Chapter 27.2

55 9 0
                                        

Jika caramu mencintai Anastasia adalah dengan bersamanya, maka caraku mencintaimu adalah merelakan dirimu -sia

*

Entah berapa kali dan berapa lama lagi Sia berlari, kakinya sudah terasa berat bahkan untuk menopang saja ia hampir sempoyongan. Namun, tak ada alasan untuk dia berhenti setelah melihat Ibunya terkapar lemah di tanah dan mendengar tangisan Red Demon.

Di belakang sana banyak gerombolan Vampire yang mengejarnya, ia sudah terkepung tak ada jalan untuk kembali atau memutar arah yang ada hanya tetap berlari lurus.

Ia tak mengerti mengapa roh dia sering keluar masuk dari tubuh Sia kecil dan sekarang roh dia tengah berada di tubuh Sia yang kecil. Kini dia yang harus merasakan sakit di telapak kakinya ketika tergores batuan tajam.

Sia kehilangan fokus karena melihat ke belakang, ia tak sengaja menyandung sebuah batang pohon yang di tanah hingga membuatnya jatuh tersungkur. Sia sudah tidak sanggup untuk berdiri lagi, kakinya tidak mau bergerak, rasanya sakit sekali, namun ada suara yang memerintahkan dia untuk bangkit.

"Bangkit Belle! Selamatkan dirimu, Dewi Bumi!" teriakan tersebut sontak membuat jantungnya terpacu seolah ada kekuatan mistis yang membuat kakinya dapat berdiri lagi.

"Belle, tetaplah lari apapun yang terjadi. Kau akan selamat, percayalah padaku!"

Lagi-lagi Sia mendengar suara misterius itu lagi, ia tetap berlari terus lari dari kejaran Vampire, namun langkahnya terhenti ketika ia keluar dari hutan yang luas itu ke sebuah tebing yang mencekam dan dibawahnya terdapat indahnya lautan biru.

Lagi-lagi Sia mendengar suara misterius itu lagi, ia tetap berlari terus lari dari kejaran Vampire, namun langkahnya terhenti ketika ia keluar dari hutan yang luas itu ke sebuah tebing yang mencekam dan dibawahnya terdapat indahnya lautan biru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sia menegok ke sana ke mari, mencari sebuah jalan lain, namun nihil dia sudah terpojok. Satu-satunya jalan keluar adalah melompat dari tebing ini, namun dia ragu. Ia takut akan ketinggian.

"Lompatlah, kau akan menemukan jalan keluarmu, Belle Helmiton. Takdir yang sesungguhnya sudah menunggu di bawah sana," titah suara misterius yang mengiringnya sepanjang pelarian.

Sia menghela napasnya, ia mencengkeram erat gaun yang ia kenakan kemudian menutup matanya.

"Baiklah, tak ada cara lain lagi, aku percaya padamu," ucap Sia mengumpulkan keberanian lalu melompat dan jatuh ke dalam lautan.

"Mr. Demon jika caramu mencintai Anastasia adalah dengan bersamanya, maka caraku mencintaimu adalah merelakan dirimu."

Sesak, ia tak bisa bernapas, sakit sekali dadanya, perlahan-lahan kesadarannya mulai hilang, satu hal yang ia lihat dalam kegelapan ini sebelum ia benar-benar menutup mata hanyalah wajah seseorang yang berenang mendekatinya sembari tersenyum, ia tampak bersinar.

"Janu, kenapa kau--"

*

"Potter Potter kemarilah!"

"Ada apa, Tasia !!"

"Cepat kemari Potter!!!"

Suara bising barusan membangunkan tidur Sia, ia beberapa kali mengerjapkan matanya, pandangannya masih buram karena silaunya cahaya, satu pertanyaan di kepalanya muncul, 'Sudah berapa lama aku tertidur?'

Saat pandangannya sudah seratus persen jelas, wajah yang pertama kali ia lihat adalah wajah sepasang suami istri yang tengah memandangi dirinya dengan takjub.

"Mama Papa?" celetuk Sia terkejut. Ia merentangkan kedua tangannya berniat memeluk mereka berdua, namun ia tersadar bahwa tangannya begitu mungil. Sial dia kembali menjadi bayi.

"Dia menyukaimu, Potter!" ujar Tasia kegirangan.

Potter dengan lembut membopong Sia dari sebuah peti bayi yang tergeletak di tengah hutan.

"Dia sangat cantik, sepertimu Tasia," puji Potter seraya membelai wajah Sia yang begitu lembut membuat Sia tertawa geli.

"Dia tertawa Potter, sepertinya dia menyukaimu" ujar Tasia begitu antusias.

"Begitu kejam orang yang membuang bayi selucunya di tengah hutan seperti ini," kesal Tasia, ikut mengelus kepala Sia.

"Haruskah kita merawatnya?" tanya Tasia memastikan kepada Potter, namun ekspresi Potter langsung tidak bersahabat.

"Kau yakin Tasia, aku takut anak ini adalah jelmaan--"

"Jangan bicara ngawur Potter, tidak mungkin anak selucu dia adalah seorang jelmaan. Aku sudah memutuskan bahwa aku akan merawatnya!" putus Tasia.

Potter menghela napas, ia terlihat tidak suka dengan keputusan Tasia, meski bayi yang mereka temukan begitu lucu tetap saja mereka harus waspada.

"Kita laporkan ke polisi saja dan--"

"No! Aku tak mau mereka mengambil Sia!" tolak Tasia.

"Sia?"

"Hm, nama dia Grace Zestasia, Putri kita."

"Tasia aku mohon--"

Tasia menepuk pundak Potter dan tersenyum, "Coba lihat ke dalam matanya Potter, kau pasti akan mengerti mengapa aku begitu menginginkannya," titah Tasia dilakukan oleh Potter.

Potter menatap mata Sia yang terlihat seperti batu safir yang berkilau, semakin ia menatap semakin ia terhipnotis dengan mata indahnya, bahkan ia tak ingin memalingkan pandangannya, begitu indah.

Potter tersenyum lebar, ia mengecup kening Sia lalu berkata, "Mulai sekarang kamu Putri kami, Grace Zestasia."

Sia merinding, ia tak pernah merasakan debaran jantung yang begitu hebat, ia sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan orang tuanya.

Meski kenyataan sangat pahit, bahwa dia bukanlah anak kandung mereka. Namun, bagi Sia, mereka adalah orang tua terbaik, mereka mendidik Sia dengan begitu baik dan memberikan kasih sayang selayaknya anak kandung mereka sendiri, bahkan kasih sayangnya masih terasa hingga saat ini.

"Aku merindukan kalian, Mama Papa."

****

Hug Me Mr.DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang