•14•

246 32 0
                                    

Kenapa rasanya gue sangat nyaman saat berada didekat kak Varo ya?

Rasanya seperti punya pacar? Ah bukan, tetapi rasanya seperti punya kakak laki-laki.

Andai saja gue punya kakak laki-laki, pasti rasanya sangat menyenangkan, bukan?

Nampaknya Keysa merasa sedikit iri pada Sherly yang mempunyai kakak laki-laki baik hati macam Varo. Lima belas menit sudah berlalu dan mereka sudah sampai di café D'A. Kontan Keysa segera beranjak turun dari motor ninja milik Varo, lalu disusul oleh Varo. Mereka berdua melepas helm secara bersamaan, Keysa melemparkan senyuman ke arah Varo seraya memberikan helmnya kembali kepada Varo. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa kakak laki-laki Sherly begitu baik kepadanya.

"Ayo, masuk ke dalam dulu, kak," Keysa mengajak Varo seraya tersenyum manis.

Tentunya Varo tidak menolak dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emasnya, dia lantas mengangguk patuh. Tangan kanannya terangkat untuk menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jemarinya, setelahnya dia memasukkan kedalam saku celananya. "Ayo!" Varo menyahut dengan antusias.

Tak lama kemudian mereka berjalan beriringan seraya bergurau ria, saling bertukar cerita lucu yang berhasil membuat keduanya tertawa bersama-sama. Seperti biasa, café D'A itu nampak begitu ramai pengunjung, apalagi saat senja mulai tenggelam, tidak ada perubahan kecuali pengunjung yang bertambah dua kali lipat. Ketika pengunjung melihat kedua insan itu lantas mereka langsung menatap takjub.

"Couple goals banget sih!"

"Serasi bangett uwuuu!"

"Jomblo bisa apa?"

"Aku jomblo dan aku diam."

"Cowoknya ganteng dan ceweknya cantik. Cocok banget aww!"

"Ga cocok banget ewh, cocokan juga sama gue."

"Cantikan juga gue,"

"Wow, cocok banget mereka!"

"Cowoknya kok cakep banget sih?,"

"Gue iri dan gue bilang,"

"Mau dong jadi ceweknya,"

"Mimpi apa gue semalam, kok bisa-bisanya cowok yang kelewat cakep ada di sini sih?"

"Ah, gue ngefans berat sama cowoknya. Btw, mukanya itu loh, cakep banget gila!"

Varo menggeleng-gelengkan kepalanya pelan saat mendengar celotehan yang dilontarkan beberapa pengunjung cewek yang terdengar alay dan lebay di telinga Varo.
Entah sebuah keberuntungan atau kesialan yang menimpa Varo ketika dia mempunyai wajah yang kelewat tampan. Sungguh sangat menyebalkan jika dia menjadi pusat perhatian seperti saat ini.

Varo dan Keysa tampak terlihat kompak mengabaikan celotehan pengunjung cowok maupun cewek barusan, mereka berdua memilih untuk menganggap perkataan itu adalah angin lalu saja dan tentunya mereka berdua tidak peduli. Keysa menoleh ke arah Varo—seketika dia tersenyum tipis sebelum bertanya.

"Kak Varo mau pesan apa?" Keysa bertanya pelan terdengar lembut di telinga Varo.

Varo berdehem pelan seraya mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya. Sejujurnya dia bingung saat ditanya seperti barusan. Sebenarnya Varo sama sekali tidak lapar, apakah dia harus menolak saja? Oh, tentu saja tidak! Yang jelas Varo tidak mau menolak dan bikin Keysa kecewa karena ulahnya.

Varo berdeham pelan sebelum menyahut pertanyaan Keysa barusan. "Samain aja sama pesanan Lo, Key,"

Seketika senyum Keysa mengembang. "Siap kak! kakak duduk aja dulu," lanjutnya dengan gembira.

DAREL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang