chapter 16

1.2K 66 2
                                        

Jika memang kau adalah pilihan terbaik maka jangan sampai keraguan menghancurkan
  _

                 ____________________________

HugMe_Mr.Demon

" Wow."

Hanya itu kata-kata yang mampu keluar dari mulut Sia setelah melihat pemandangan di depannya, sebuah danau berwarna biru cerah di tengah-tengah hutan lebat ini.

"Kau suka?"

"Hm, sangat suka."

"Aku tak menyangka jika hutan selatan ada tempat seindah ini."

"Ini hanyalah salah satu dari yang lainnya."

"Maksudmu?"

"Ada yang lebih indah dari ini, dan mungkin lain kali aku akan mengajakmu."

"Benarkah?"

"Hm"

"Lalu, Mr.Demon mengapa kau mengajakku ke sini?" Dia mengatakan itu sambil tangannya masuk ke dalam air dan mengayunkannya secara perlahan.

"Hanya ingin," ungkapnya.

"Maksudmu?" tanya Sia tak paham.

"Mau berenang?" ajak Red mengalihkan pertanyaan yang Sia lontarkan.

"Sir--"

"Berenang bersama, ide bagus bukan?"

"Tapi sir,aku--"

"Ok shut up aku tak ingin basah itu ide buruk," cela Sia yang sedang sangat unmood.

"Tapi aku memaksa." Red mengatakan hal itu seraya mengangkat tubuh sia dan menggendongnya ala bridal style.

"Sir, what's wrong with you!"
"Damn, turunkan aku Mr.Dem--"

Byurrrr....

Ucapan Sia terhenti tatkala dirinya tercebur ke danau bersama Red yang sengaja menceburkan dirinya sendiri.

"Ohhhh Goddamit!!"

"Pakaianku basah semua!"

"I hate you Mr.Demon!"

"Shut up Sia!"tangannya sudah menutup bibir mungil Sia yang daritadi tidak berhenti mengoceh.
"Nikmati saja tanpa mengoceh."

"Menyebalkan," cibir Sia dan memalingkan wajahnya ke arah lain, padahal jantungnya sudah berdebar sangat cepat saat Red melakukan hal itu.

'Oh jantungku sialan berhentilah berdebar seperti ini.'

Red yang iseng,s engaja mencipratkan air ke pada wajah cantik Sia.

"Rasakan itu."

"Mr.Demon jangan jahil."

"Mr.Demon!!"

"Oh my God Red Demon!" pekik kesal karena ulah Red yang masih saja mencipratkan air ke wajahnya.

"Hahaha."

Red tertawa amat keras melihat tingkah Sia yang menurutnya sangat menggemaskan. Ini kali pertama Sia mendengar tawa lantang Red. Dia terlihat bahagia dan itu membuat jantung Sia berdebar lebih cepat.

"Astaga, Stop!" Sia menutupi mukanya dengan kedua tangan dan membalikan badannya berniat berenang menjauh dari Red. Namun dengan cekatan Red menggenggam erat tangan Sia, membalikan tubuhnya dan memeluknya amat erat.

Deg!

Wajah mereka berdua sekarang benar-benar dekat hanya berjarak 2 centi saja.

Sia menyentuh kedua pipi Red dengan kedua tangannya lalu mengukir senyuman di bibir Red.

"Begini lebih bagus."

"Dan yaa tadi itu pertama kali aku melihatmu tertawa lepas seperti itu."

"Apakah kau bahagia Mr.Demon?"

Red tak merespon dan hanya menenggelamkan wajahnya ke tengkuk leher Sia dan memejamkan matanya sambil berucap, "begini saja untuk sebentar."

"Sir--" gumamnya saking gugup dan jantungnya sudah maraton entah kemana, pipinya benar-benar sudah merah bagai kepiting rebus.

Suasana di danau ini hening dan hanya terdengar kicauan burung bersama degupan jantung mereka berdua. Mungkin ini kali pertama hanya ada kehangatan di antara mereka.

Dan sejenak pertanyaan terlintas di benak Sia.

'Apa ini cinta atau sebatas peduli?'
'Jika ini sebatas peduli, mampukah aku mengalihkan rasa ini?'

1 menit dan mungkin sudah 5 menit kemudian Red Demon mendongakan kepala, memakaikan sesuatu di leher jenjang milik Sia.

Otomatis mata Sia langsung tertuju pada lehernya dan mendapati sebuah liontin bertengger indah.

"This is a gift."

"What? Repeat!!"

"Ini hadiah dari Mr.Agra untukmu, dia anggap kau sudah memahami apa itu Goddess."

"Dan kau siap untuk melawan takdir itu bersama ku," lanjutnya.

Takdir kematian Zestasia atau Red Demon. Mungkin salah satunya.

"Mister--"

"Aku tak ingin menjauh ataupun kehilangan dirimu Zestasia."

Red Demon menatap lekat mata Sia dengan penuh tekad dan keyakinan. Bahwa semua memang akan baik-baik saja bila mereka bersama.

Tess

Rintik hujan turun bersamaan dengan air mata milik Sia yang menetes.

"Sia," gumam Red Demon yang wajahnya semakin mendekat ke wajah Sia hingga aroma Red Demon tercium sangat jelas di hidung Sia, membuat dirinya gemetar. Red Demon menyisipkan anak-anak rambut Sia yang menutupi matanya.

"Mr.Demon boleh aku bertanya, ku mohon kali ini jawablah."

"Hm." Nafas Red masih memburu, seperti menahan sesuatu, terlihat sekali di matanya yang semakin merah.

"Apa kau mencintaiku?"

Cup

***

Hug Me Mr.DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang