baik, oh astaga anak malang," isak Bibinya, ia terlihat begitu sedih dan terpancar begitu jelas.
Red Demon meletakkan sebuah kotak cincin ke atas nakas, "Bahaya selalu menyertai dirinya, berhati-hati lah dan jangan pernah percaya kepada siapapun mulai sekarang. Hanya kau yang bisa melindunginya," ucap Red memperingati.
Bibi yang mendengar sontak tersentak, kedua alisnya sampai-sampai menyatu, "Apa maksudmu dengan bahaya?"
"Anggap saja dia anak spesial dan harus mendapat perlindungan ekstra karena banyak sekali orang yang mengincarnya."
Bibi Sia meraih kedua tangan Red Demon masanya menyiratkan pengharapan besar kepada dia. "Terima kasih dan tolong jaga lah dia agar dia tumbuh seperti anak normal lainnya.
Red Demon menepuk punggung tangan Bibi Sia seraya berkata, "Kau bisa memegang kata-kataku." Setelah itu Red Demon menyerahkan kotak cincin yang familiar, kotak cincin yang ia kira milik Potter dan Zestasia ternyata milik Ibunya, Anastasia.
"Berikan ini kepadanya ketika kau tidak mampu lagi bersamanya, aku akan kembali saat itu juga."
Seketika menutup mulut, derai air mata yang sedari ditahan kini pecah hanya karena melihat kotak cincin tersebut.
"Aku akan selalu melindungi dirinya, dia adalah tanggung jawabku hingga aku mati, namun sayangnya kau tidak boleh mengingat hari ini," ucap Red Demon kemudian dengan kekuatan ia memanipulasi ingatan Bibi Sia.
Pandangan Sia mulai kabur beriringan rasa sesak di dada yang menyeruak, ia kembali ke masa lalu saat di pemakaman Ayah dan Ibunya , Potter dan Zestasia.
Dia melihat dirinya yang masih kecil tengah menangis di dampingi oleh Bibinya, ia masih ingat hal itu sampai sekarang. Ia selalu mengingat ucapan Bibinya saat itu. (Chapter be better)
"Kau tak sendiri, ada Bibi bersamamu, kau harus jadi gadis yang kuat, hm?"
"Bibi janji tidak meninggalkan Sia?"
"Tentu karena kau spesial, jadi jangan menangis lagi okey?"
Berapa kali lagi dia harus melihat masa lalunya yang panjang ini, dia sudah lelah untuk menangis. Ia sudah tidak sanggup lagi. Dia ingin kembali, masa lalunya begitu menyakitkan daripada yang ia kira selama ini.
Sia mengucek matanya beberapa kali akibat tanah yang tak terbawa udara masuk ke matanya.
Namun saat ia membuka matanya di seberang sana Sia mengamati Red Demon yang tengah membicarakan hal yang serius bersama dirinya yang masih kecil, ah kejadian menyebalkan waktu itu, Sia benar membenci Red Demon karena hal itu. (Chapter 1)
"Aku hanya melindungimu, itu saja"
"Kenapa aku?"
"Suatu saat kau akan memahami Mrs.Demon."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me Mr.Demon
FantasyCOMPLETED #3 in Goddess #2 in word #4 in Vs {1 April 2020} #2 in Demon {8 April 2020} Haruskah melawan takdir yang telah di tentukan atau pasrah dengan keadaan? Siapa saja tolong katakan bagaimana caranya terlepas dari takdir konyol seorang Goddess...