Mobil Aiy sampai di pekarangan rumah mewahnya. Pintu dibukakan oleh para bodyguard keluarganya. Ada 4 orang bodyguard lagi yang berjaga di depan pintu rumahnya.
"Papi benar-benar kelewatan. Bisa-bisanya rumah diubah jadi kayak penjara gini," gumam Aiy kesal.
"Selamat siang, Nona," sapa mereka.
Aiy tak menjawab. Dia langsung masuk ke dalam rumahnya dan berbagai macam maid datang menghampiri dirinya.
"Siang, Nona."
Oh my Godness. Aiy muak. Papi benar-benar mengembalikan semua orang-orang ini.
"Dimana Papi?" tanya Aiy ketus.
"Tuan besar ada di gazebo, Nona," jawab salah satunya sopan.
Aiy mencampakkan tasnya begitu saja ke lantai. Salah satu dari mereka memungut tas Aiy dan membawanya ke kamar nona muda mereka. Aiy berjalan menuju gazebo dengan menghentak-hentakkan kakinya, menunjukkan bahwa dia teramat kesal.
"Aiy. Sudah pulang, Sayang," sapa Ify yang berada di dapur.
Aiy tak menjawabnya, bahkan tak menoleh sedikit pun. Dia terus berjalan menuju gazebo di taman. "Putri kecilku pasti sangat kesal sekarang," gumam Ify.
Aiy melihat Papinya sedang duduk sambil memegang Ipad. Aiy semakin mempercepat langkahnya. Tatapannya benar-benar tajam. "Papi," panggil Aiy sedikit menyentak.
Dev mengalihkan tatapannya. Dia menurunkan kacamatanya. "Putri Papi sudah pulang. Gimana sekolah kamu? Apakah kedua kakak kembar kamu sudah mengurus mereka?" tanya Dev dengan senyum kecil.
Aiy tak menghiraukan pertanyaan Dev. "Papi, kenapa Papi panggil kembali mereka semua? Rumah ini udah kaya penjara buat Aiy, Pi," keluh Aiy. Napasnya memburu, menandakan dia sangat kesal.
Dev menurunkan senyumnya. Tatapannya berubah menjadi serius. "Papi sudah bilangkan semalam, kalau Papi akan mengembalikan mereka semua. Ini demi kenyamanan dan keamanan kamu, Aiy. Mengertilah."
"Apa? Kenyamanan? Aiy merasa rumah ini udah kaya penjara. Apa itu yang di bilang nyaman? Aiy nggak pernah nyaman tinggal di rumah yang hampir semuanya diisi oleh orang asing," bantah Aiy. "Pi, c'mon Aiy nggak mau kaya gini. Aiy bisa jaga diri Aiy sendiri."
"Nope. Papi sudah dengar semuanya, dan Papi sudah bisa menyimpulkan kalau kamu masih belum bisa menjaga diri."
"Pi tapi--"
Dev mengangkat tangannya ke udara untuk menghentikan ucapan putrinya. "Enough, Aiy. Tidak ada bantahan." Dev berdiri sambil menenteng ipadnya. Dia berjalan meninggalkan Aiy yang sudah mengeluarkan sumpah serapah.
"Terakhir kali kamu memilih sendiri jalan kamu, kamu hancur. Jadi sekarang, biarkan orang tua yang memilih. Orang tua tau yang terbaik buat anaknya," ujar Dev. Aiy tak menjawab. Aiy akui dia lalai dalam hal itu. Tapi itu bukan salahnya, kan? "Dan itu tidak akan terjadi, untuk yang kedua kalinya. Titik." Dev pergi meninggalkan Aiy yang sudah kesal setengah mampus.
"Iihhhh ..., ini hidup gue gini banget, sih. Semua serba diatur. Emangnya gue anak kecil, apa? Mau sampe kapan gue hidup kaya buronan gini." Aiy duduk di tempat Dev tadi. Dia menangis merenungi nasibnya.
"Ay," panggil seseorang.
Aiy menghapus air matanya dengan cepat. "Eh, lo, Sa. Baru pulang?"
Sasa mengangguk sambil tersenyum. "Iya."
Fyi, setelah Dev mengusir Sasa semalam, gadis itu memang akan pergi. Tapi Aiy menahannya. Aiy rasa ini bukan salah Sasa sepenuhnya. Banyak yang terkejut dan tak setuju dengan apa yang dilakukan Aiy. Namun pada akhirnya, Sasa tetap diperbolehkan untuk tinggal di rumahnya karena Ify juga memohon agar Sasa tetap tinggal. Itu mampu meluluhkan hati Dev. Kalau ada yang bisa merubah keputusan Dev, maka itu adalah Ify. Semuanya, terkecuali tentang rumah yang sudah di ubah menjadi penjara. Kalau soal itu, memang tidak akan ada lagi orang yang bisa menentang hal itu, termasuk Ify.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIYARSHA #AlisonSeries1[COMPLETED]
Fiksi Remaja#1sepatu (10 Februari 2020) #2tf #10loveable #6highschoolseries #31wattpadindonesia * * Cewek berparas cantik, berambut panjang, berkulit putih, membuatnya banyak disukai oleh semua cowok karena penampilannya yang bisa dibilang hampir...