•63•

107 17 0
                                    

Varo beranjak dari duduknya, saat dia ingin melangkahkan kakinya, tiba-tiba Keysa mencekal lengan kirinyanya. Varo menoleh ke belakang menatap wajah Keysa yang juga tengah menatapnya dengan wajah yang terlihat bertanya-tanya. "Kak Varo mau kemana, huh?"

Varo tersenyum tipis. "Gue mau ke kantin sebentar, mau beli makanan buat lo. Lo lapar kan?" Tanyanya balik.

Keysa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, memang pertanyaan Varo itu benar. Ah ralat, tepatnya sangat benar. Keysa berdeham pelan sebelum menjawab pertanyaan dari Varo. "Eum, iya kak. Tapi nggak usah lah kak, aku nggak mau ngrepotin kak Varo,"

Senyum Varo tidak pudar sama sekali. Varo menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Jujur saja, Varo sama sekali tidak merasa repot. "Tenang, Key. Gue nggak repot sama sekali kok, malahan gue seneng banget bisa di repotin lo."

Keysa membeo, matanya melebar, dan mulutnya sedikit menganga. Varo melepaskan tangan Keysa yang masih setia mencekal lengan kirinya. "Gue tinggal dulu sebentar ya? Lo di situ aja jangan kemana-mana."

Keysa menggigit pipi bagian dalamnya. Lalu dia mengangguk dengan canggung. Sungguh Keysa sangat tidak enak hati. Varo kembali melangkahkan kakinya yang sempat tertunda tadi. Sedangkan Keysa, dia masih memandang punggung Varo yang kian menjauh. Kenapa Keysa baru sadar bahwa baju seragam Varo tidak di masukan, huh?

"Kak!" Panggil Keysa sedikit berteriak.

Ujung sepatu Varo sudah menyentuh pintu UKS dan tangan kanannya sudah menyentuh knop pintu. Varo menolehkan wajahnya ke arah Keysa dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Dahinya kembali mengernyit karena bingung. "Apa lagi, Key?"

Ke dua bola mata Keysa tertuju pada baju seragam Varo. Tangan kanan Keysa terangkat—jari telunjuknya terarah pada baju Varo yang saat ini tidak di masukan. "Bajunya masukin kak, emangnya kak Varo mau di hukum?"

Varo hanya menyengir kuda, tangan kanannya menggantung di udara. Dia mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi. "Nggak mau, iya iya, nanti gue masukin. Makasih udah mau ngingetin, Key."

Keysa hanya mengangguk, dia menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan manis. Ya, senyumnya kembali mengembang. "Iya sama-sama kak." Sahutnya.

Varo hanya tersenyum saat mendengar respon dari Keysa. Tanpa mengucapkan sepatah katapun Varo langsung mengalihkan pandangannya dari Keysa, lalu dia membuka pintu UKS dengan pelan. Terdengar keras suara decitan dari pintu UKS—hal itu sama sekali tidak menganggu Keysa yang tengah kembali bermain ponselnya.

Nindhi buru-buru bersembunyi supaya tidak ketahuan oleh Varo, dia tidak mau jika Varo dan Keysa mengetahui aksinya yang sudah dia lakukan tadi. Bunyi sepatu yang beradu dengan lantai memenuhi gendang telinga Nindhi. Saat sudah tidak terdengar lagi, Nindhi langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Dia mengayunkan kakinya santai untuk masuk ke dalam ruang UKS. Tangan Nindhi terangkat untuk memegang knop pintu, lalu dia mendorong pelan membuat pintu kembali berdecit.

Sontak Keysa kaget saat mendengar decitan pintu UKS barusan. Pasalnya Varo tadi sudah keluar, lantas siapa yang mendorong pintu UKS, huh? Pikiran Keysa kembali berkelana, dia jadi ingat saat kejadian beberapa hari yang lalu, di mana Alletta mengerjainya. Keysa memejamkan ke dua matanya sejenak. Sangat mustahil jika yang mendorong pintu UKS itu adalah hantu.

"Dor!"

Keysa sudah tidak kaget sama sekali. Dia sudah tahu bahwa pemilik suara itu adalah sahabat baiknya. Keysa kembali menolehkan wajahnya ke arah pintu. Terlihat Nindhi sedang menyengir kuda, Keysa hanya memutar bola matanya malas.

Ah tunggu! Kenapa Nindhi kembali ke UKS lagi? Apakah Nindhi membolos saat jam pelajaran biologi?

"Kok lo balik lagi sih, Nin?" Keysa bertanya dengan raut wajah yang tak bisa di artikan.

Nindhi hanya tersenyum saat mendengar pertanyaan Keysa barusan. Dia kembali mengayunkan kakinya menuju ranjang UKS. "Lo ngusir gue?" Tanyanya balik. Setelahnya dia duduk di tepi ranjang. Pandangannya lurus ke depan. Memandang tembok UKS dengan tatapan kosong.

Keysa mencubit pelan lengan Nindhi sebelum menjawab pertanyaan Nindhi barusan. Kenapa Nindhi bisa berfikir seperti itu, huh?

"Gue nggak ngusir lo kok, gue cuman nanya Nindhi tomboy."

Nindhi diam mematung. Kenapa semua orang menyebutnya dengan sebutan tomboy? Nindhi akui jika dirinya itu tomboy. Lagi pula, Nindhi juga senang jika dirinya di sebut tomboy. Memang benar adanya, kan?

"Kelas kita lagi jam kosong, jadi gue milih balik lagi ke sini."

Keysa hanya mengangguk-anggukan kepalanya seraya ber-oh ria saja. Senyumnya mengembang. Dia lega sekarang, karena ulangan biologi tidak di adakan hari ini. Jujur saja, Keysa tidak siap jika harus ulangan hari ini, mengingat bahwa kondisinya saat ini sangat tidak memungkinkan jika harus ikut ulangan.

Nindhi menolehkan wajahnya ke arah Keysa, wajahnya berbinar. "Lo sama kak Varo cocok banget sumpah, Key! Gue nggak bohong deh."

Perkataan Nindhi barusan berhasil membuat Keysa tersedak ludahnya sendiri. Dirinya sama Varo cocok? Mungkin hanya cocok sebagai adik kandung?

"Cocok dari mananya coba?" Keysa bertanya tidak terima. Pasalnya, Keysa sudah menganggap Varo itu kakak kandungnya sendiri—tidak lebih, juga tidak kurang.

Nindhi terdiam sejenak, pikirannya kembali berkelana. Dia tersenyum ketika teringat dengan kejadian yang tadi. Dimana Varo mengacak-acak rambut Keysa dengan sayang, Varo perhatian banget sama Keysa, dan Varo pergi ke kantin hanya untuk sekedar membelikan Keysa makanan. Ah, sungguh sosweat sekali bagi Nindhi.

Keysa menghela nafasnya jengah. "Melamun mulu lo!" Tegurnya seraya menyenggol pelan lengan Nindhi.

Sontak, Nindhi tersentak kaget, tangan kanannya terangkat untuk mengelus-elus dadanya berulang kali untuk menetralkan kembali irama jantungnya yang tak beraturan karena ulah Keysa. Dia menolehkan wajahnya kembali ke arah Keysa, dia mengerucutkan bibirnya lucu.

Sedangkan Keysa, dia mengangkat telapak tangan kanannya tinggi-tinggi membentuk peace seraya menyengir kuda.

"Kak Varo kayaknya suka sama lo deh, Key." Tutur Nindhi samar.

Keysa terdiam mematung, dia tidak percaya dengan apa yang barusan Nindhi katakan. Tidak mungkin jika Varo menyukainya. Keysa sama sekali tidak ada rasa suka dengan Varo—kakak kelasnya. Tetapi kenapa Nindhi dengan mudahnya berkata seperti itu?

"Idih, boong banget lo, Nin." Keysa menyahut tidak percaya.

Kontan mata Nindhi melebar dan mulutnya sedikit menganga. Kenapa Keysa sama sekali tidak percaya kepadanya, huh? Nindhi menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Jangan bilang kalau Keysa dari kemarin-kemarin tidak mengetahui hal tersebut? Nindhi menggenggam jari-jemari Keysa. "Gue enggak bohong, Key." Elaknya.

Keysa hanya terkekeh pelan seraya melepaskan jari-jemarinya dari genggaman Nindhi. Tangan kanannya terangkat untuk menyentuh rambut Nindhi yang di kuncir kuda. "Bay the way... rambut lo kayak ekor kuda tau nggak?" Tanyanya, lalu dia tertawa pelan.

Nindhi tidak tertawa, melainkan dia menepuk jidatnya sendiri. Kenapa Keysa sangat suka mengalihkan pembicaraan, huh?

"Nggak usah ngalihin pembicaraan Key."

Sontak Keysa langsung terdiam saat mendengar perkataan Nindhi barusan. Dia sudah tahu jika saat ini Nindhi memang tidak lagi bercanda. Apakah benar bahwa Varo suka kepada Keysa? Ah, entahlah. Keysa pun tidak tahu itu.

"Gue serius, Key."

"Iya. Gue tau, Nin."

"Lo juga suka sama kak Varo, kan?" Nindhi kembali bertanya.

Pertanyaan Nindhi barusan membuat Keysa menundukan kepalanya, dia meremas roknya dengan gusar, dia juga menggigit pipi bagian dalamnya karena gugup. Keysa kembali mendongak menatap wajah Nindhi yang juga sedang menatapnya dengan raut wajah bertanya-tanya. Kali ini, Keysa menggigit pelan bibir bagian bawahnya lalu dia menggeleng pelan. "Gue enggak suka kak Varo, Nin. Gue hanya suka sama dia."

Nindhi membeo. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Dia sedang heran dengan Keysa. Kenapa Keysa tidak suka dengan Varo? Bukankah Varo adalah salah satu most wanted di sekolahnya? Varo juga mempunyai paras tampan, dia juga tajir melintir, jago basket, dan juga jago balapan, lantas kenapa Keysa tidak menyukainya, huh?

DAREL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang