•50•

108 18 0
                                    

Mata Nindhi seketika berbinar, dia senang tentu saja. Ah, ralat--tepatnya sangat senang, tangan kanannya terangkat untuk mengambil alih buku matematika milik Keysa. "Makasih Keysa—yang."

"Bacot!" sahut Keysa kesal. Panggilan itu mengingatkannya pada pacarnya. Keysa menunduk, menatap meja dengan tatapan kosong. Pikirannya kembali berkelana ketika mengingat kejadian tadi pagi.

Keysa turun dari bis yang tadi dia tumpangi. Keysa mengayunkan kakinya malas, dia mengedarkannya keseluruh penjuru sekolah. Terlihat sekolah masih sepi, hanya terlihat segelintir orang yang sudah berangkat. Keysa mengedarkan pandangannya ke arah parkiran. Keysa berhenti mengayunkan kakinya. Dia diam mematung tepat di belakang pohon besar, dia sama sekali tidak bergeming. Matanya membulat sementara alisnya saling bertautan, tanda dia terkejut.

Kenapa Darel berangkat bersama Sherly, huh?

Kenapa Darel hari ini tidak menjemput gue seperti biasanya?

Apakah Darel dari kemarin membohongi gue, seolah-olah dia cintanya sama gue, huh?

Sakit, hati Keysa sangat sakit saat melihat Darel bersama cewek lain, terlebih cewek itu adalah Sherly. Keysa mengembalikan tubuhnya. Kedua tangannya terangkat untuk memegang tasnya—dia mengeratkan tas ranselnya yang berwarna biru. Dia menunduk, sesekali kedua matanya mengerjap lucu.

Keysa memutar tubuhnya lalu menyenderkan punggungnya di batang pohon besar. Jari jemarinya saling bertautan. Keysa kembali mendongakkan wajahnya, menatap langit yang berwarna biru muda yang dikelilingi awan yang berwarna putih. Awan terlihat sangat cerah—berbeda dengan suasana hatinya saat ini. Keysa mengembalikan tubuhnya. Kali ini, Keysa melihat Darel tengah mengandeng telapak tangan kiri Sherly, namun Darel tidak ada senyuman yang terpatri diwajah Darel. Wajahnya datar seperti biasanya.

Keysa memegang dadanya yang tiba-tiba kembali terasa sakit. Lidahnya terasa kelu untuk mengucapkan sepatah katapun. Sebenarnya yang menjadi pacarnya itu Keysa atau Sherly? Keysa tertawa miris, menertawai dirinya sendiri. Ucapan Keysa benar bukan? Darel itu memang benar-benar cowok playboy. Dia playboy seperti David—kembarannya.

Keysa berlari kecil untuk mengejar Darel dan Sherly yang tengah bergandengan tangan seraya beriringan. Sherly tidak henti-hentinya bercerita—Darel hanya mendengarkannya, tetapi dia sama sekali tidak merespon perkataan yang diucapkan Sherly. Keysa menghela nafasnya lagi. Kali ini dia sudah berada dibelakang Darel.

"Darel jelek!" Panggil Keysa seraya terkikik geli.

Telapak tangan Keysa terangkat untuk menahan Darel. Darel menoleh ke belakang, dia tidak terkejut sama sekali. Darel mengangkat alis kirinya, bingung. Seolah dia sedang bertanya 'Apa?'. Darel melepas genggaman tangannya dari telapak tangan milik Sherly, telapak tangannya dia masukan kedalam kantung celananya. Hal itu membuat Sherly marah dan mengomel-omel sendiri, sesekali dia menghentak-hentakan kakinya kesal. Darel tidak menghiraukan Sherly dan Keysa. Dia mengembalikan tubuhnya lalu melangkahkan kakinya santai menuju kelasnya, meninggalkan dua cewek cantik itu di koridor.

"Darel itu pacar gue. Jadi lo nggak usah deketin Darel lagi!" Ucap Sherly sedikit meninggikan suaranya.

Keysa sama sekali tidak memandang Sherly, dia tidak bergeming sama sekali. Keysa mengabaikan Sherly, sedetik kemudian Keysa kembali mengayunkan kakinya pergi—meninggalkan Sherly sendiri di koridor kelas. Keysa kembali menunduk seraya menautkan jari jemarinya. Perasaannya berkecamuk.

Kenapa hari selasa ini Darel terlihat berbeda?

Bukankah tadi malam Darel bersama gue saling tukar menukar kasih sayang?

Kenapa sekarang Darel terlihat sedang menjauhi gue, huh?

Ah, entahlah Keysa pun tidak tahu itu.

Sherly tadi bilang, Darel pacarnya? Haha, Keysa tidak habis pikir dengan cewek gila itu.

Agra yang sedang berjalan menuju kelas pun menghentikan langkah kakinya saat melihat cewek yang dia kenal sedang duduk sendirian di kursi panjang yang letaknya depan kelasnya. Agra tersenyum tipis kemudian dia kembali berjalan menghampiri Keysa. Dia menepuk bahu Keysa pelan dan berhasil membuat sang empunya terperanjat karena kaget. Telapak tangan Keysa terangkat untuk mengelus dadanya yang berdegup kencang, dia menoleh kebelakang sontak senyumnya mengembang.

"Sendirian aja," ucap Agra, lalu dia duduk di kursi panjang tersebut, mengisahkan jarak yang tidak terlalu dekat dengan Keysa.

Keysa terkekeh pelan. "Iya nih, gue datangnya pagi banget,"

Agra menatap lurus ke depan. "Siapa bilang? Bagi gue ini sudah siang tau,"

Keysa memukul pelan lengan kekar milik Agra. "Ada ada aja lo, eh lo kan nggak pernah terlambat ya? Lo kan anak teladan,"

Agra tersenyum tipis. "Lo juga anak teladan kok,"

Keysa sontak langsung menoleh kearah Agra. "Siapa bilang?"

"Gue." sahutnya lalu sedetik kemudian dia tertawa renyah.

"Lo udah ngerjain PR matematika?"

Keysa terkikik geli saat mendengar pertanyaan yang Agra lontarkan. "Kalau gue jawab belum, apa lo percaya?"

Agra tidak bergeming, dia diam seraya berfikir keras, Agra menoleh sekilas kearah Keysa yang masih menahan tawa. "Jelas nggak lah, lo kan anak teladan,"

Sontak tawa Keysa pecah begitu saja. Dia tertawa renyah saat mendengar jawaban dari Agra. Keysa kembali terdiam. Kenapa tiba-tiba dia teringat lagi dengan kejadian tadi pagi? Seenggaknya Agra dapat menghiburnya dengan pertanyaan yang menurutnya sedikit konyol.

Tidak lama kemudian Nindhi datang bersama Dafa, mereka saling bergandengan tangan, sesekali Nindhi tertawa dan memukul lengan kekar milik Dafa. Hal itu membuat Agra menjadi sedikit kikuk. Agra dan Keysa sama-sama diam. Agra menoleh kearah Keysa, saat merasa diperhatikan Keysa langsung menoleh kearah Agra, Keysa menaikan alis kirinya, tanda dia sedang bingung.

Agra berdeham pelan sebelum berbicara. jujur saja, dia sangat canggung saat berada didekat sahabat Keysa. "Gue masuk ke kelas duluan ya, Key."

Keysa tersenyum lalu dia mengangguk kikuk, suasana menjadi teramat canggung. Keysa menatap lurus kedepan. Menatap segelintir murid yang berlalu lalang disana. Keysa kembali teringat akan kejadian tadi pagi—dimana Darel bergandengan tangan bersama Sherly dan mengabaikannya begitu saja. Keysa menggeleng-gelengkan kepalanya pelan—menepis semua pikiran yang negatif. Keysa tidak boleh negatif thinking dulu. Siapa tau Darel hanya iseng—untuk membuatnya cemburu, bukan? Semoga saja iya.

Keysa terdiam mematung di bangku kelas miliknya, tatapannya lurus ke depan—tepatnya tatapan kosong. Saat ini guru matematika sedang menjelaskan materi didepan. Semua murid di kelas itu terlihat sangat antusias untuk mendengarkan, tetapi tidak dengan Keysa dan David. Dia sedang melamun, pikirannya terus berkelana. Syukurlah, karena guru matematika tidak terlalu mengamati murid yang bangkunya berada dibelakang. Dibelakang Keysa ada David yang tengah tidur telungkup di atas mejanya sendiri.

Kedua sikunya dia gunakan untuk menumpu kedua tangannya dan kedua telapak tangannya dia gunakan untuk menangkup kedua pipinya yang terlihat sedikit chubby. Sesekali Keysa mengedipkan matanya. Penjelasan guru matematika itu benar-benar tidak masuk ke dalam otaknya. Sebelum guru matematika masuk, tadi Keysa sempat meluangkan waktunya untuk mengirimkan Darel chat.

Keysa: Darel jelek lagi apa?><
                    
Keysa mengerjapkan matanya pelan ketika melihat chat-nya centang dua berwarna abu-abu—itu tandanya sudah terkirim namun belum dibaca. Ya, dia berhenti untuk melamun. Keysa menoleh ke samping kirinya—terlihat Nindhi sedang fokus mendengarkan guru matematika itu. Keysa menunduk, tangan kanannya terangkat untuk mengambil ponselnya yang berada di saku rok abunya. Dia kembali membuka aplikasi WhatsApp-nya, berharap bahwa sudah mendapatkan balasan chat dari Darel. Tapi hasilnya...

Nihil.

Tidak ada balasan dari Darel sama sekali. Boro-boro dibalas, dilihat saja tidak. Hatinya kembali sakit saat teringat dengan kejadian tadi pagi. Kenapa Darel tiba-tiba berubah seperti ini. Masih sama seperti tadi. Yaitu hanya centang abu-abu. Keysa menarik ke dua sudut bibirnya—membentuk lengkungan yang manis. Keysa berusaha untuk berfikir positif lagi. Maybe, Darel lagi sibuk? Lagi banyak tugas? Atau lagi banyak masalah. Keysa harus berfikir positif dulu. Dia harus percaya kepada pacarnya sendiri.

DAREL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang