•23•

199 29 1
                                    

"Eh, tunggu-tunggu, jangan-jangan lo tadi pagi terlambat ya?" Nindhi bertanya penasaran.

Keysa mengangguk mengiyakan. "Bohong jika gue mengatakan bukan,"

"Gila! Lo kenapa bisa terlambat dan dihukum, Key?" Nindhi bertanya dengan heboh. Tentu kehebohan Nindhi berhasil menarik banyak pasang mata untuk menoleh kearah keduanya. Detik berikutnya wajah Nindhi bersemu—sadar akan kesalahannya yang baru saja dia perbuat.

Untuk sesaat, Keysa memijit pelan kepalanya yang terasa berdenyut-denyut dengan kedua telapak tangannya. Sungguh, dia kini merasa pusing saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan secara bertubi-tubi oleh sahabatnya itu untuknya. "Ceritanya panjang deh pokoknya," Keysa menyahut dengan nada yang terdengar kesal.

"Ceritain dong," Nindhi meminta seraya memasang puppy eyes andalannya.

Keysa menghela nafasnya panjang sebelum akhirnya berdeham pelan lalu mengangguk dengan malas. Dia tidak bisa menolak jika Nindhi sudah memasang puppy eyes yang sangatlah bisa membuatnya luluh begitu saja.

*


Bel tandanya pulang telah berbunyi, beberapa kelas terdengar riuh sesaat. Tidak terkecuali dengan kelas 11 IPA3. Tidak lama kemudian bunyi decitan kursi, meja, dan pintu terdengar saling bersahutan satu persatu. Lorong koridor yang tadinya sepi sekarang menjadi tampak ramai. Para murid ada yang hendak pulang kerumah, bermain kerumah teman, pergi ke Mall atau kerja kelompok bersama teman-temannya.

Keysa sendiri langsung kembali bersemangat setelah mendengar bel pulang berbunyi barusan. Keysa sekarang sudah terbebas dari rasa bosan. Dia mulai memasukan beberapa buku dan alat tulis kedalam tas ransel miliknya. Setelah selesai membereskan semua barangnya, dia beranjak duduknya dan mengayunkan kakinya untuk menghampiri bangku Nindhi, terlihat Nindhi tengah sibuk membereskan semua barangnya.

Setelah memastikan jika tak ada barang yang tertinggal—Nindhi segera memakai tas ranselnya yang berwarna merah maroon miliknya. Nindhi tersenyum, dia lantas merangkul Keysa dengan erat, lalu mereka berdua berjalan beriringan untuk pulang kerumah masing-masing.

Siang hari ini cuacanya begitu mendukung. Matahari bersinar cerah, sinar matahari yang berhasil menyengat dan membuat tubuh menjadi banjir karena berkeringat, langit yang berwarna biru muda di kelilingi awan putih tipis yang sangat enak dipandang. Walau sinarnya berhasil membuat kulit memanas.

"Kenapa tadi pagi lo bisa berangkat, Key?" Nindhi bertanya saat mereka tengah menyusuri koridor kelas mereka.

"Ayo cerita sekarang dong," lanjutnya dengan bersemangat. Pasalnya tadi Keysa belum sempat bercerita karena bel masuk sudah berbunyi.

Keysa menghela nafas dengan panjang sebelum menjawab pertanyaan dari Nindhi barusan. "Eum, tapi perkataan gue jangan lo potong loh ya?" Keysa bertanya dengan sedikit was-was. Sebab saat dia bercerita pada Nindhi, pasti Nindhi akan memotong ucapannya terus menerus, kontan hal tersebut membuat Keysa malas sendiri untuk bercerita pada Nindhi lagi.

Nindhi mengangguk setuju. "Iya sahabatku tersayang," Nindhi menyahut dengan suara yang terdengar sangat antusias. Namun, senyumnya dari tadi tidak pudar sama sekali.

Sebelum mulai bercerita, Keysa terlebih dahulu menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan. "Jadi gini... tadi pagi kan gue kan nunggu bis di halte? Tapi bis yang gue tunggu nggak kunjung datang, eh selang beberapa menit tiba-tiba dia da—"

Mata Nindhi seketika melotot. "Dia siapa, Key? Apa jangan-jangan dia yang lo maksud itu hantu ya?" Nindhi bertanya dengan ngelantur.

Sebelum Keysa menyelesaikan perkataannya, Nindhi terlebih dahulu memotongnya. Keysa kontan menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal, dia mencubit pelan lengan mulus milik Nindhi. "Gue nggak mau lagi lanjutin ceritanya," kesalnya seraya bersedekap dada dan memalingkan wajahnya kesamping kiri, merajuk.

DAREL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang