•2•

743 48 1
                                    

Rambut panjang bergelombang milik Keysa terlihat berterbangan karena tertiup angin yang masuk lewat jendela perpustakaan yang dibiarkan terbuka. Saat ini dia sedang berada diperpustakaan dan tengah sibuk memilih tiga novel best seller yang nantinya akan dia pinjam untuk dibawa pulang kerumah. Keysa bisa saja membeli novel, hanya saja dia malas.

Terlihat banyak buku novel yang tertata rapi di rak buku perpustakaan sekolahnya. Namun, Keysa hanya menyukai novel yang berbau romantis-misalnya kisah cinta segitiga. Sesekali Keysa berjalan kesana kemari untuk mencari novel yang sinopsis-nya terlihat menarik. Kedua manik matanya tak henti-hentinya mencari buku novel.

Sedetik kemudian dia tersenyum lebar saat menemukan buku novel yang sinopsis-nya terlihat menarik dan tidak pasaran. Kalau boleh jujur, dia bosan dengan kebanyakan novel yang menurutnya sama. "Ah, akhirnya ketemu juga ini novel, keknya seru nih," Keysa berujar dengan riangnya.

Hobby Keysa Deolinda sendiri adalah membaca novel. Banyak temannya yang mengatakan dia galak. Namun, tentu saja Keysa tidak peduli. Keysa tidak terlalu menyukai olah raga tetapi dia mempunyai tubuh yang bagus. Sebenarnya Keysa baik hati, dia juga tidak pernah membeda-bedakan teman-baginya semua orang itu sama. Hatinya sangat lembut bukan? selembut kulit bayi.

Setelah berhasil menemukan tiga buku best seller. Keysa memutuskan meminta ijin pinjam pada petugas perpustakaan lalu pergi. Dia berjalan tergesa-gesa seraya menundukkan pandangannya. Kedua telapak tangannya memegang setumpuk buku novel. Dia sedari tadi menunduk saat berjalan, menatap lantai perpustakaan dan tidak memperhatikan sekitarnya.

Namun, tiba tiba...

Bruk.

Dia tidak sengaja menabrak seseorang. Kontan setumpuk buku yang tadi Keysa pegang otomatis langsung melayang dan jatuh di lantai. Buru-buru Keysa jongkok untuk mengambil tiga buku novel yang sekarang sudah berhamburan di lantai. Tangan kanannya terulur, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memegang tangannya sebelum berhasil mengambil bukunya.

Keysa mendongak untuk melihat wajah orang yang tak sengaja dia tabrak tadi. Detik berikutnya, mata mereka bertemu. Iris hitam bertemu dengan iris coklat. sepuluh detik lamanya mereka beradu pandang sebelum kedua memutuskan kontak mata. Cowok itu... terasa sangat familiar baginya.

Kalau dilihat dari dekat, ketampanan ni cowok bertambah kali lipat anjir. Keysa berseru dalam hati.

Ya, dia Darel. Cowok yang tidak sengaja Keysa tabrak tadi.

Keysa berdiri, lalu di susul oleh Darel. Setelahnya, Keysa mengambil alih setumpuk buku yang sudah di pegang Darel. "Eum, Makasih. Maaf gue ga liat jalan tadi," cicit Keysa pelan.

Dia menggigit pipi bagian dalamnya. Sungguh, dia merasa gugup. Tangan kanan Keysa terangkat untuk menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga yang terjuntai menutupi sebagian wajah karena tadi dia sempat menunduk. Gerak-gerik Keysa, tak luput dari pengawasan Darel.

Darel diam sejenak, wajahnya dingin seperti hari-hari biasanya. Dia diam termenung, pikirannya kembali berkelana. Dia masih memikirkan perkataan dari Keysa tadi. Detik berikutnya dia menyeringai menyeramkan. "Oke, gue maafin." Darel menyahut dengan suara baritonnya.

Sontak saja wajah Keysa langsung tampak berbinar. "Huh? Seriusan?" Keysa bertanya dengan senang.

Darel mendengus kesal. "Tentu aja, tapi ada syaratnya," Darel menyahut dengan diiringi seringai yang terlihat menyeramkan di mata Keysa.

Keysa lantas mengerutkan dahinya bingung, sementara alisnya menyatu. Kenapa minta maaf harus ada syaratnya segala coba? Keysa menggeleng-gelengkan kepalanya pelan-tentu saja dia tidak habis pikir dan tidak menyangka. Keysa mencoba memejamkan matanya sejenak seraya berdoa dalam hati supaya syarat yang diberikan Darel tidak aneh-aneh, apalagi menyusahkan-nya.

Keysa merutuki dirinya sendiri. Dia tadi seharusnya tidak berjalan dengan tergesa-gesa seraya menunduk. Alhasil, sekarang yang susah juga Keysa sendiri, bukan? Sial! Hari ini adalah hari yang paling sial yang pernah Keysa alami.

"Eh... kok minta maaf ada syaratnya sih?" Keysa melontarkan protes dengan nada yang terdengar memelas.

Darel kembali menyeringai, kedua telapak tangannya dia masukan kembali ke dalam kantung celananya. Darel menolehkan wajahnya ke arah samping-melihat sekolah yang kian sepi karena sudah waktunya untuk pulang, namun masih tersisa beberapa murid yang masih stay dan belum pulang.

"Ada. Tapi syaratnya nggak gue kasih tau sekarang,"

Darel kembali menolehkan wajahnya kearah Keysa yang tengah berdiri tepat didepannya. Secara refleks, dia melirik ke arah name tag milik Keysa. Keysa Deolinda? Nama yang cantik. Darel membatin dalam hati. Setelahnya Darel menarik kedua sudut bibirnya-dia tersenyum miring seraya mengangguk-anggukan kepalanya pelan.

Hal tersebut berhasil membuat ke dua mata Keysa kontan melebar-alisnya menyatu sementara nafasnya memburu, tentu saja karena marah. "Lo liat apa, huh? Dasar cowok mesum!" Keysa memekik kesal seraya memukul mukul lengan kekar milik Darel salah satu buku novel yang dia pegang.

Darel terlihat terperangah saat mendengar perkataan Keysa barusan. Cowok mesum? Hell no, Keysa itu sedang salah paham-karena sudah berpikir yang tidak-tidak. Tentu saja, Darel tidak setuju dengan perkataan Keysa barusan. Perlu diingat bahwa Darel bukan cowok mesum yang menyukai gundukan menonjol para cewek.

Darel menatap tajam Keysa, seumur hidupnya dia belum pernah dipukul oleh seorang cewek. Sherly yang nota bene-nya adalah pacarnya sendiri saja belum pernah memukulnya dan tentu saja tidak berani melakukan hal tersebut terhadapnya.

Sangat aneh bukan? Tentu saja!

Sementara Keysa dia tidak takut saat melihat tatapan mata Darel yang terlihat setajam elang itu. Asal kalian tahu saja, sekarang Keysa bahkan masih tetap memukul lengan Darel. Dia kesal, sungguh sangat kesal. Kalau boleh jujur, dia sangat membenci cowok mesum. Walau cowok mesumnya berwajah tampan seperti Darel, dia tidak peduli dan akan tetap membencinya.

Bagi Darel, Keysa Deolinda itu terlihat sangat berbeda dengan para cewek lainnya yang sudah pernah Darel temui. Tidak ada cewek yang berani memukulnya, apa lagi pacarnya. Lantas kenapa cewek yang tengah berada didepannya itu berani sekali memukulnya berulang kali, huh?

Menarik. Darel membatin dalam hati.

"Stop!" tegasnya seraya mencekal pergelangan tangan Keysa, dan berhasil membuat Keysa terdiam mematung.

"Lo salah paham. Gue cuman pengen tau nama lo aja, nggak lebih," Darel menjelaskan dengan raut wajah yang terlihat dingin.

Blus.

Seketika ke dua pipi Keysa memerah seperti kepiting rebus. Dia memalingkan wajahnya ke samping, berusaha untuk menyembunyikan rona merah yang merambati kedua pipinya. Dia menggigit bibir bawahnya pelan-dia malu, sungguh sangat malu.

Anjir, malu banget gue, mau di taruh di mana muka gue yang cantik ini, huh?

"Eum, sorry," pinta Keysa kikuk.

Lagi-lagi, Darel mendengus kesal.

Darel berdeham pelan. "Hm," Darel menyahut singkat.

Jawaban Darel barusan membuat Keysa membeo. Jujur saja, seumur hidupnya dia tidak pernah di jawab singkat oleh seorang cowok. Namun, tentu saja tidak hari ini. "Ya udah, gue pergi dulu ya, see you!" Keysa berujar lirih sebelum akhirnya dia mengayunkan kakinya dan meneruskan jalannya yang tadi sempat tertunda.

Keysa pergi, menjauh dari Darel. Kali ini dia tidak menunduk seperti tadi, melainkan dia menatap lurus kedepan. Jika dia menunduk lagi, kemungkinan besar hal yang tidak diinginkan kembali terjadi. Terlebih Keysa tidak ingin jika kejadian barusan terulang lagi. Cukup satu kali aja, dia tidak ingin mencari masalah lagi dan lagi.

Darel hanya memandang punggung Keysa yang kian menjauh. "Ingat! Nama gue Darel!" Darel berteriak, meninggikan suaranya sedikit, namun wajahnya masih datar seperti tadi.

Teriakkan Darel berhasil membuat Keysa menghentikan langkahnya. Kini, dia diam mematung saat mendengar teriakan Darel barusan. Perlahan tapi pasti, Keysa menolehkan wajahnya kebelakang untuk yang pertama kalinya.

"Gue udah tau... Lo kan orangnya terkenal, mana mungkin gue nggak kenal sama Lo?" setelah mengatakan itu, Keysa kembali meneruskan langkahnya yang barusan sempat tertunda.

DAREL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang