Keysa tengah duduk mematung di kursi yang letaknya berada di depan meja rias milik kamar Sherly yang terlihat sangat besar—sangat berbeda dengan miliknya. Dia duduk membelakangi meja rias. Mungkin ukuran kamarnya hanya setengahnya saja dengan kamar milik Sherly. Di atas meja rias terdapat banyak alat make-up milik Sherly.
Dia tidak menatap ke kaca melainkan menatap lurus kedepan tepatnya menatap dua maid yang masih terlihat muda, keduanya mengenakan pakaian seragam yang serupa—warnanya putih dan ada hitamnya sedikit. Telapak tangan mereka berdua dia gunakan untuk membawa gaun pesta yang nanti akan Keysa kenakan. Di sampingnya ada Sherly yang tengah tersenyum tipis seraya memandangnya.
"Ini kamar sepi amat." Sherly mengeluh seraya terkekeh geli. Pasalnya sedari tadi Keysa diam terus saat bersama dirinya. Entahlah suasana sangat terasa canggung saat hanya mereka berdua saja yang berada di dalam kamar.
Sherly menggeleng-gelengkan kepalanya pelan dia sadar bahwa leluconnya tidak lucu sama sekali. Tetapi tidak apalah dari pada tidak ada yang berbicara lebih dulu?
Sherly sekarang mulai sadar bahwa Keysa—orangnya sangat baik dan sopan ke orang yang lebih tua. Mereka berdua berdandan terlebih dahulu sebelum bergabung kedalam pesta yang di adakan Jovanka—alias daddy mereka berdua.Sedetik kemudian Keysa tersenyum lebar, telapak tangannya terangkat untuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Keysa berfikir sejenak, perkataan Sherly tidak salah sama sekali, memang faktanya seperti itu, bukan? Keysa hanya sedang kehabisan topik pembicaraan saja. Apa lagi saat wajah tampan Darel selalu terbayang jelas di dalam pikirannya.
Oh no! Keysa semakin tidak bisa melupakan mantan kekasihnya. Dia juga masih berusaha untuk melupakan Darel dan mengikhlaskannya untuk Sherly yang juga memang mencintai Darel. Keysa tertawa kecil sebelum mulai berbicara. "Nggak tau lagi mau bicara apa, kak." Sahutnya seraya menyengir lucu.
"Eum, gue juga kehabisan topik pembicaraan, anjir." Sherly menyahut secara cemberut.
Sedangkan Keysa? Dia hanya tertawa kecil. Ah, kenapa dia lupa soal kejadian yang kemarin-kemarin lalu, huh? Keysa agak sedikit bingung dengan sikap Bianca. Entah kenapa Bianca musuh bebuyutannya dan Sherly berubah tidak seperti biasanya. Akhir-akhir ini dia tidak mengajaknya baku hantam seperti biasanya. Tetapi dia sekarang berubah menjadi baik. Entah itu kenyataannya atau hanya pura-pura saja. Dan jangan lupakan! Bianca juga akhir-akhir ini tidak mendekati para cowok apalagi mendekati mantan kekasihnya. Yang pasti Keysa tak tahu akan hal itu.
"Eh kak, lo tau nggak? Masa Bianca sekarang nggak kayak biasanya?"
Sedetik kemudian Sherly membulatkan kedua matanya, mulut mungilnya sedikit menganga. Sejujurnya dia hanya berpura-pura terkejut saja. Namun Sherly tertawa keras di dalam hati. Pasti Bianca takut kepadanya. "Hah? Yang bener?" Tanyanya dengan sedikit meninggikan suaranya.
Sherly tersenyum samar—rencananya berhasil untuk menjauhkan Bianca dari Darel. Karena Sherly sadar bahwa yang pantas bersanding dengan Darel hanyalah Keysa—adiknya bukan dirinya atau cewek lainnya. Sherly mengambil lipstick mahal miliknya yang berwarna pink cerah lalu dia memoleskannya di bibir mungilnya.
"Iya kak. Masa kak Sherly nggak percaya sih?" Keluhnya seraya mengerucutkan bibirnya lucu.
"Gue percaya kok. Ya kali gue nggak percaya sama adik kandung gue sendiri." Sherly menyahut seraya menaruh kembali lipstick miliknya itu di atas meja riasnya. Sedangkan Keysa? Dia hanya terkekeh geli. "Hubungan lo sama Darel baik-baik aja, kan?" Sherly bertanya memastikan.
Pasalnya akhir-akhir ini Keysa sangat sensitif saat mendengar nama Darel. Hatinya sedikit teriris, karena perjodohan konyol yang dia buat berujung membuat hubungan adiknya dan Darel jadi hancur. Rasanya dia ingin mati saja karena telah merusak hubungan orang lain. Kemarin, Sherly sudah bilang kepada daddy-nya agar membatalkan saja perjodohan konyol yang waktu itu dia rencanakan. Dia sudah berubah pikiran, dia tidak ingin terus-terusan membuat Darel tersiksa.
Tiba-tiba mimik muka Keysa berubah menjadi masam saat mendengar nama Darel seseorang yang dia cintai sekaligus dia benci. Sungguh dia muak setiap kali mendengar nama Darel. Entah kenapa setiap mendengar nama Darel, Keysa jadi naik pitam sendiri.
Baginya Darel adalah seorang cowok terbrengsek yang pernah dia temui. Cowok goodboy yang suka nyakitin para cewek, serta cowok berparas tampan yang sok care. Keysa menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Plis kak. Jangan ngomongin dia lagi ya? Gue udah muak kak." Pinta Keysa memelas.
"Eum, maaf."
"Gue mulai ya?" Tanya Sherly meminta izin terlebih dahulu kepada Keysa yang akan dia rias. Tadi, Jovanka sempat menawari mereka berdua untuk di rias di salon elit terkenal, tetapi mereka berdua kompak menolak. Sherly ingin merias wajahnya sendiri—maklum saja, bukankah Sherly sangat suka berdandan dan fashion kecantikan?
Mungkin Sherly setiap pergi ke mall untuk membeli baju yang tengah hits atau pergi ke salon kecantikan. Tetapi tidak dengan Keysa, Keysa sebenarnya tidak begitu suka berdandan—dia akan dandan jika ada acara saja, itupun dandanan Keysa sangat simple. Makanya Sherly berinisiatif untuk mendandani adiknya yang mempunyai paras cantik yang tak kalah darinya.
Keysa hanya mengangguk setuju seraya tersenyum tipis. Jujur saja, dia sudah tak sabar melihat hasilnya nanti.
Sherly dulu pernah bilang bahwa dia ingin punya adik perempuan dan ingin dia rias secantik mungkin, bukan? Ternyata impiannya sekarang bisa tercapai dengan mudahnya. Sherly tidak pernah berfikir bahwa dia mempunyai adik kandung perempuan—apalagi adik adalah mantan musuh bebuyutannya selama ini. Sungguh sangat tidak bisa di percaya. Tetapi apa boleh buat, memang faktanya seperti itu bukan. Sekarang nama Keysa berubah, yang semula Keysa Deolinda sekarang menjadi Keysa Deolinda Jovanka—dulu Linda sengaja membuang nama Jovanka, tetapi sekarang Jovanka dan Linda sudah kembali rujuk.
*
Jovanka tengah menyampaikan pidato sambutan di depan podium. Darel yang akhirnya datang ke pesta hanya berdiri bersandar di pilar, menjauh dari kerumunan yang ingin memberikan selamat karena sudah rujuk dengan istrinya yang dulu dan kembali bertemu dengan anak perempuan terakhirnya. Tamu-tamu undangan kian membanyak. Mereka semua berlalu lalang untuk sekedar menjabat tangan dan bersenang-senang ria. Di ujung sana terdapat seorang bertender yang selalu melayani para tamu dengan ramah.
Darel sebenarnya tidak ingin datang karena yang pasti di pesta yang kemungkinan besar memang ada Sherly. Tetapi alasannya untuk datang yaitu dia ingin bertemu dengan Keysa saja. Mata Darel menyipit, mimik mukanya tampak tidak bisa di artikan. Dia kembali menyapu pandang keseluruh isi ruangan. Berharap dia menemukan Keysa—sosok yang tengah dia cari sekarang ini. Bukannya menemukan Keysa, tetapi Darel menemukan seorang paruh baya yang masih terlihat tampan. Paruh baya itu akhir-akhir ini tengah dia jauhi—yaitu Arsenio papah kandungnya sendiri.
Darel menyeringai tajam. Tentu saja dia masih marah mengenai perjodohan dengan Sherly, gara-gara perjodohan konyol itu hubungannya dengan Keysa jadi hancur lebur. Farel muak, sungguh sangat muak. Rasanya dia jadi ingin pergi dan pulang. Tetapi Darel mengurungkan niatnya, dia tidak boleh gegabah lagi.
Darel melangkahkan kedua kakinya lebar untuk menuju meja bar yang di situ juga ada bartender cowok yang masih terlihat seumurannya. Dugaannya memang benar bahwa semua keluarganya di undang di pesta milik Jovanka. Mamahnya pun menghadiri acara itu, dia tengah berjalan berdampingan dengan papahnya. Namun Darel belum melihat batang hidung kembarannya sama sekali.
Darel kembali mengamati semua tamu yang berada di dalam pesta. Rata-rata mereka semua datang dengan pasangannya masing-masing. Darel tertawa miris. Harusnya dia tidak di undang di acara ini. Toh, dia tidak mempunyai pasangan bukan?
Darel duduk di kursi dan langsung memesan minuman wine. Aroma wine langsung menyeruak kedalam hidungnya—aroma itu adalah aroma cherry. Dia meraih wine miliknya lalu menyesapnya dengan pelan seraya memejamkan kedua matanya, menikmati rasa wine yang sedikit terasa aneh di lidahnya. Menurutnya rasanya seimbang, ada rasa asam, manis, dan sedikit pahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAREL (END)
Fiksi Remaja(NOVEL SUDAH TAMAT, BURUAN DIBACA SEBELUM MENYESAL AKHIRNYA.) ______________________________________________ ⚠️Spoiler⚠️ "Arghhh!" Keysa menjerit dengan suara yang terdengar bergetar. Darel melepaskan jas miliknya yang berwarna hitam, menyisakan kem...