COMPLETED
#3 in Goddess
#2 in word
#4 in Vs {1 April 2020}
#2 in Demon {8 April 2020}
Haruskah melawan takdir yang telah di tentukan atau pasrah dengan keadaan? Siapa saja tolong katakan bagaimana caranya terlepas dari takdir konyol seorang Goddess...
Sia membuka matanya setelah merasakan tepukan di pipinya berulang kali. Pemandangan awal yang ia lihat adalah raut cemas Red Demon.
Sia memandangi mata Red Demon semakin ia memandangnya semakin dadanya sesak. Sia mengelus pipi Red begitu lembut hingga sang empu terbuai memejamkan matanya dan merasakan sentuhan intim Sia.
"Terima kasih sudah melindungiku."
Red membuka matanya, ia tersenyum lalu mengecup pelan kening Sia, "Aku yang berterima kasih karena kau sudah bertahan sampai sejauh ini."
Sia beranjak dari ranjang dan berjalan mendekati jendela yang menampakan prajurit sudah siap tempur di bawah.
"Kau sudah menemukan keberadaan batu mulia Dewi Bumi?" tanya Sia menanyakan tujuan mereka dalam pelarian.
"Iya, aku pun meminta bantuan Arrabel untuk menyiapkan pasukan untuk mengamankanmu," tutur Red Demon.
"Sia, kau tanggung jawabku dari dulu hingga sampai sekarang kau masih menjadi tanggung jawabku--"
"Oh jadi karena itu kau menganggapku sebagai anakmu?'' potong Sia sedikit membentak.
Red Demon hanya diam, ia membisu dan tak berani membalas, "Arrabel menunggu kita di bawah," ucap Red mengalihkan topik pembicaraan.
"Lagi-lagi dia menghindarinya," batin Sia berkomentar.
Oya Sia merasa aneh, pada masa lalunya ia bahkan tidak melihat Arrabel sedikitpun. Lalu apa keterikatan Arrabel dengan Red Demon dan Anastasia. Lalu mengapa waktu itu Red Demon bertanya alasan Arrabel tiba-tiba menghilang setelah kejadian 'itu'?
"Mr.Demon sebelum kita turun bolehkah aku bertanya satu hal lagi?" tanya Sia dan tatapannya masih ke jendela.
"Di masa lalu ku, Anastasia sama sekali tidak mengenal Arrabel lalu mengapa dia berkata seolah mereka berteman?"
Red Demon yang tadi duduk di ranjang kini berjalan mendekati Sia, "Anastasia dan Arrabel berteman sejak mereka berusia 7 tahun, kami bertiga selalu bersama sampai pada akhirnya Arrabel menunjukan jati dirinya lalu ia menghilang. Kau tidak mungkin mengetahui ini karena di ingatanmu 400 tahun setelah Arrabel menghilang. Dia mengamati kami dari atas sana," ungkap Red Demon.
Ah, jadi begitu ternyata ada beberapa hal yang tidak dijelaskan masa lalu.
"Kalau begitu kau pasti terkenal di bangsa Heaven sebagai orang yang begitu mencintai Anastasia," cicit Sia sembari tersenyum miris.
"Aku tak perlu mengatakan apapun karena kau sudah mengetahuinya," timpal Red Demon kemudian ia memeluk Sia dari belakang dan menaruh kepalanya dia bahu Sia dan selang beberapa detik ia mengecupnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ya, tentu saja aku juga mengetahuinya kalau kau hanya menganggapku sebagai anakmu dan Anastasia." Sia membalikan badannya menghadap Red Demon dan melihat manik merah bersinar terang menusuk.
"Ternyata selama ini aku hanya bayangan Ibuku sendiri."
Red Demon mengusap air mata Sia yang jatuh di pipi mungilnya, Red hanya mengatakan satu kata setelah semua rasa kecewa yang Sia terima, "Maaf.''
"Jika kau mengharapkan setelah ini aku akan bersikap biasa kepadamu, aku tidak bisa seolah aku tidak punya harga diri, Mr.Demon."
Red Demon menghela napasnya, ia menepuk pundak Sia kemudian berlalu begitu saja tanpa mengatakan apapun.
"Kau menghindariku lagi Mr.Demon haha." Sia mendongakan kepalanya agar air matanya tidak menetes kembali.
"Naas sekali dirimu Anastasia. "
Sia menegok ke arah pintu, "Kau menertawakan nasibku Arrabel?"
Arrabel menggelengkan kepala kemudian merangkul kedua tangan Sia sembari tersenyum simpul. "Justru aku harus mengatakan kau adalah wanita pertama yang diperlakukan selayaknya pria kepada kekasihnya."
Sia berniat membantah Arrabel namun mulutnya tak mampu membuka ketika Arrabel berkata, "Jika dia benar-benar menyukai Anastasia seperti dia menyukaimu, aku pastikan dia akan memilih menyelamatkan nyawanya ketika perang itu dibandingkan mengejar anak kecil sepertimu."
"Jika saja dia tidak memilih mengejarmu, nyawa Anastasia pasti akan selamat dia masih bisa selamat," lanjut Arrabel.
"Tapi dia bilang dia menyukai Anastasia, aku tak bisa menutup mata tentang kenyataan itu," sanggah Sia.
"Sungguh bodoh. Red Demon yang bodoh tak bisa membedakan rasa cinta dan rasa peduli. Ku pikir dia sekarang tidak bodoh lagi."
"Kau hanya ingin menghiburku saja Arrabel. Aku tidak ingin mendengar omong kosongmu lagi," elak Sia.
Arrabel berdecak, "ck, baiklah aku mengatakannya sekarang karena hari ini adalah hari terakhirmu bertemu Red Demon dan aku tidak ingin kamu goyah kepada keputusanmu."
Sia menunduk ia sadar ramalan waktu itu akan terjadi hari ini, "Kau tenang saja aku akan tetap menyelamatkan Mr.Demon."
"Aku tebak, Red Demon tidak akan membiarkan itu terjadi."
***
"Christian!" pekik Sia kaget tatkala ia melihat dirinya tengah duduk di sebelah Red Demon pada rapat darurat sebelum berangkat.
"Ya, aku tahu terkejut seperti Red Demon. Singkatnya aku menyusul kalian dengan penuh pengorbanan untuk berhasil ke sini," ucapnya sembari menunjukan luka lecet di sekujur tubuhnya.
"Aku tak menyangka aku bisa menemukan lautan ajaib," celoteh Christian masih tak percaya dengan semua yang ia alami untuk sampai kemari.
"Apa yang terjadi dengan Alice?" tanya cemas Sia namun hanya dijawab oleh hendikan bahu Christian.
"Aku percaya dia akan baik-baik saja. Sekarang aku harus memberitahukan hal yang lebih penting bahwa kasta Vampire siap berperang jika Sia tidak diserahkan kepada mereka. Mr.Dominic, Magna Vampire meminta Anaknya untuk dikembalikan sebelum mata hari terbenam hari ini.''
"Bajingan itu pasti tidak punya otak," umpat Sia geram. Dikira Sia itu barang yang bisa diambil dan dibuang.
"Kita masih punya waktu setengah hari sebelum tenggat waktu habis. Kita akan menggunakan sisa waktu sebaik mungkin," tegas Red Demon.
Sia dan Christian mengangguk setuju, mereka pun sudah memikirkan strategi jika mereka sampai terkepung dan terdesak oleh pasukan lawan.
"Tidak, aku tidak bisa meninggalkan kalian," tolak Sia.
"Ingat Sia semua yang kami lakukan demi keselamatanmu jadi tolong jangan sia-siakan pengorbanan kami! Kau harus tetap berlari meski di belakang kami akan mati!" kecam Red Demon.
Sia membuang wajahnya, ia kesal sekaligus merasa bersalah.
"Kita tidak banyak waktu, kita harus segera bergegas sebelum mereka menemukan kita," tutur Christian.
"Aku hanya bisa mengantar kalian sampai di dekat pintu masuk saja. Jika aku ketahuan ikut campur lebih jauh pasti bangsa Heaven akan menghukumku," jelas Arrabel.
"Tidak masalah, itu sudah lebih dari cukup."
"Kalau begitu masuklah ke dalam gerbang pertama, gerbang itu akan membawamu sampai lebih cepat," titah Arrabel kepada mereka bertiga dan beberapa prajurit pilihan untuk masuk ke dalam gerbang antar planet yang pernah dijelaskan dahulu. (chapter 20.1)
Red Demon mengulurkan tangan kepada Sia namun Sia hanya mengacuhkannya, meski begitu Red Demon justru langsung menggenggam erat tangan Sia sembari tersenyum.
"Aku tidak pernah berharap kau akan memaafkanku, tapi aku minta jangan halangi aku untuk menyelamatkanmu," ucap Red Demon bersamaan langkah pertamanya memasuki gerbang.