•83•

117 16 1
                                    

Darel kembali mengamati semua tamu yang berada di dalam pesta. Rata-rata mereka semua datang dengan pasangannya masing-masing. Ada Daffa yang berpasangan dengan Nindhi dan ada Varo yang berpasangan dengan Rosa? Darel memicingkan kedua matanya memastikan kalau yang dia lihat tadi adalah Rosa. Dugaannya benar, dia adalah Rosa. Tetapi sejak kapan Varo bersama Rosa, huh?

Tiba-tiba Darel terpaku dengan sosok yang sedari tadi dia cari. Dia adalah Keysa. Kenapa malam ini Keysa sangat cantik sekali, huh? Biasanya wajah Keysa polos tanpa make-up saja, tetapi kali ini berbeda—Keysa tampak sangat cantik karena polesan make-up yang tidak begitu tebal.

Kini Keysa tengah mengenakan gaun pendek berwarna ungu muda. Mata Darel tak lepas dari Keysa yang saat ini sudah menaiki podium. Berbicara di depan orang banyak. Tidak terasa senyum Darel mengembang. Baginya Keysa adalah semangatnya. Telapak tangan kanan Darel dia gunakan untuk memutar mutar gelas yang berada di atas meja bar, gelas itu masih tersisa sedikit wine. Darel meraihnya dan menyesapnya sampai habis tidak tersisa lalu dia menyerahkan kembali gelas yang sudah kosong pada bartender untuk meminta minuman wine lagi.

Darel belum merasa pusing sama sekali. Dia menyapu pandangannya keseluruh ruangan. Dia memandang sinis semua cowok yang tengah memandang Keysa dengan tatapan takjub. Jujur saja dia tak suka melihat pakaian Keysa yang bisa di bilang sedikit terbuka.

"Jangan kebanyakan. Entar lo mabuk loh." Saran bartender seraya menuangkan minuman wine lagi sampai gelas itu sedikit terlihat penuh.

Bartender lantas mengikuti arah mata Darel yang sedari tadi tidak berpaling. Memangnya apa yang membuat Darel terpaku seperti saat ini, huh? Bartender itu seketika tersenyum tipis saat berhasil memergoki Darel yang tengah memandang wajah cantik milik Keysa. Setelahnya dia kembali meletakan gelas yang sudah berisi wine itu di atas meja yang berada di depan Darel.

"Nggak lah!" Elaknya dengan sedikit meninggikan suaranya. Telapak tangan kanannya terulur kedepan untuk mengambil segelas wine miliknya. Mendekatkannya ke bibirnya dan menyesapnya hingga habis tidak tersisa. Sedetik kemudian kepalanya menjadi pusing, mungkin itu adalah efek dari dua gelas wine? Darel memejamkan kedua matanya sejenak. Perlahan tapi pasti, Darel membuka lagi kedua matanya. Saat dia menoleh kembali ke podium tiba-tiba dahinya mengernyit bingung. Tidak ada Keysa. Lantas Keysa sekarang berada dimana, huh?

Senyum Darel pudar begitu saja, dia langsung beranjak dari duduknya dan berlari menuju kerumunan, berharap dia menemukan Keysa di sana. Dia mencoba berfikir positif, mungkin Keysa sudah kembali ke belakang? Darel menghentikan kedua langkah kakinya yang lebar saat mendengar jeritan seorang cewek, dia tahu siapa cewek itu—yang pasti dia tengah meminta tolong. Darel segera berlari menuju asal suara yang dia yakini letaknya di belakang, mungkin asalnya dari koridor kamar mandi?

Nafas Darel terdengar memburu, kedua matanya tiba-tiba terlihat tajam, dan jangan lupakan! Mukanya terlihat datar seperti biasanya. Kedua tangannya mengepal saat melihat Keysa yang tengah di himpit oleh Agra—yang tidak memakai kaca mata seperti biasanya. Darel menarik baju Agra dengan kasar, hal tersebut membuat Agra melepaskan cekalannya dari kedua pipi Keysa. "BANGSAT LO!" Darel berteriak marah seraya melayangkan pukulannya tepat di perut Agra, membuat Agra jadi tersungkur karena tidak bisa menahan tubuhnya yang terasa limbung akibat pukulan dari Darel.

Agra memejamkan kedua matanya yang memerah, kepalanya pusing sungguh. Dengan kesadaran yang masih tersisa Agra berusaha untuk bangun, dia langsung melayangkan pukulannya tepat di pipi kanan Darel, sayangnya Darel tidak sadar karena kepalanya terasa sangat pusing karena akibat dua gelas wine tadi. Darel tidak terima, dia lantas menendang perut Agra dengan keras dan berhasil membuat Agra terpental dan punggungnya mengenai tembok.

"Ampun bang jago!" Agra memekik pelan, dia sudah tidak berdaya lagi, dan detik berikutnya dia sudah tak sadarkan diri.

"Mampus lo!"

Darel meringis seraya memegangi pipi kanannya yang terasa perih dengan telapak tangan kanannya. Dia membalikan tubuhnya dan kedua matanya terpaku pada Keysa yang tengah duduk sambil memeluk lututnya dan menelungkupkan kepalanya di sana. Sesekali dia terisak, dia menangis meraung-raung. Isakan tangis memenuhi ruangan. Dia tidak henti-hentinya menangis.

Rambut Keysa yang tadinya rapih dan lurus bahkan sekarang sudah menjadi berantakan dan acak-acakan. Perlu di ketahui bahwa gaun bagian depan yang tengah dikenakan Keysa terlihat sobek, mungkin itu semua karena ulah Agra? Darel menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, dia masih tidak menyangka bahwa Agra orangnya tidak sebaik yang dia kira.

"Arghhh!" Keysa menjerit dengan suara yang terdengar bergetar.

Darel melepaskan jas miliknya yang berwarna hitam, menyisakan kemeja yang berwarna putih saja. Dia melangkahkan kakinya lebar untuk mengikis jarak di antara keduanya. Darel mendekat dan menurunkan tubuhnya untuk jongkok di hadapan Keysa. Darel memasangkan jasnya itu untuk menutupi tubuh Keysa yang terlihat sedikit terbuka karena gaun robek. Sedetik kemudian dia memeluk Keysa, membuat Keysa menjadi tidak henti-hentinya menangis. "Maaf, lagi-lagi gue gagal jagain lo Key." Lirihnya seraya mengeratkan pelukannya pada tubuh Keysa.

Keysa melepaskan pelukannya, begitupun dengan Darel. "Nggak! Lo nggak gagal. Makasih buat lo yang udah selalu nolongin gue tepat waktu, kalau enggak mungkin gue udah—" Perkataan Keysa itu langsung terhenti saat Darel mendekatkan jari telunjuknya di depan bibir Keysa. "Ssstttt—"

Jujur saja, Keysa masih syok dengan kejadian yang barusan dia alami. Menurutnya selama ini Agra adalah seorang cowok goodboy, ternyata dugaannya salah. Agra sangat busuk, lebih busuk dari sampah. Ternyata Agra juga tidak sebaik yang telah dia pikirkan, baginya Agra adalah seorang bajingan yang haus akan belaian. Keysa masih tidak menyangka bahwa Agra ternyata adalah orang jahat, selama ini dia hanya pakai topeng sebagai cowok fake nerd. Kelakuan Agra sungguh biadap macam binatang. Karena Agra, Keysa mendapat pelajaran bahwa dirinya tidak boleh menilai orang dari covernya saja—karena dalamnya mungkin saja bisa berbeda.

"Gue nggak mau kehilangan lo lagi untuk yang kedua kalinya, Key—"

"Cukup satu kali aja gue kehilangan lo." Lanjutnya.

Tiba-tiba ponsel Darel berbunyi, menandakan bahwa ada notifikasi yang masuk. Darel segera melepaskan pelukannya dari Keysa, merogoh ponselnya yang berada di saku celananya. Dahinya mengernyit bingung. Siapa-siapa yang berani menganggu kebersamaannya dengan Keysa, huh? Darel menyalakan ponselnya, jari jemarinya tidak henti-hentinya menari kesana kemari. Darel membeo saat melihat siapa yang mengirimkannya dia pesan. Ternyata dia adalah Sherly—cewek yang dia benci sedunia dan juga cewek yang mempunyai hubungan darah dengan pujaan hatinya.

Sherly: Gue mau minta maaf sama lo dan Keysa adik gue, Rel.

Sherly: Maafin gue yang selama ini selalu ngejar-ngejar lo.

Sherly: Cinta itu tidak bisa di paksakan, bukan? Gue sekarang udah sadar kok.

Sherly: Gue sadar bahwa selama ini gue hanya terobsesi sama paras lo yang tampan itu.

Sherly: Maafin gue ya Rel. Gue rela kalau lo pacaran sama adik gue lagi. Maafin juga buat kegoisan gue selama ini.

Sherly: Kemarin gue udah bilang sama daddy gue kalau gue ingin perjodohan konyol itu di batalkan.

Sherly: Gue percaya bahwa lo itu adalah seorang cowok yang bisa menjaga adik gue satu-satunya.

Sherly: Sekali lagi maafin gue ya, Rel? Gue juga udah punya pacar, dia playboy cap alien alias David Arsenio yang nota bene-nya adalah saudara kembar lo sendiri.

Sherly: Gue boleh minta sesuatu sama lo nggak? Gue mau lo jagain Keysa dan jangan sakitin Keysa. Kalau sampai lo bikin Keysa sakit, lo harus berurusan sama gue dan Varo—kakak gue sekaligus kakak Keysa juga.

DAREL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang