DATING

3.1K 127 1
                                    

Aiy terus menerus melihat ke arah pergelangan tangannya. Sudah jam 19:05  tapi gadis itu belum sampai juga. Dia terjebak macet.

Tadi saat memilih busana, pilihan Aiy jatuh pada dress hitam selutut dengan aksen putih di pinggangnya dan juga pita kecil berwarna krem di belakangnya. Sepatu pancus hitam dengan pita putih juga sling bag berwarna senada. Aiy bukan termasuk orang yang mau memakai banyak warna di tubuhnya. Senada lebih baik. Juga tak lupa memakai make-up tipis yang semakin mempermanis penampilannya. Sedangkan rambutnya di biarkan tergerai begitu saja.

Tapi sekarang tatanan itu terlihat sedikit berantakan. Rambutnya tidak begitu rapi. Sedari tadi Aiy terus saja mengacak-ngacak rambutnya karena bingung. Belum juga ponsel Arsha yang tidak aktif ketika di telpon, membuatnya mempunyai asumsi-asumsi pribadi.

Marah, kali, ya, sama gue. Kayanya dia mikir gue gak bakal dateng.

B

erpikiran seperti itu membuat Aiy tak sadar jika dirinya sudah tiba. Sehingga supirnya pun harus membangunkan Aiy terlebih dahulu dari pikirannya dan menariknya ke kenyataan. “Non, sudah sampai.”

Aiy tersadar. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali dan melihat ke sekeliling. Benar, dia sudah sampai. Aiy melirik jam tangannya.

“Astaga, tengah delapan.” Aiy buru-buru keluar dari mobilnya sambil memperbaiki rambutnya yang sedikit acak-acakan.

“Non, di tungguin, gak?” teriak supirnya.

"Nggak usah, Pak. Nanti Aiy pulang sendiri,” balas Aiy.

Saat sampai ditujuannya, Aiy benar-benar di buat pangling. Semuanya terlihat sangat cantik dan indah. Ada beberapa lampu tumblr berwarna kuning remang-remang yang menghiasi setiap pohon. Lalu di sekitar danau dihias dengan indah dan dipinggir danau terdapat meja bulat dengan taplak meja putih dan 2 kursi yang dihias dengan kain tille yang dibentuk menjadi pita juga lilin yang belum menyala. Senyumnya merekah.

Lalu yang lebih mengejutkan. Saat Aiy melihat ke atas, sudah terdapat dua buah rumah pohon yang dihias dengan indah. Satu bercat coklat yang Aiy ketahui punya Arsha, dan yang satu bercat putih yang Aiy tak tau itu punya siapa. “Terakhir gue dateng, rumah pohonnya hanya satu. Kok sekarang dua?”

“Akhirnya lo dateng juga. Gue kira lo gak bakal dateng.”

Sebuah suara menginterupsinya dari belakang. Aiy membalikkan badannya dan menemukan Arsha tengah berdiri di belakangnya sambil tersenyum dengan setelan jas hitam dan celana senada juga kemeja putih yang kancing atasnya terbuka dua, menampakkan sedikit dadanya.

Oke. Untuk sesaat Aiy lupa bagaimana caranya bernapas. Dengan rambut yang dibiarkan acak-acakan seperti itu, munafik kalo Aiy bilang dirinya tidak terpesona. Malam ini Arsha terlihat sangat luar biasa.

Aiy menarik dirinya kembali pada kenyataan. Dia melihat Arsha berjalan mendekatinya. Dengan cepat, Aiy memberikan sugesti pada jantungnya untuk tidak bereaksi apapun. Tapi sepertinya itu tak berhasil. Karena ketika aroma maple Arsha menyeruak menyapa indra penciumannya, jantung itu kembali berdetak dengan cepat. Aiy tak mengerti kenapa jantungnya tidak menuruti perkataannya.

“Terpesona, Aiy?” tanya Arsha begitu sudah sampai tepat di hadapannya.

"Se--sedikit,” katanya ragu. Sebenarnya enggak sedikit. Tapi sangat. Gue sangat terpesona.

Arsha terkekeh. Dia mengulurkan telapak tangannya ke depan wajah Aiy, menunggu gadis itu meletakkan telapak tangannya diatasnya. Walau gugup, tapi Aiy tetap menerimanya. Arsha membawa Aiy ke meja di depan mereka seperti seorang pangeran membawa sang putri berjalan. Lalu melepaskan tangan Aiy dan menarik kursi untuk gadis itu duduki.

AIYARSHA #AlisonSeries1[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang