•77•

120 17 0
                                    

Terlihat para murid yang tengah berlalu lalang menggelengkan kepalanya pelan saat melihat cewek yang dengan beraninya mendekati cowok yang di gandrungi para kaum hawa. Sedangkan Darel yang telah di sapa lantas menghentikan langkahnya sejenak, dia hanya menatap sekilas cewek yang ber-name tag Bianca dengan tatapan yang terlihat tidak bisa di artikan. Darel tetap saja membungkam mulutnya, dia sama sekali tidak ada niatan untuk membalas sapaan dari Bianca.

"Rambut kak Darel berantakan, aku rapihin, ya?" Pinta Bianca dengan suara yang terdengar lembut dan lirih.

Telapak tangannya terangkat untuk merapikan rambut Darel yang berantakan. Sebelum telapak tangan kanan cewek itu menyentuh rambut Darel, Darel terlebih dahulu menghempaskan tangan cewek yang terlihat murahan. Darel menatap tajam ke arah Bianca yang tengah memegang lengannya yang terlihat memar karena ulah Darel

"Makasih. Tapi gue bisa sendiri." Farel menolak tegas. Sedetik kemudian dia kembali melangkahkan kedua kakinya lebar yang tadi sempat tertunda karena ulah cewek cabe—setelah menghempaskan tangan Bianca—tidak ada rasa sesal ataupun iba di dalam hati Darel.

Sedangkan Bianca? Dia tengah mengerucutkan bibirnya lucu, namun pandangannya tidak lepas dari punggung cowok jangkung yang kian mulai menghilang dari pandangannya. Dia menghentak-hentakkan kedua kakinya kesal. Kedua antek-anteknya juga terlihat tidak berani berbicara, mereka berdua hanya menenangkan Bianca dengan cara mengelus-elus punggungnya.

Sherly berkacak pinggang di belakang Bianca yang tengah menggerutu kesal dan bersumpah serapah di dalam hati. Sherly memandang remeh Bianca—musuh bebuyutannya. Telapak tangan kanan Sherly terulur untuk meraih rambut panjang Bianca yang tergerai indah di punggungnya. Tanpa aba-aba Sherly segera menarik rambut Bianca kebelakang—hal tersebut berhasil membuat kepala Bianca jadi mendongak ke atas, dia menjerit kesakitan tatkala Sherly menariknya dengan kasar.

"Arghhh... Lepasin! Sakit bego!" Bianca memekik kesakitan, sungguh dia tidak bohong.

Para murid yang melihat kejadian itu hanya berdiri mematung tanpa ada yang berniat menolong Bianca. Mereka juga tidak berani melerai keduanya, ada juga siswa-siswa yang tengah merekam atapun memfoto aksi keduanya—tentu saja mereka ingin mengabadikan momen yang sangat langka. Sungguh mereka memang tidak punya akhlak memang!

"LO JANGAN DEKETIN DAREL LAGI, BANGSAT!" Sherly berteriak marah— menekankan setiap kata yang barusan dia katakan tanpa berniat untuk melepaskan cekalan tangannya dari rambut Bianca.

Sontak jawaban Sherly membuat Bianca bergidik ngeri, sejak kapan musuh bebuyutannya ada di sini, huh? Bianca kembali meringis kesakitan, matanya sekarang sudah berkaca-kaca. Mungkin setelah Sherly melepaskan tarikannya, rambut Bianca banyak yang rontok?

"Kenapa, huh?"

"Masalah buat lo?" Lanjut Bianca dengan suara lantang—seolah tengah nantangin Sherly. Bianca menahan rasa sakit di kepalanya akibat ulah Sherly yang terlihat sangat kurang hajar. Sungguh, jika waktu bisa di putar ulang dia tidak akan mendekati Darel tadi, tentu saja dia menyesal.

Kedua antek-antek Bianca berusaha untuk melepaskan tangan Sherly yang masih saja menarik rambut Bianca. Tetapi nihil. Usaha keduanya benar-benar sia-sia. Padahal Sherly hanya sendirian. Tetapi nyali keduanya benar-benar ciut saat menghadapi Sherly yang terkenal bad girl di sekolahnya.

"Karena Darel itu pacar adik gue, bangsat!"

Sontak Bianca lansung terkejut dengan pernyataan dari Sherly. Siapa yang tidak terkejut coba? Yang benar saja! Bukankah selama ini Sherly tidak punya adik? Sepengetahuan mereka selama ini Sherly hanya mempunyai kakak laki-laki saja? Bianca tertawa remeh, berusaha mengabaikan rasa sakit yang telah melandanya saat ini.

DAREL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang