COMPLETED
#3 in Goddess
#2 in word
#4 in Vs {1 April 2020}
#2 in Demon {8 April 2020}
Haruskah melawan takdir yang telah di tentukan atau pasrah dengan keadaan? Siapa saja tolong katakan bagaimana caranya terlepas dari takdir konyol seorang Goddess...
Kini mereka berempat berada di ruang tamu mempersiapkan semua dengan begitu matang dari mulai peralatan sihir hingga beberapa buku ritual.
Meskipun tungku perapian sudah mulai menghangatkan ruangan tetap saja bagi Anastasia hawa dingin begitu kuat, dia tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.
Red Demon menepuk pundak Anastasia setelah beberapa kali memanggil tak dihiraukan.
"Ah, kenapa?" tanya Anastasia begitu kikuk.
"Kau tak apa?" Anastasia menggelengkan kepala menandakan bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan oleh Red.
Zandaya memulai ritual untuk menutup segel. Dia menaruh Sia di tengah meja kayu besar yang disekelilingnya dipenuhi dengan berbagai macam jenis bunga, terutama lonceng mei. Dia menggambar beberapa simbol yang tak dimengerti oleh Sia di atas meja dengan tinta hitam yang dihasilkan oleh cumi-cumi yang didapatkan oleh Red dan tentunya darahnya sendiri pun diikutsertakan.
Zandaya berkomat-kamit sambil memutari Sia yang duduk anteng sekitar 7 kali. Semua itu tak terlepas dari pantauan Anastasia dan Red, mereka saling menggenggam, menguatkan satu sama lain.
Diputaran terakhir Zandaya sudah merasa tak nyaman, dadanya terasa begitu sakit dan dia harus menahan semua itu karena ritual akan segera selesai.
Zandaya memang mengetahui resiko dari ritual ini namun, tetap saja memaksakan dirinya hanya demi bayi mungil yang merangkak menuju tempat ia berdiri. Menurut Zandaya Sia memiliki daya tarik yang begitu kuat dan sedikit berbahaya untuk Sia sendiri.
Zandaya membaca mantra terakhir dan menempatkan tangannya ke kepala bayi itu. Entah apa yang terjadi seketika tubuh Sia seperti tersengat oleh listrik, Sia mengalami kejang namun Anastasia tak bisa berbuat apapun, tangannya dicekal oleh Red Demon.
"Jangan ganggu ritual ini," bisik Red Demon ditelinga Anastasia untuk memperingatkan dirinya agar tak terlalu emosional.
Zandaya beberapa kali mencipratkan air suci itu ke wajah Sia. Sialnya tubuh Zandaya sudah tak kuasa menahan rasa sakit lebih lama lagi, mulutnya menyemburkan darah hitam segar dan saat itu pula secara bersamaan Sia menangis begitu keras. Ritual ini menyerap energi Zandaya begitu banyak.
"Selesai," ucap Zandaya.
"Belle!"
Anastasia berlari dan langsung menggendong Sia, dia begitu cemas karena Sia kesakitan, sedangkan Red Demon menopang tubuh Zandaya yang sebentar lagi ambruk.
"Red Demon, segel itu tak akan bertahan lama pasti suatu saat akan terbuka kembali dan tak akan bisa tertutup lagi," ucap Zandaya sebelum kesadarannya hilang.
Sia tak dapat menahan rasa sakit sekujur tubuhnya alhasil dia kembali memejamkan mata untuk beberapa saat. Sia merasa begitu lelah jika seperti ini terus.
Sia harus mengakhiri segera, mentalnya begitu lelah jika harus meloncati waktu begitu sering.
Sia membuka matanya karena meyakini sekarang dia meloncat kewaktu yang lain. Tentu saja tebakannya benar, kini dia sedang duduk di atas batu besar di taman yang begitu indah dan terkesan gelap.
Memakai pakaian ala Tuan Putri berwarna merah muda, padahal sejujurnya dia tak terlalu menyukai warna ini. Sia mengamati kaki dan tangannya yang begitu mungil namun sudah sedikit lebih besar. Bila Sia tebak, mungkin usianya sekarang kisaran 5 tahunan. Sia jadi yakin kalau ritual waktu berhasil dan segelnya tertutup dan sekarang pastinya mereka sedang bersembunyi di tempat terpencil.
Sia tak tahu harus kembali kemana mungkin dia hanya bisa menunggu Ibunya atau Si Merah itu untuk datang dan menjemputnya dan selama itu dia akan diam mematung saja, dia tak ingin ambil resiko untuk menjelajahi tempat asing ini. Jiwa magernya sudah menguasai tubuh Sia dan dia tak ingin melawan jiwa magernya, dia lelah.
Baru beberapa detik dia mengatakan akan menunggu Ibunya eh malah sekarang dia sedang berlari sambil berteriak-teriak menyebutkan namanya. Terdengar begitu mencemaskan Sia dan Sia mendengar suara degupan jantung seseorang semakin kencang.
"Belle kamu dimana?"
"Disini, Bu!" teriak Sia agar terdengar sampai kepada Anastasia.
"Di sini mana? Disininya banyak!" teriak Anastasia sedikit kesal dan Sia malah tertawa. Sia hanya sedikit melakukan balas dendam pada Ibunya yang sering memerintah Sia untuk melakukan sesuatu namun dengan kata ambigu dan tidak to the point pada tempatnya, misalnya di situ, di sini, dan di sana. Bukankah itu kata yang paling menyebalkan dan akan kesal saat mendengarnya? Sia hanya ingin Ibunya merasakan apa yang ia rasakan, itu saja dan Sia mengetahui semua itu lewat kenangan yang tiba-tiba muncul di otaknya.
Untunglah selang beberapa waktu Sia sedang ngedumel, Anastasia sudah sampai namun anehnya dia hanya berdiri mematung ditempatnya dan dengan mulut yang ternganga.
Sia mengernyitkan dahi melihat gelagat Ibunya yang tampak terkejut saat melihat dirinya. Apa dia sekarang tampak seperti Jin? Setan? Atau lebih parah dari mereka? Memang apa?
"Ibu?"
"Sayapmu--" ucap Anastasia menggantung karena tak kuasa melanjutkan kalimatnya. Dia begitu shock melihat keanehan pada anaknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sia meraba bagian belakang punggungnya dan dia merasa aneh ada sesuatu yang mengganjal seperti hidup dan memiliki tekstur yang begitu lembut, ini kali pertama Sia mempunyai sayap tidak hanya sekedar menonton film saja, sekarang dia bisa merasakan aslinya bagaimana. Sungguh ini membuat Sia bahagia dan jingkrak-jingkrak diatas batu, sedangkan tampang Anastasia semakin kalut.
Sia ingin memamerkan sayap baru itu pada Ibunya, ini suatu kebanggaan untuk Sia.
"Ibu aku pun-"
"Belle!" Teriak Anastasia ketika sebuah panah mengenai salah satu sayapnya. Benar dugaan Anastasia, sesuatu pasti akan terjadi.