•78•

84 14 0
                                    

Terlihat Keysa tengah berjalan santai untuk menyebrangi jalan raya untuk sekedar membeli ice cream coffee yang berada di seberang jalan tidak jauh dari pekarangan sekolah. Saking asyiknya mendengarkan musik di earphone miliknya yang terpasang indah di telinganya, dia sampai tidak sadar jika ada motor yang tengah melaju dengan cepat ke arah.

Sherly sendiri dia sedang duduk santai di kursi panjang yang berada di halte bus. Sesekali ia menyeruput drink yang baru saja dia beli di kantin sebelum dia memutuskan untuk pulang. Sorot matanya tiba-tiba tidak sengaja melihat Keysa yang tengah berjalan santai pun langsung terkejut karena di sana ada juga motor yang tengah melaju dengan cepat.

Sherly sontak langsung membuang minuman yang berada di telapak tangan kanannya dengan segera lalu beranjak dari duduknya dan berlari sekuat tenaga untuk menyelamatkan nyawa adik kandungnya. Sherly mendorong tubuh Keysa kedepan membuat tubuh Keysa terjatuh di atas tanah di susul dirinya sendiri.

Beruntung karena keduanya tidak ada yang terluka, tentu saja mereka semua selamat. Bersyukur karena Sherly sudah menyelamatkan Keysa tepat waktu, jika tidak mungkin sekarang Keysa sudah berada di rumah sakit atau mungkin nyawanya sudah tidak ada.

Sontak kedua sudut bibir Darel terangkat keatas membuat lengkungan yang manis saat melihat video yang baru saja dia putar. Sungguh, dia benar-benar masih tidak percaya dengan video yang tengah dia lihat sekarang ini. Ini benar-benar hal yang sangat sulit di percaya baginya. Dia kira Sherly akan membiarkan Keysa begitu saja tetapi perkiraannya ternyata benar-benar salah! Darel semakin yakin bahwa tak ada yang mustahil di dunia ini, walaupun faktanya sangat sulit di percaya.

o0o


Keysa tengah duduk santai di kursi panjang yang berada di taman belakang sekolahnya. Dia tengah mengenakan seragam pramuka yang berwarna coklat. Jari-jari tangannya saling bertautan. Kedua manik matanya mengamati taman yang berada di belakang sekolah, yang sekarang terlihat sedikit berubah, hal tersebut membuat taman yang lumayan luas menjadi lebih bagus dari sebelumnya.

Maklum, sudah sebulan ini dia tidak pernah mengunjungi taman. Sebulan ini dia menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan saja. Beberapa pohon besar yang berada di ujung kanan dan kiri membuat kursi panjang yang berada tepat di bawahnya itu terasa lebih sejuk. Beragam macam bunga yang berada di pot bunga itu di susun sedemikian rupa agar bisa semakin mempercantik pemandangan taman.

Ada juga beberapa pohon kecil yang di sekelilingnya ada lampu-lampu kecil yang terlihat berwarna-warni. Di ujung sana, tepatnya dekat pohon besar ada kolam ikan yang berbentuk persegi panjang. Kursi juga tak hanya berjumlah satu saja, kursi yang berada di taman jumlahnya ada empat.

Sesekali Keysa menengadahkan wajahnya untuk memandang langit yang berwarna biru tua yang bercampur putih dan tidak lupa ada awan yang seolah tengah berjalan melewatinya begitu saja. Dia tersenyum tipis, kedua bola matanya tidak lepas dari langit yang terlihat sangat cerah, sesekali ada segelintir burung yang bercicit ria seraya berterbangan kesana kemari.

Keysa mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru taman yang terlihat indah ini. Sepi. Satu kata itulah yang tiba-tiba terlintas di benak Keysa. Satu orang saja pun tidak ada, hanya ada dirinya dan Sherly di taman itu.

"Lo ngajak gue kesini buat apa, huh?" Tanya Sherly lirih, tidak seperti biasanya yang berbicara dengan volume yang terdengar keras di telinga Keysa.

Tadi saat dia berada di dalam kelas, Keysa mengirimkannya pesan. Pesan itu bertuliskan 'Kak Sherly? Bisa ketemuan sebentar nggak?'
Alih-alih menolak permintaan adiknya, Sherly malah menyetujuinya—pasalnya dia sangat penasaran dengan apa yang ingin adiknya katakan. Ada gelenyar aneh yang menyengat tubuhnya saat Keysa memanggilnya dengan sebutan 'kakak.'

Keysa menggigit bibir bawahnya pelan. Dia menundukan kepalanya, takut jika Sherly marah kepadanya karena gosip keduanya bersaudara sudah menyebar kemana-mana. Jangan lupakan, Keysa juga takut soal Darel yang masih saja berani mendekatinya walaupun sudah dia jauhi berkali-kali. Keysa merasa tidak enak hati kepada Sherly. "Kak Sherly marah, ya? Karena semua orang sudah tau kalau kita berdua bersaudara?" Keysa bertanya dengan suara yang terdengar sedikit bergetar.

Sontak Sherly langsung terdiam membeku. Dahinya mengernyit bingung, dia masih berusaha mencerna apa yang baru saja di katakan oleh Keysa. Sungguh, dia benar-benar masih belum mengerti. Marah? Bukankah Sherly sekarang tidak sedang marah? Tetapi kenapa Keysa malah berpikir bahwa Sherly marah kepadanya, huh? Sungguh lucu sekali. Telapak tangan kanan Sherly terulur untuk meraih telapak tangan Keysa dan menggenggamnya dengan erat. "Kok lo mikirnya gitu sih?"

"Gue takut kalau kak Sherly marah dan benci lagi sama gue." Cicitnya.

Sherly menggigit pelan pipi bagian dalamnya dengan gusar. Dia berdeham pelan untuk menetralkan irama jantungnya yang kini berpacu cepat setelah mendengar perkataan Keysa barusa. Dia sadar bahwa apa yang di lakukannya kepada Keysa itu benar-benar buruk. Dia pernah berbica kasar kepada Keysa, mendorongnya sampai terjatuh tersungkur, dan yang lebih parahnya lagi adalah dia pernah memfitnah Keysa. Sherly sendiri juga heran kenapa dulu dia bisa sejahat itu sama adik kandungnya sendiri. Sherly tahu bahwa dia sangat egois, hanya mementingkan dirinya saja. Tentu saja dia mengakuinya. "Nggak kok, gue nggak marah sama sekali sama lo."

Mata Keysa kembali berkaca-kaca setelah mendengar perkataan Sherly barusan. Dia sedih karena telah membuat kebahagiaan Sherly hancur. Sungguh, dari awal Keysa memang tidak ada niatan untuk merusak hubungan Sherly dengan Darel, apa lagi merebut hati Darel dari Sherly.

Keysa memeluk Sherly, tangisnya pecah, dia menangis di bahu kanan milik kakak kandungnya. "Maafin gue kak.. maafin gue... gue nggak pernah bermaksud merusak hubungan kakak dengan Darel, apalagi merebut Darel dari kakak, semua itu nggak benar kak." Jelasnya dengan suara yang terdengar bergetar seraya terisak menahan tangisnya yang kian bertambah deras.

Sherly membalas pelukan Keysa dengan erat. Sungguh, sebelumnya dia tidak pernah merasa bersalah seperti ini. Entah kenapa dia jadi merasa sedih saat melihat Keysa menangis di bahunya seperti saat ini. Sherly merutuki dirinya sendiri saat mengingat betapa kejamnya dirinya kepada Keysa dulu. Sungguh, dia menyesal. Bahkan sangat menyesal.

"Lo nggak salah kok. Gue yang salah, Key. Maafin gue ya, Key?" Pinta Sherly dengan suara yang terdengar bergetar. Dia menaruh dagunya tepat di atas bahu kiri Sherly. Entah apa yang harus dia lakukan supaya bisa menebus kesalahannya dulu pada adik kandungnya sendiri. Air matanya masih belum bisa berhenti, bulir-bulir putih terus berjatuhan dan membasahi pipinya. Dia lantas semakin mengeratkan pelukannya pada Keysa.

"Gue ikhlas kok, kalau kak Sherly balikan lagi dengan Darel."

Sherly menggelengkan kepalanya pelan. Dia sudah tidak mau berpacaran dengan Darel lagi. Dia tidak mau kembali tersakiti dan membuat Keysa sakit hati lagi karena ulahnya. Yang ingin dia lakukan sekarang yaitu menembus kesalahannya di masa lalu. Sherly selama ini benar-benar salah menilai Keysa.

Ternyata Keysa tidak jahat sama sekali. Sherly sedikit heran dengan Keysa, walaupun dia sudah berlaku jahat pada Keysa, tetapi Keysa tetap baik kepadanya. Sherly tidak menyangka bisa mempunyai adik yang sangat bertolak belakang dengannya. Jika Keysa good girl maka dia sebaliknya.

"Nggak Key... gue sekarang udah resmi pacaran sama David asal lo tau," dustanya. Sejujurnya dia belum berpacaran dengan David. Entah kenapa nama David tiba-tiba langsung muncul di kepalanya. Ah, berbohong sedikit tidak apakan? Toh, ini juga demi kebaikan. Sherly menahan sakit serta nyeri di ulu hatinya. Jujur saja, dia masih ada rasa dengan Darel. Tetapi dia juga sekarang mulai menaruh rasa pada David. Sherly menggigit bibir bawahnya untuk menahan isak tangisnya.

"Kak Sherly bohong," Keysa menyahut seraya terisak.

Sherly mengusap-usap pelan punggung Keysa dengan penuh kasih sayang. Perlahan tapi pasti, Sherly mulai melepaskan pelukannya. Dia memegang kedua bahu Keysa dengan erat. Menatap mata adiknya dalam-dalam.

DAREL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang