Waktu itu...
"Darel sudah punya pacar, pah. Darel nggak mau di jodohin,"
Asenio menatap tajam ke arah Darel—anaknya itu, dia menyeringai mengerikan. "Ya sudah, kalau begitu putusin aja pacarmu,"
Sontak mata Darel membulat. Kenapa papahnya begitu tega kepadanya? Dia menggeleng pelan. Darel tidak mungkin memutuskan Keysa, kan?
"Darel nggak mau pah," Darel membantah dengan sedikit meninggikan suaranya. Dia dicap sebagai anak durhaka? Darel sudah tidak peduli.
Damn!
Darel benar-benar tidak habis pikir jika menolak keputusan papahnya bukan hal yang bagus. Nyatanya jika dia menolak, papahnya tidak segan membuat kekasihnya celaka. Tentu saja Darel ingin hal tersebut terjadi. Dia tidak ada pilihan lain selain menuruti permintaan papahnya.
"Ya sudah kalau begitu papah akan bikin pacar kamu itu celaka,"
"Jangan pah! Iya-iya Darel bakalan nurut sama papah,"
Sontak Arsenio tersenyum tipis lalu berjalan mendekati Darel yang sedang terdiam mematung. "Kamu memang anak papah yang paling baik, nak." puji Arsenio seraya mengacak-acak rambut Darel dengan sayang. Darel hanya bergumam pelan, namun tidak ada senyum yang menghiasi wajahnya.
Varo berlari untuk menghampiri Darel. Telapak tangan kanannya mencengkram erat kerah baju seragam Darel. Varo memandang Darel dengan pandangan remeh. Bug! Tanpa pikir panjang, Varo langsung membogem wajah tampan Darel dengan pukulan yang begitu keras. Sontak Darel langsung tumbang dan jatuh tepat di atas rerumputan. Tulang pipi yang terpahat indah bak model jadi sasaran empuk bogeman dari tangan Varo. Darel mengangkat telapak tangan kanannya untuk memegang pipi yang barusan kena bogem mentah dari Varo. Varo marah—tepatnya sangat marah kepada Darel.
Varo jongkok seraya menyeringai tajam. "Jangan sakiti Keysa dan Sherly, anjing!"
Darel hanya tertawa remeh, tangan kanannya terangkat memegangi pipinya yang barusan kena bogem Varo. "Suka-suka gue dong!"
"Brengsek!" umpat Varo kesal. Saat Varo ingin membogem wajah Darel.
Keysa berlari menghampiri Varo, dia memeluk Varo dari belakang dengan erat. "Jangan pukul Darel lagi, kak!" pinta Keysa sedikit meninggikan suaranya, sedetik kemudian tubuh Keysa mulai lunglai, telapak tangan kanan Keysa terangkat untuk memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit. Ada perasaan tidak terima saat Darel melihat Keysa memeluk tubuh Varo.
Bruk.
Keysa jatuh, dia pingsan. "Keysa!" Panggil Varo dengan meninggikan suaranya. Dia tidak jadi membogem wajah Darel lagi dan memilih mengabaikan Darel yang tengah menunjukan raut kekhawatiran saat melihat Keysa yang sedang pingsan seperti saat ini. Tanpa aba-aba Varo langsung mengendong tubuh mungil Keysa ala bridal style, tentu saja dia ingin membawa Keysa menuju UKS.
Hal itu membuat Darel termenung sejenak. Apakah Darel begitu brengsek dan sangat keterlaluan, huh? Harusnya yang menggendong Keysa adalah dirinya dan bukan cowok lain. Darel hanya bisa menatap nanar punggung Varo yang kian mulai menjauh dan menghilang darinya.
*
Samar-samar Keysa mendengar orang-orang sedang berbincang-bincang. Kepalanya terasa berdenyut-denyut karena sakit. Sesekali dia melengguh. Perlahan tapi pasti, Keysa membuka kelopak matanya. Yang pertama Keysa lihat adalah langit-langit ruangan yang berwarna putih netral. Dia baru sadar bahwa sedang tidur berbaring. Keysa menolehkan wajahnya ke samping, yang dia lihat adalah dua orang, yang satunya cowok dan yang satunya lagi cewek.
Wajah dua orang itu... sudah tidak asing lagi baginya. Dua orang itu adalah Darel dan Nindhi. Kenapa Keysa bisa berada di sini, huh? Keysa ingat, terakhir kali dia melihat Varo ingin membogem wajah Darel yang kedua kalinya dan kenapa juga ada Darel di sini?
Sebenarnya apa yang terjadi?
Bukankah tadi Darel sudah memutuskannya?
Lantas kenapa dia ada di sini?
"Gue lagi mana, huh?" Keysa bertanya lirih, saking lirihnya hampir saja tidak terdengar.
Wajah Darel berbinar, dia menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan yang manis saat melihat Keysa sudah bangun dari pingsannya. "Key, lo udah sadar?" Darel bertanya lembut. Tangan kanannya terulur untuk meraih telapak tangan Keysa lalu dia mengelusnya dengan sayang.
"Key, lo udah sadar?" Darel bertanya lembut. Tangan kanannya terulur untuk meraih telapak tangan Keysa lalu dia mengelusnya dengan sayang.
Keysa menatap Darel dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Bukannya dia sudah putus dengan Darel? Lantas kenapa Darel masih perhatian kepadanya? Dan kenapa juga Darel masih berani memegang tangannya? Ah, iya Keysa baru sadar, kenapa wajah Darel tidak ada luka sama sekali? Bukankah Darel tadi telah di bogem oleh Varo? Kalau enggak luka pasti terlihat sedikit memar, kan? Tetapi kenapa wajah tampan Darel terlihat baik-baik saja? Ah, Keysa tidak peduli soal itu, mau luka ataupun enggak ia tidak peduli. Toh, tadi Darel memutuskannya jadi sekarang dia tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan Darel yang menurutnya cowok brengsek.
"Apaan sih lepas deh!" Keysa menghempas telapak tangan Darel dengan kasar, sungguh sangat hati saat teringat Darel menyebutnya dengan sebutan bitch, sebenarnya dia punya salah apa coba hingga Darel menyebutnya dengan kata yang menurutnya tidak pantas seperti itu, huh?
Nindhi pun bingung dengan Keysa, kenapa Keysa menghempas tangan Darel yang nota bene-nya adalah pacar Keysa sendiri. "Darel pacar lo, Key. Masa lo gitu sih sama pacar lo sendiri?"
Keysa tidak bergeming. Dia terdiam sejenak dan masih berusaha mencerna perkataan Nindhi barusan. Pacar? Tidak mungkin kalau Keysa salah dengar kan? Positif thinking saja, mungkin Nindhi sedang bercanda? Jelas-jelas Darel tadi memutuskannya saat berada di taman belakang sekolah. Eh, tunggu-tunggu, tetapi kenapa Nindhi tahu bahwa dia dan Darel berpacaran? Bukankah Keysa belum menceritakan hal itu kepada Nindhi? Lantas, kenapa Nindhi bisa tahu?
Keysa menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "What? Pacar? Gue nggak salah denger nih? Gue udah putus sama Darel, Nin," Keysa menyahut tidak terima, jelas-jelas tadi Darel memutuskannya. Keysa beranjak dari tidurnya lalu dia duduk di tepi ranjang UKS. Dia tidak menatap Darel sama sekali. Dia sudah kecewa, tepatnya sangat kecewa.
Nindhi tertawa keras-keras. Putus? Sejak kapan Darel dan Keysa putus? Pasti gara-gara pingsan tadi, Keysa jadi halu, maybe? Dia tidak habis pikir lagi dengan Keysa. Dia memegangi perutnya yang tiba-tiba sakit karena terlalu banyak ketawa. Setelah sudah puas ketawa, Nindhi duduk di tepi ranjang. Tepatnya di samping Keysa yang masih berbaring.
Darel melangkahkan kakinya lebar menuju sofa berwarna navy yang letaknya tidak jauh dari ranjang UKS. Lantas dia duduk, senyumnya tidak pudar sama sekali, dia masih bisa memaklumi bahwa mungkin Keysa—pacarnya saat ini sedang menghalu. "Keysayang, kamu lagi halu ya?" Darel bertanya dengan suara baritonnya yang terdengar berat.
Keysa kembali menolehkan pandangannya ke arah Darel yang tengah duduk santai di sofa seraya tersenyum kearahnya. Keysa memandang sinis wajah tampan Darel. Keysayang? Panggilan itu lagi? Kepala Keysa terasa berdenyut-denyut kembali. Seketika dia ingin marah, tetapi dia tidak tahu harus melampiaskan amarahnya kepada siapa. Matanya kembali berkaca-kaca. Dia sedih, sungguh sangat sedih. Tadi Darel memutuskannya, sekarang Nindhi bilang bahwa Darel itu adalah pacarnya. Sebebarnya yang benar itu yang mana? Kedua tangan Keysa terangkat untuk memijit pelipisnya yang terasa berdenyut-denyut. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
"Bacot lo! Lo tadi mutusin gue, terus sekarang lo kenapa ada di sini, huh? Urusin Sherly aja sana!" Keysa berkata yang sedikit meninggikan suaranya, kedua tangannya kini sudah mengepal. "Lo mau baku hantam sama gue, ya?" Lanjutnya.
Darel terkekeh pelan saat melihat respon Keysa yang menurutnya begitu sangat lucu. "Cie, cemburu." Ledeknya, dia masih terkekeh seperti tadi.
Keysa menggertakan giginya kesal. Siapa yang cemburu? Keysa sama sekali tidak cemburu. "Gue enggak cemburu ya brengsek!" sahut Keysa seraya memasang wajah garang.
Darel mengernyitkan dahinya tanda dia bingung. Kenapa kekasihnya jadi berubah seperti ini? Apakah gara-gara dia sempat pingsan? Darel menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Kok kamu jadi berubah sih, yang?" Darel bertanya dengan raut wajah yang terlihat penasaran. Pasalnya dia tidak tahu penyebab Keysa begitu marah kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAREL (END)
Ficção Adolescente(NOVEL SUDAH TAMAT, BURUAN DIBACA SEBELUM MENYESAL AKHIRNYA.) ______________________________________________ ⚠️Spoiler⚠️ "Arghhh!" Keysa menjerit dengan suara yang terdengar bergetar. Darel melepaskan jas miliknya yang berwarna hitam, menyisakan kem...