COMPLETED
#3 in Goddess
#2 in word
#4 in Vs {1 April 2020}
#2 in Demon {8 April 2020}
Haruskah melawan takdir yang telah di tentukan atau pasrah dengan keadaan? Siapa saja tolong katakan bagaimana caranya terlepas dari takdir konyol seorang Goddess...
Tangan Sia sudah berkeringat dingin, dia sedikit gemetar saat berhadapan dengan Ibu biologisnya. Ingin sekali dia kabur dari situasi menegangkan seperti ini.
'Mr.Demon ini pacarmu lah--' gerutu Sia dalam hati padahal Sia tak tahu Red Demon bisa mendengarnya atau tidak.
"Namamu siapa, Nona?" tanya Anastasia dan raut wajahnya begitu serius.
"Grace Zestasia," jawab Sia singkat.
"Nama kita hampir mirip ternyata, sepertinya kau bukan berasal dari dimensi ini, pakaianmu--"ucap Anastasia menggantung karena melihat pakaian Sia yang jauh berbeda dari dia.
"Iya, aku ini anakmu dimasa mendatang, ini Belle?"ucap Sia sekaligus bertanya apakah benar dia adalah Belle.
Anastasia tampak terkejut sampai tangannya menutup mulut yang tak percaya dengan fakta ini. "Tunggu-tunggu kau anakku? Kau bilang anakku bernama Belle tapi--"
"Aku juga tak mengerti kenapa aku bisa menjadi seorang Zestasia karena itu aku datang ke masa lalu diriku dan dirimu ,untuk--mencari jawabannya."
Anastasia menggenggam erat tangan Sia dan tersenyum lebar setelahnya. "Jadi kau datang dari masa depan?"
"Iya."
"Bagaimana keadaan di masa depan, keadaan Red Demon dan yang lainnya?" tanya Anastasia terlihat begitu antusias.
Sejujurnya pertanyaan ini membuat Sia sedikit takut untuk menjawabnya. Sia tak bisa mengatakan kalau Anastasia akan meninggal dan semua hal itu membuatnya menjadi seorang Goddess pemilik mata kesucian dan menyebabkan sebuah perang.
"Satu kata yang menggambarkan masa depan, kacau,"ucap Sia dan dia tersenyum miris, dibalik senyuman itu ada sebuah luka mendalam.
"Apa ini karena--"
"Tak apa ini bukan salahmu, aku datang hanya untuk menemukan sebuah jawaban dan aku tak ingin merubah masa lalumu."
Anastasia sontak langsung memeluk tubuh Sia erat, dia merasa sangat bersalah menjadi seorang yang tidak becus begini. Anastasia tak bisa berbuat apapun karena akan sangat sulit mengubah takdir hidup.
Hangat. Hangat sekali pelukan Anastasia untuk Sia. Dia begitu merindukan pelukan dari sosok Ibu yang selama ini ia tak dapatkan dari Bibinya ataupun yang lain, setelah kematian Orang tuanya.
Ada titik di mana dia ingin seperti ini saja. Dia ingin waktu berhenti untuk mereka berdua. Sia ingin selalu ingin melihat wajah Ibunya seperti ini terlepas dengan semua takdir yang menghantuinya.
"Maaf jika aku tak bisa menjadi Ibu yang baik untukmu dan terima kasih sudah menjadi Anakku, Belle." Anastasia mengatakan hal itu dengan tulus, walaupun dia belum pernah merasakan melahirkan tapi dia tau Sia adalah Anaknya karena dia begitu mirip dengan dirinya sekarang. Persis sekali.
Sia menenggelamkan kepalanya di bahu Ibunya sambil menutup mata, entah kenapa rindu ini memuncak saat berdekatan dengan Anastasia.
Tapi lama-lama pelukan itu terasa memudar, saat Sia membuka matanya semua pemandangan berubah. Tak ada lagi Anastasia yang memeluknya.
Dan suasana d itempat ini sangat berbeda, hawa dingin begitu kuat sangat terasa.
Ini bukan castil Angel, castil ini begitu gelap, tebakan Sia ini adalah castil Vampire.
Sia sekarang berada di lorong gelap, saat kesadaran Sia sudah penuh dia terus berjalan menyusuri lorong ini. Di depan sana ada sebuah pintu kayu besar yang terbuka sedikit, ruangan tersebut dipenuhi dengan potion-potion yang tak diketahui Sia, semacam Laboratorium di dunia manusia.
Karena penasaran Sia mengintipnya. Sia melihat ada dua Vampire yang berbicara serius. Sia tak begitu mendengar percakapan mereka karena suara mereka sangat lirih seolah-olah sedang menyembunyikan sesuatu dari orang lain.
"Ramalan? Ramalan apa yang Kakek maksud?"
Sia tak bisa melihat wajah Vampire tersebut karena membelakangi pintu. Dia hanya melihat Kakek tua yang berjenggot putih panjang.
Kakek itu mengingatkan Sia kepada Datuk Luis, namun Kakek itu terlihat lebih menyeramkan, mungkin itu hanya perasaan Sia saja.
"Seorang utusan bangsa Heaven dari darah campuran Vampire dan Angel akan datang dan membangkitkan segel kegelapan."
"Si-siapa?"
"Kemungkinan besar adalah darah dagingmu, dia bisa menjadi sebuah kehancuran dunia atau penyelamat dunia tergantung dirimu di masa depan," ucap Kakek tersebut dan Sia tak begitu paham apa yang dimaksudkan olehnya
"Utusan bangsa Heaven?"
"Yaa jelas sekali. Dia mewarisi sebuah kekuatan dari Dewi Bumi. Kegelapan akan menguasai dunia ketika segel telah terbuka dan kau harus membunuhnya. Aku tak mengerti sebabnya tapi pasti itu akan terjadi."
"Tapi Kek bagaimana bisa aku membunuh Anakku sendiri?" Nada Vampire pria muda ini sedikit khawatir, itu terdengar jelas.
"Lakukan atau tidak sama sekali, terserah padamu. Tapi jika kegelapan itu menguasai dunia ini kita tak bisa berbuat apapun lagi. Sudah pasti dunia ini akan hancur."
"Kalau begitu aku tak ingin menikahi Angel tersebut agar semua ramalan itu tak terjadi!"
"Kau harus menikah Pangeran karena itu jalan takdirmu, kau harus menerima takdirmu dan menghadapinya," jelas Kakek tersebut dan lawan bicaranya terlihat frustasi, ia mengacak-acak rambutnya.
Saat Sia ingin masuk ke dalam tiba-tiba semuanya menjadi gelap, Sia tak bisa melihat apapun sekarang hanya ada kegelapan di sekelilingnya.
Perlahan-lahan kegelapan itu berganti menjadi sebuah tempat yang menurut Sia begitu indah, seperti sebuah balkon castil Angel. Ada dua makhluk yang sedang berbicara serius dan Sia seolah-olah menjadi orang ketiga diantara mereka berdua. Dua insan yang terpisah karena takdir, siapa lagi jika bukan Red Demon dan Anastasia.
Mereka berdua sama-sama bersandiwara dan berakting seolah semuanya baik-baik saja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau sudah siap Tuan Putri?"
"Siap tidak siap aku harus melakukan ini demi kerajaan ini." Anastasia terlihat sangat sedih, matanya terlihat sayu.
"Semoga kau bahagia Anastasia."
Sia tahu apa yang dirasakan Red Demon saat melihat orang yang dia sukai akan menikah dengan orang lain. Tapi sekarang Red Demon terlihat menyembunyikan luka itu dengan senyuman.
"Terimakasih Red Demon kau adalah sahabat terbaikku." Anastasia memeluk Red Demon meski memakai gaun pengantin yang begitu berat tapi hatinya jauh lebih berat untuk meninggalkan Red Demon.
Mereka berdua terlihat sangat mencintai satu sama lain dan Sia merasakannya. Saat itu juga Sia sadar, Sia hanya seorang anak kecil untuk Mr.Demon dan mustahil untuk Mr.Demon mencintai Sia, sedangkan cintanya pada Anastasia begitu dalam.
Sia hanya butiran debu untuk mereka berdua. Entah kenapa dadanya sesak sekali untuk menerima kenyataan ini.