Keysa meraih tote bag dan boneka macan putih miliknya. Dia segera mengayunkan kakinya menuju kamarnya yang berada diatas—tepatnya lantai dua. Keysa menaiki anak tangga dengan santai sesekali dia bernyanyi pelan.
Keysa meraih knop pintu kamarnya lalu mendorongnya dengan pelan, sedetik kemudian dia tersenyum saat melihat tidak ada satupun pakaian diatas kasur queen size-nya—itu artinya Aletta sudah melaksanakan perintahnya.
Keysa meletakan tote bag diatas nakas, sedangkan boneka macan putih—dia taruh diatas kasur. Keysa mengelus dadanya pelan, dia bersyukur karena Alletta melaksanakan perintahnya dengan baik. Dia kira Alletta tidak merapihkan pakaiannya? Namun, ternyata dugaannya salah besar.
"Eh, tunggu-tunggu, Alletta kok nggak ada? Bay the way, itu anak kemana, ya?" Keysa bertanya kepada dirinya sendiri seraya mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar—berharap matanya menemukan sosok Aletta.
Alletta menepuk pelan bahu Keysa, membuat sang empunya terlonjak karena kaget. "Lo kangen gue ya kak?" tanya Alletta dengan percaya diri.
Keysa tidak menjawab pertanyaan Alletta. Dia tersenyum lalu tangannya terangkat. Dia mengapit pipi Alletta yang sedikit chubby dengan ibu jari dan telunjuknya lalu dia menariknya dengan kencang. Ya, dia mencubitnya.
Sudah berapa kali Alletta mengagetkannya?
Apakah Alletta belum kapok juga?
"Ih, gemes banget gue sama lo. Lama-lama gue jadi pengen cubit ginjal lo deh," tutur Keysa kesal.
Cubit ginjal? Gimana caranya, huh?
"Canda kak! Canda! Gitu doang marah!" Alletta menyahut, sesekali dia meringis kesakitan karena cubitan yang diberikan Keysa terlalu kencang.
"Bodo amat! Lo tiap hari kerjaannya bikin gue darah tinggi mulu sih, nggak ada kerjaan banget emang lo ya? Dasar anak nakal!"
"Kak udah dong, gue kan udah capek-capek beresin pakaian lo, kok lo tega banget sih kak sama gue?"
Keysa tidak bergeming. Dia terdiam sejenak, berusaha untuk mencerna apa yang dikatakan Alletta barusan. Perlahan telapak tangannya lepas dari pipi Alletta. Alletta mengelus pipinya yang terlihat memerah dengan sayang. "Kasihan kamu pi—pipi, masa kamu terus sih yang jadi korbannya?"
Keysa menoleh kesamping tepatnya kearah Alletta. Keysa memicingkan matanya kearah Alletta yang sedang berbicara dengan pipinya sendiri. Tunggu-tunggu, Alletta masih waras, bukan? Tidak mungkin jika Alletta menjadi gila, bukan?
"Pipinya jawab apa, Ta?" Keysa bertanya lalu dia tertawa renyah.
Alletta menoleh kearah Keysa. "Pipi Alletta bilang kalau dia benci sama kak Keysa karena kak Keysa selalu nyubit pipi Alletta yang nggak punya salah apa-apa." sahutnya seraya mengerucutkan bibirnya, lucu.
Sinting memang!
Jawaban Aletta berhasil membuat Keysa tertawa terbahak-bahak seraya memegangi perutnya, kenapa receh sekali humornya?
Keysa terdiam sejenak. "Kagak lucu anjir!"
Alletta memutar bola matanya jengah. "Katanya nggak lucu, tapi kok kak Keysa tadi ketawa sih?"
Dasar aneh!
Keysa terdiam sejenak, ya memang benar tadi dia sempat tertawa. Keysa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sungguh sangat memalukan. Keysa berdeham pelan sebelum berjalan untuk mendekat kearah nakas. Tangannya terulur untuk mengambil tote bag miliknya, dia mengeluarkan sekotak martabak telur. Dia tersenyum canggung lalu menyodorkan sekotak martabak tersebut dihadapan Alletta.
Alletta memejamkan matanya sejenak—menikmati aroma martabak telur yang menyeruak ke dalam hidungnya, dengan senang hati Alletta menerima. Siapa orang yang tidak mau di kasih makanan gratis coba?
KAMU SEDANG MEMBACA
DAREL (END)
Teen Fiction(NOVEL SUDAH TAMAT, BURUAN DIBACA SEBELUM MENYESAL AKHIRNYA.) ______________________________________________ ⚠️Spoiler⚠️ "Arghhh!" Keysa menjerit dengan suara yang terdengar bergetar. Darel melepaskan jas miliknya yang berwarna hitam, menyisakan kem...