•31•

139 22 0
                                    

Darel: Gue setia, Key. Beda sm kembaran gue.


Keysa: nggak percaya gue.

Mata Darel seketika menyipit saat membaca chat Keysa barusan. Kenapa Keysa begitu tidak mempercayainya? Apakah dia harus membuktikannya terlebih dahulu—supaya Keysa bisa percaya dengannya?

Darel: Key, besok minggu lo sibuk nggak?


Keysa: Nggak sih, emangnya kenapa?

Darel: Gue ajak jalan mau?


Keysa: Ogah, ah. Gue kagak mau jalan sm cowok yg udah punya pacar.

Darel memicingkan matanya. Apa Keysa barusan tengah memberinya kode. Ah, Darel tidak ingin ge-er dulu.

Darel: Lo masih inget saat kita pertama kali ketemu? Gue mau maafin lo. Tp ada syaratnya. Gue ngajak lo jalan besok karena gue mau ngasih tau apa syaratnya, Key.

Tiga puluh detik kemudian ponsel Darel kembali bergetar.

Keysa: Emangnya bilang dichat aja ga bisa, ya?

Darel: Ga bisa.


Keysa: Ya udah deh, gue mau.

Kedua sudut bibir Darel terangkat, dia tersenyum. Tentu saja dia sangat bahagia saat membaca chat dari Keysa itu.

^^^Darel: Nah gitu dong. Gue besok jemput lo ya? Lo tinggal sharelook aja. See you Key.^^^


Read.

Darel tertawa lebar saat chatingan dengan Keysa yang menurutnya lucu, atau bahkan sangat lucu?

Hati Darel seketika kembali menghangat, chatingan dengan Keysa sudah mampu membuat mood-nya yang tadinya rusak karena insiden tadi. Alhasil sekarang mood Darel menjadi bagus kembali, walaupun Keysa merespon chat-nya dengan sedikit marah? ngegas? atau bahkan sedikit dingin? Tetapi Keysa bisa mampu membuat Darel tertawa lebar.

*

Varo menggeram marah, dia mengertakan giginya, kedua telapak tangannya mengepal, tanda dia sudah siap melayangkan pukulan bertubi-tubi diwajah Darel. Varo melirik sekilas jam tangan berwarna hitam pekat yang membingkai indah pergelangan tangan kanannya. Varo sudah menunggu lebih dari tiga menit yang lalu. Tetapi pintunya tidak kunjung terbuka. Jujur saja, tangan kanan Varo sudah gatal, dia ingin melampiaskan amarahnya kepada Darel.

David yang sedang duduk diatas kasur king size-nya seraya asyik bermain ponselnya pun seketika menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Siapa lagi yang datang kerumah gue sore-sore begini, huh?" tanyanya kesal.

David membuang ponselnya diatas kasur king size-nya itu. Dia menurunkan kedua kakinya dilantai, sebelum dia bergegas menuju pintu depan—dia terlebih dulu mengedepankan poninya untuk menutupi dahinya, diambilnya masker berwarna hitam yang terletak diatas nakas miliknya. Dia memakai masker hanya untuk berjaga-jaga saja, siapa tau yang datang adalah fans ceweknya maupun fansnya Darel.

Capek gue, perasaan gue mulu yang bukain pintu. Batinnya.

David melangkahkan kakinya menuju pintu depan seraya menggunakan masker hitam. Dia membuka pinta depan. Betapa terkejutnya saat melihat cowok tampan yang tidak kalah tampan dengannya sedang berdiri tepat didepan pintu rumahnya. David mengernyitkan dahinya, pasalnya dia tidak kenal dengan cowok yang diketahui bernama Varo.

Varo menyeringai tajam saat melihat David yang Varo kira itu Darel yang kini sudah berdiri didepan matanya. Tanpa pikir panjang, Varo langsung membogem wajah David yang tertutupi masker hitam dengan pukulan yang begitu keras.

DAREL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang