•68•

96 16 0
                                    

Suara pintu kamar mandi berdecit pelan. Hal tersebut berhasil membuat Keysa tersadar dari lamunannya, sontak Keysa segera menolehkan wajahnya ke samping, dia tersenyum tipis saat melihat Linda keluar dari kamar mandi. Memang benar dugaannya bahwa mommy-nya tadi tengah berada di kamar mandi.

Bola mata Keysa tidak lepas dari Linda yang tengah mencuci kedua telapak tangannya di wastafell seraya bercermin di depan kaca yang ukurannya tidak kecil juga tidak besar, intinya kaca itu berukuran sedang.

"Dari tadi Keysa cariin, eh ternyata mommy ada di sini,."

Sontak Linda terperanjat kaget mendengarnya. Dia menolehkan wajahnya ke arah sumber suara milik Keysa. Jujur saja, Linda sedari tadi tidak sadar bahwa Keysa berada di dekat tembok. Senyumnya mengembang. Linda senang jika melihat Keysa tersenyum seperti saat ini. Senyum Keysa mengingatkannya kepada anak keduanya yaitu Sherly—kakak kandung Keysa.

Linda meraih handuk kecil berwarna putih, lalu dia menyeka air yang membasahi kedua telapak tangannya. Setelah memastikan kedua telapak tangannya sudah kering, Linda menaruh kembali handuk putih yang berukuran kecil di tempatnya semula. Linda mengayunkan kakinya untuk menghampiri anak perempuan kesayangannya.

Linda segera memeluk tubuh Keysa, entah kenapa Linda tiba-tiba jadi ingin memeluk Keysa. Sontak Keysa membalas pelukan dari mommy kesayangannya. Keysa sangat bersyukur mempunyai mommy yang begitu hebat, yang berhasil merawatnya sampai sekarang ini tanpa bantuan seorang daddy-nya.

"Keysa sayang mommy."

"Mommy juga sayang banget sama Keysa."

Perlahan tapi pasti, Linda melepaskan pelukannya. Telapak tangannya terangkat untuk menyeka air mata yang sempat keluar barusan membasahi sudut matanya. Keysa menatap wajah Linda dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Kedua alisnya saling bertautan. Dia bingung karena Linda tiba-tiba mengeluarkan air mata.

"Mommy kenapa nangis? Jangan nangis ya mom, Keysa ikut sedih."

Sontak Linda langsung tersenyum lebar. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan dan kembali menyeka air matanya yang masih tersisa. Telapak tangannya terulur untuk mengacak-acak rambut Keysa dengan sayang. "Mommy nggak nangis kok, Key." Kilahnya lembut.

"Eum, aku kesini mau kenalin mommy dengan om yang baik hati, mom."

Linda mengerjapkan matanya berulang kali. Memangnya om yang baik itu siapa? Tanya Linda dalam hati. Seketika perasaannya jadi tidak enak, Linda tidak tahu penyebabnya itu apa. Linda kembali merapihkan rambut milik Keysa yang sempat dia acak-acakan barusan dengan sayang. Setelah Linda selesai merapihkan rambut milik Keysa. Keysa segera meraih telapak tangan Linda dan di genggamnya dengan erat. Wajah Keysa tampak sangat berbinar. Entah kenapa Keysa jadi bersemangat seperti ini.

"Ayo mom!" Ajaknya seraya mengayunkan kedua kakinya menuju meja dengan empat kursi yang berada di ujung café D'A. Senyum Keysa tidak pudar sedari tadi.

Sedangkan Linda kini sedang penasaran dengan seorang lelaki paruh baya yang tengah duduk membelakanginya.

Dia siapa? Tanya Linda dalam hati.

"Om kenalin, ini mommy aku." Ucap Keysa seraya tersenyum manis. Sontak Jovanka segera beranjak dari duduknya dan berdiri. Jovanka segera mengembalikan tubuhnya kebelakang. Betapa terkejutnya dia saat melihat wajah mantan istrinya. Linda pun sebaliknya, dia juga tampak terkejut. Linda menutup mulutnya supaya tidak berteriak. Tubuh keduanya kini menegang. Mereka tidak menyangka akan bertemu seperti ini.

"Linda!"

"Jovanka!"

Pekik keduanya bersamaan, hal itu sontak membuat Keysa, Varo, dan Sherly kebingungan, alis mereka saling bertautan. Mereka tidak menyangka jika Jovanka dan Linda ternyata saling kenal.

"Mommy sudah kenal om Jovanka?" Keysa bertanya dengan mimik wajah yang terlihat sangat penasaran.

Linda menunduk meremas roknya kasar seraya menggigit bibir bawahnya. Pikirannya kembali berkecamuk. Dia sedang bingung. Dia berniat untuk memberi tahu anak-anaknya sekarang juga. Mungkin ini adalah situasi yang tepat untuk memberi tahu anak-anaknya? Apakah kejadian ini yang sedari tadi membuat perasaannya tidak enak?

Linda kembali mendongakan wajahnya, menatap Jovanka dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Jovanka mengangguk pelan—seolah sudah tahu apa yang sedang Linda pikirkan. Jari telunjuk Linda terangkat untuk menunjuk Jovanka yang masih terdiam membeku. Linda kembali menolehkan wajahnya kearah Keysa. "Dia daddy-mu, Key." Lirihnya.

Deg.

Sontak ucapan Linda barusan itu berhasil membuat Keysa terdiam mematung. Dia masih berusaha mencerna perkataan Linda barusan. 'Dia daddy-mu, Key'. Sebenarnya maksud mommy-nya apa, huh? Keysa menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

"Nggak, nggak mungkin dia daddy-ku, mom."

Keysa mendekat ke arah Jovanka. "Om jahat, om udah ninggalin mommy dan Keysa dari kecil. Kenapa om sangat jahat?" Keysa bertanya dengan setengah terisak.

Kedua telapak tangannya yang sudah terkepal terangkat memukul-mukul dada bidang milik Jovanka. Jovanka tak bisa berkata-kata lagi. Dia juga sudah tidak heran lagi jika Keysa itu anaknya, karena wajah Keysa sedikit mirip dengan Sherly. Kenapa Keysa memanggilnya dengan sebutan 'om'? Hati Jovanka sedikit teriris, rasanya sakit saat dipanggil dengan sebutan 'om' oleh anaknya sendiri. Keysa tidak salah, memang benar adanya jika dirinya jahat.

"Maafin daddy sayang... iya daddy salah."

Biarlah dadanya di pukul-pukul oleh anaknya. Toh, disini dia memang salah, bukan? Saat Jovanka ingin merengkuh tubuh mungil Keysa, tiba-tiba Keysa langsung berlari untuk menjauh dari mereka semua.

"Keysa! Jangan tinggalin mommy nak!" Linda berteriak, menahan Keysa supaya tidak pergi meninggalkannya.

Keysa sama sekali tidak menghiraukan perkataan Linda barusan. Keysa masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi barusan.

"Tante jangan bercanda deh—"

"Daddy Jovanka itu daddy-nya Sherly dan bang Varo, bukan daddy-nya Keysa juga." Lanjut Sherly kesal dengan sedikit meninggikan suaranya. Pasalnya dia tidak suka dengan perkataan Linda yang di anggap sebatas candaan oleh Sherly. Sontak, perkataan Sherly tadi membuat Linda tak kuasa menahan tangisnya yang semakin menjadi-jadi.

"Jangan bilang Keysa itu adalah saudara kandung gue?" Sherly bertanya tidak percaya, nafasnya memburu.

"Linda itu mommy kamu, Sher. Keysa itu adalah adik kandung kamu dan Varo." Jovanka menjelaskan dengan hati-hati.

Deg.

Seolah belati putih menusuk hati Sherly. Entah kenapa hatinya sangat sakit saat mengetahui fakta yang sebenarnya. Kenapa orang yang dia benci setengah mati adalah adiknya sendiri, huh? Tubuh Sherly seketika mendadak jadi lemas. Lidahnya terasa kelu untuk berbicara lagi. Telapak tangannya terangkat untuk memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Sherly jadi teringat perkataannya sendiri tadi pagi, dimana dia bilang ke Rosa bahwa dia ingin mempunyai adik perempuan dan kenyataannya tuhan mengabulkan permintaannya, bukan?

Sedetik kemudian, Linda segera merengkuh tubuh mungil Sherly. Linda masih menangis sejadi-jadinya. Begitupun dengan Sherly, dia sudah tak kuasa menahan isak tangisnya. Mengapa rahasia ini begitu menyakitkan, huh?

"Sayang maafin mommy, ya." Pinta Linda dengan suara yang terdengar bergetar.

Sherly menggeleng-gelengkan kepalanya. Jujur saja hatinya masih terasa sakit mengetahui fakta yang begitu mengejutkan relung hatinya. Sherly segera melepaskan pelukannya lalu menatap Jovanka dan Linda secara bergantian. Kedua telapak tangannya terangkat untuk menyeka air matanya dengan kasar.

Sedangkan Varo dia masih diam membeku. Lidahnya terasa kelu untuk mengucapkan sepatah katapun. Dia masih ingin mendengarkan lelucon konyol itu. Ekspresinya terlihat datar, tidak ada lengkungan manis yang menghiasi wajah tampannya. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Tentu saja dia masih tidak percaya dengan perkataan daddy-nya tadi. Hatinya sakit saat mendengar perkataan daddy-nya tadi. Di mana orang yang selama ini dia cintai sebenarnya adalah adik kandungnya sendiri.

Jangan bilang kalo gue udah mencintai orang salah? Tanya Varo dalam hati.

"Varo kecewa sama kalian berdua." Ujarnya dingin.

DAREL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang