•84•

356 14 0
                                    

Darel membacakan semua chat dari Sherly barusan, hal tersebut berhasil membuat Keysa menjadi diam membisu. Dia tidak menyangka bahwa Sherly—kakaknya mengalah demi dia—yang nota bene-nya adalah adik kandungnya. Keysa berkedip dan air matanya kembali jatuh membasahi pipinya.

"Gue nggak nyangka bahwa lo ngalah demi gue kak, maafin gue kak." Lirihnya dengan suara yang terdengar bergetar.

Kemungkinan besar Darel tidak mendengar karena suara itu sangat terdengar lirih. Kedua telapak tangan Keysa terangkat mengusap wajahnya dengan kasar.

Darel: Syukurlah kalau lo udah sadar. Gue udah maafin lo kok. Iya Sher, gue bakal jagain Keysa dan nggak bakal bikin dia sakit hati. Thank Sher! Semoga lo langgeng sama kembaran gue.

Darel menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan manis. Sungguh Darel sangat bahagia saat melihat Sherly yang sudah berubah dan tidak seperti dulu yang sangat kekanak-kanakan. Darel kembali menyimpan ponselnya di dalam celana sakunya. Mungkin hari ini adalah hari yang paling bahagia di hidupnya?

Darel menatap Keysa lekat-lekat. "Key? Lo mau balikan lagi sama gue kan?" Darel bertanya dengan penuh harap. Sejujurnya Darel ingin berpacaran dengan Keysa layaknya seperti dulu. Darel menyeka air mata Keysa dengan kedua jari jempolnya. Jantung mereka berdua berdetak lebih cepat dari biasanya.

Keysa diam seribu bahasa, lidahnya terasa kelu untuk berbicara, nafasnya tercekat. Isak tangisnya kian mereda. Tubuhnya kembali lemas senyumnya tiba-tiba mengembang saat teringat kebersamaannya dengan Darel di masa lalu. Keysa sekarang tahu bahwa Darel tidak salah apa-apa, mengingat bahwa yang salah disini sebenarnya adalah kakak kandungnya sendiri. Sebenarnya Keysa masih tak percaya bahwa Sherly berubah menjadi lebih baik dan mau mengalah darinya. Tetapi kenapa dulu Sherly ingin dia menjauhi Darel, huh? Sungguh Keysa masih tidak bisa paham akan hal itu.

"Eum, iya." Jawabnya.

Sontak Darel langsung terkejut. Dia kira Keysa akan menolaknya lagi, ternyata dia salah. Kenyataannya perkiraan Darel salah besar! Darel bersorak kegirangan dalam hati—sungguh rasanya sangat senang—akhirnya perjuangannya selama ini tak sia-sia. Darel teringat jelas saat Keysa menolaknya mentah-mentah waktu lalu. Tetapi tidak apa, bukankah sekarang mereka sudah balikan?

"Jadi kita ubah nama panggilan lagi ya? Jangan ada lo-gue lagi di antara kita, janji?" Darel mengulurkan jari kelingkingnya dan langsung di sambut hangat oleh Keysa.

"Janji!" Keysa menyahut semringah.

"Kamu tau nggak perbedaannya kamu dengan coffee?"

"Nggak. Emang bedanya apa, huh?" Keysa bertanya dengan wajah yang terlihat penasaran. Kepalanya agak sedikit dia miringkan.

Hal tersebut membuat Darel menjadi gemas sendiri. Muka polos Keysa itu sangat menggemaskan baginya, rasanya dia ingin mencubit kedua pipi Keysa sampai memerah. Ah, tetapi dia mengurungkan niatnya, karena dia tidak ingin Keysa mengaduh kesakitan karena ulahnya.

"Kalau coffee enak di minum, kalau kamu enak di peluk."

"Gombal!" Sahutnya seraya tertawa geli, kedua pipinya terlihat memerah seperti kepiting rebus.

"Nggak kok." Darel mengelak seraya tersenyum manis.

Keysa hanya berdeham pelan sebagai jawabannya.

"I love you putri macanku!" Katanya, sedetik kemudian Darel kembali memeluk Keysa dengan erat, dagunya dia taruh atas bahu kanan Keysa.

Keysa sontak langsung membalas pelukan hangat dari Darel, menyembunyikan wajah cantiknya di dada bidang milik Darel. Darah mereka kembali berdesir, ada sengatan aneh yang menjalar di tubuh mereka berdua.

"I love you too pangeran kelinciku!" Sahutnya seraya tersenyum manis.

Sedetik kemudian tawa keduannya pecah begitu saja. Rasanya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perut keduanya. Malam minggu ini adalah malam yang indah bagi keduanya, dimana malam ini menjadi saksi atas cinta mereka berdua. Sungguh keduanya masih tidak menyangka bahwa mereka bisa bersatu lagi. Dia kira kisah cintanya akan berakhir begitu saja tetapi tidak, nyatanya berdua kembali bersatu karena keduanya saling mencintai dan tidak bisa di pisahkan—meski sudah melewati berbagai masalah yang bertubi-tubi. Kini mereka berdua percaya bahwa cinta itu datang dengan sendirinya.

END

DAREL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang