Darel menarik tangan kanannya yang kekar dan memberikan Keysa kebebasan. Sekarang Keysa bisa bernafas lega, Keysa sekarang bisa berdiri tegak lagi tidak seperti tadi yang menunduk sejak Darel mengapit lehernya dari tempat pembelanjaan tadi.
"Kamu tunggu disini dulu ya, Keysayang? Aku mau nuker uang dulu. Ingat! Jangan kemana-mana."
Keysa menyilangkan ke dua tangannya didepan dada, dia mengangguk pelan sebagai responnya, bibirnya masih cemberut karena ulah Darel tadi.
Keysa memandang punggung Darel yang kian menghilang, dia menoleh ke samping—melihat cowok asing yang sedang bermain claw machine atau mesin capit boneka, sesekali dia menggerutu sebal karena kesusahan mencapit boneka itu. Keysa yang melihat itupun langsung tertawa dalam hati.
Sepuluh detik kemudian, Darel datang seraya menggenggam sepuluh koin. Dia tersenyum kearah Keysa. "Keysayang, mau main apa?"
Senyum Keysa lantas mengembang lalu dia menunjuk mesin capit boneka dengan segera. Darel refleks menoleh kearah yang tadi sempat ditunjuk oleh Keysa barusan. Darel mengangguk menyetujuinya. Keysa bersorak gembira, dia meraih lengan kekar milik Darel, keduanya pun berjalan beriringan untuk mendekat kearah mesin capit boneka.
Darel menyodorkan lima koin miliknya untuk Keysa, dengan senang hati Keysa menerimanya. Keysa rasanya ingin menangis saja ketika dua koin sudah lenyap—namun dia belum dapat boneka sama sekali, satupun dia belum dapat.
Darel hanya tersenyum saat mendengar celotehan yang terlontar dari mulut mungil Keysa, sungguh sangat menggemaskan.
"Tau ah, aku sebel sama mesin capit boneka!" Keysa mengomel.
Darel mengacak-acak rambut Keysa dengan sayang. "Sabar ya Keysayang, biar aku yang coba."
Keysa mengangguk setuju. Darel lantas memasukan koinnya lalu dia berusaha mencapit boneka tetapi tidak berhasil. Darel tidak pantang menyerah, untuk yang kedua kalinya dia kembali memasukan koin dan mencoba mencapit boneka lagi.
"Yeay, Darel dapat!" Teriak Keysa heboh saat melihat Darel berhasil mendapatkan boneka macan putih yang terlihat lucu dimatanya.
Darel tersenyum lalu menyodorkan boneka berwarna putih yang kini menjadi miliknya. "Ini buat kamu putri macan. Soalnya dia kelihatan galak kayak kamu."
Keysa mengerucutkan bibirnya lucu, tangannya terulur untuk menerima boneka dari usaha Darel.
*
Aletta saat ini tengah mengenakan tank top yang dipadukan dengan celana jeans pendek. Dia sedang duduk di sofa berwarna navy yang terletak di balkon kamar milik Keysa—saudara perempuannya. Aletta sendiri dia tengah asyik bermain game di layar ponselnya. Sesekali dia mendongakan wajahnya untuk memandangi langit sore yang sangat indahnya. Warna biru perlahan berubah menjadi kuning, oranye, hingga kemerahan—yang bernama senja.
Alletta sangat fokus bermain game, tentu saja dia tidak ingin kalah. Alletta paling benci dengan yang namanya kekalahan. Jari-jari lentiknya terus bergerak. Menekan-nekan layar ponsel. Baginya semua butuh perjuangan, tiada hari selain berjuang. Bermain game adalah salah satu hobbynya, entah kenapa dia sangat suka bermain game dari pada membaca buku ataupun menulis—seperti cewek lain pada umumnya.
Alletta mengertakan giginya kesal, kenapa dia harus kalah?
"Nob semua anjir! Gue doang yang jago." kesalnya.
Alletta menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga yang terjuntai menutupi sebagian wajahnya karena dia tadi sempat menunduk.
Puluhan pakaian yang berserakan diatad kasur queen size milik Keysa—sudah dia bereskan satu jam lalu. Jadi Alletta tidak perlu khawatir lagi jika nantinya Keysa sudah pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAREL (END)
Teen Fiction(NOVEL SUDAH TAMAT, BURUAN DIBACA SEBELUM MENYESAL AKHIRNYA.) ______________________________________________ ⚠️Spoiler⚠️ "Arghhh!" Keysa menjerit dengan suara yang terdengar bergetar. Darel melepaskan jas miliknya yang berwarna hitam, menyisakan kem...