LAST CLUE

3.5K 141 2
                                    

Aiy turun dari motor ojek daringnya. Setelah membayar, Aiy menyerahkan helm yang dikenakannya selama dalam perjalanan menuju rumah.

Saat Aiy akan membuka gerbang, keningnya kembali berkerut. Matanya menyipit. Ada gulungan origami yang sama dengan warna putih tergantung manis di gerbangnya. Sebuah senyuman penuh arti tercetak di bibirnya. “Jadi ini maksud pesan lo tadi.”

Gadis itu segera mengambil surat itu dan membuka gerbang rumahnya. Aiy ingin sekali cepat mencapai kamarnya. Maka dari itu, Aiy sedikit berlari menuju rumahnya yang mewah bak istana.

Aiy masuk begitu saja. Dirumahnya sedang tak ada orang. Sepi. Kedua kakak kembarnya sedang di kantor. Jadi dia sendiri bersama ART mereka, Bik Nani. Aiy segera berlari menuju kamarnya. Tapi tiba-tiba,

“Aduh!” pekiknya. Aiy terjatuh akibat tersandung kakinya sendiri. “Duh, sakit,” ringisnya. Aiy memijat pelan kakinya yang terasa nyeri.

Setelah agak mendingan, Aiy kembali melanjutkan langkahnya. Dia segera menaiki tangga dengan perlahan walalupun kakinya masih terasa sedikit nyeri. “Nggak apa-apa. Teka-teki lebih memusingkan dari pada kaki nyeri.”

Sesampainya dikamar, Aiy segera meletakkan tasnya begitu saja di atas meja belajar. Sepatunya bahkan belum dibuka. Seragamnya pun masih menempel di tubuhnya. Aiy tak peduli. Dia segera membuka gulungan origami selanjutnya.

This is last. I hope you can guess it.

Awalnya,
Dia, Aku, Nalar, Angan, Usai.
Perasaan akan kembali tenang.

Temui gue jam 7 malam. Jika telat, maka semua batal. Good luck.

“Maksudnya apaan ini?”

*****

Sudah berkali-kali Aiy melirik jam dindingnya. Sekarang jarum itu sudah menunjukkan pukul 17:50. Dia hanya mempunyai waktu sekitar 1 jam 10 menit lagi. Tapi Aiy belum juga menemukan jawabannya.

“Apa, ya, arti dari teka-teka ini. Kok gue bingung.”

Aiy kembali mondar-mandir di kamarnya, memikirkan jawaban yang tepat. Namun tetap saja tidak ketemu. Aiy mendengar suara mobil kakaknya di halaman. Aiy melirik dari jendela kamarnya. Kakak kembarnya sudah pulang.

Aiy buru-buru menghampiri mereka sambil membawa origami itu di tangannya. Siapa tau otak pintar kakaknya bisa menjawab teka-teki ini. Soalnya otaknya belum se-pro itu dalam menyelesaikan teka-teki. Mungkin dia harus banyak belajar dari Arsha.

"KAK SEANNN! KAK SENAAA!” teriak Aiy sambil menunggu kakaknya ditangga.

Keduanya yang baru memasuki rumah langsung menutup telinga mereka dan memandang tajam pada si pembuat keributan.

“Apa, sih, Ay? Kalo ngomong gak usah bawa-bawa toa. Berisik!” omel Sena.

"Lo kenapa, sih, teriak-teriak kayak orang yang tinggal di hutan gitu,” heran Sean.

Aiy tersenyum. Dia melangkahkan kakinya menuju ke dua kakaknya yang kini tengah berleha-leha di sofa empuk mereka. Aiy langsung menyodorkan origami putih kepada mereka berdua.

Sean dan Sena bingung dengan yang dilakukan Aiy. “Apa itu, Ay? Tagihan uang sekolah? Bukannya gue selalu bayar tepat waktu?” ujar Sena.

Aiy gemas sendiri melihat kakaknya. “Ih, bukan, Kak. Ini, tuh, teka-teki. Bantuin gue pecahin, dong. Sebelum telat, nih.”

Aiy duduk diantara kedua kakak kembarnya sambil menunjukkan puppy eyes miliknya untuk menggoda sang kakak kembar tercinta.

Sean mendelik. “Puppy eyes lo gak bakalan mempan sama gue. Mending lo simpen buat ntar-ntar siapa tau di perlukan,” tolak Sean.

Aiy memanyunkan bibirnya. Sementara Sena sudah tertawa puas di samping kiri Aiy. “Savage," ledek Sena.

“Diem lo, Kak. Gue gak ngomong sama lo. Jadi, tolong diem, ya,” pinta Aiy dengan wajah kesal.

“Lo gak mau gue tolongin? Ya udah. Gue gak mau nolongin lo. Bye.” Sena mengambil tasnya di atas meja lalu pergi ke kamarnya.

Aiy mendecih. “Cih, siapa juga yang butuh bantuan lo.”

Aiy kembali memandang pada Sean yang tengah menengadahkan kepalanya ke atas dengan mata terpejam. Aiy memeluk kakaknya sambil merayu. “Kak Yan ... Lo mau, kan, bantu gue. Ya ... ya ... ya ...," bujuk Aiy.

"Bantu apa, sih, Ay?” tanya Sean dengan nada yang menyiratkan kelelahan.

"Pecahin teka-teki ini, Kak.” Aiy menyodorkan kertas di tangannya pada Sean.

Sean membuka matanya dan menerima kertas yang diberikan Aiy lalu membacanya. Keningnya berkerut menandakan bahwa dia sedikit bingung. Namun kerutan bingung itu berganti dengan cepat menjadi senyum miring.

"Dari siapa?”

“Arsha, Kak."

“Dia yang buat teka-teki ini?”

Aiy mengangkat kedua bahunya. “Maybe. Why? What’s wrong?”

“Teka-teki mudah gini, lo gak bisa jawab?”

Perkataan Sean membuat Aiy melongo. “Mudah? Gue udah mikir berjam-jam gak nemu juga. Kok lo bisa sih, Kak?” bingung Aiy.

Sean menyentil pelan kening Aiy. “Bisalah. Jawabannya danau," kata Sean memberitau.

“Danau?” Aiy mencoba berpikir sebentar. Danau? Oh iya gue tau.

Aiy dengan cepat merampas kertas dari tangan kakaknya. Setelahnya, Aiy mengecup singkat pipi kanan Sean. “Thank’s Kak. Gue pergi dulu. Bye.”

Aiy dengan cepat berlari menuju kamarnya. Sudah tak ada waktu. Ini sudah jam 6 lewat. Yang artinya, dia tak punya waktu lama untuk bersiap-siap. Semuanya harus express. Sementara Sean tersenyum melihat adiknya sendiri. “Masih aja manja.”

🌿🌿🌿🌿🌿

Hai lagi ....

Anyway ini harusnya lanjutan part sebelumnya tapi karena kepanjangan jadi ada part tersendirinya. Part ini nggak panjang kok. Part sebelumnya hampir 3000 kata. Tapi yang ini 1000 kata aja gak ada. Singkat part ini.

Terimakasih buat yang sudah baca. Jangan lupa vote, comment and share.

Bubay❤️

AIYARSHA #AlisonSeries1[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang