BROKEN HEART

73 7 0
                                    

Aiy pulang dengan perasaan yang hancur. Perkataan Elina terngiang-ngiang di kepalanya.

Bagaimana sekarang? Apa Aiy memang benar-benar harus mengakhiri semuanya? Tapi Arsha sudah berjanji untuk tetap di sampingnya. Lalu kenapa jadi seperti ini?

“Kenapa takdir yang harus gue jalani menjadi sepahit ini? Apa ini pertanda kalau gue akan kehilangan untuk yang kedua kalinya?”

Aiy menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Aiy meredam isakannya agar tidak kedengaran hingga keluar kamar. Setelah Aiy rasa cukup, Aiy melepas sepatunya dan beranjak ke tempat tidur. Perasaannya sangat sakit sekali. Arsha telah membohonginya.

“Kenapa kamu lakukan itu ke aku?”

Ingin rasanya Aiy pergi dari dunia ini. Aiy merasa, Tuhan dan semesta tidak pernah memberikannya sesuatu yang indah. Seolah-olah semesta selalu saja memberikannya kenyataan pahit yang sangat sulit untuk diterimanya dan takdir mengharuskannya untuk melewatinya.

Tok ... tok … tok .…

Aiy mendengar suara pintu kamarnya diketuk. Aiy buru-buru menghapus air matanya dan membenahi dirinya. Dia tidak mau terlihat buruk di depan keluarganya.

“Masuk!" teriak Aiy dari dalam.

Pintu kamar Aiy terkuak menampakkan seorang gadis yang seumuran dengannya. Sasa. “Ada apa, Sa?”

Sasa mendekati Aiy yang sedang rebahan di kasurnya. “Lo habis nangis?”

Aiy menggeleng pelan. “Ng--nggak, kok.”

“Mata lo sembab, tau.” Sasa duduk di pinggir tempat tidur Aiy.

“Gue hanya kangen papi," elak Aiy.

Sasa mengelus pelan bahu Aiy. “Papi udah tenang, Ay. Jangan nangis lagi, ya.”

Aiy mengangguk. “Iya.” Aiy merubah posisinya menjadi duduk. “Ada apa kemari, Sa?”

“Oh, iya, lo nggak bantuin Kak Sena packing?” tanya Sasa.

Aiy mengerutkan keningnya. “Packing? Emang Kak Sena mau kemana?”

“Lo nggak tau, ya, kalau Kak Sena mau ke Sydney?”

“Sydney?” Aiy langsung bangkit dari kasurnya dan berlari kecil menuju kamar Sena.

Sesampainya di kamar Sena, Aiy langsung menerobos masuk begitu saja tanpa mengetuk terlebih dahulu. Terlihatlah Sena yang sedang sibuk dengan baju-bajunya dan beberapa barang-barangnya yang lain.

“Kak Sen, lo mau balik ke Sydney?” tanya Aiy.

Sena mengalihkan pandangannya dari kopernya. “Iya, Ay. Soalnya perusahaan kita di Sydney gak ada yang kelola.”

“Jadi lo menetap disana, Kak?”

“Sepertinya seperti begitu," jawab Sena.

“Emang disana nggak ada orang kepercayaan buat mengelola perusahaan disana?”

“Ada, sih. Tapi untuk beberapa urusan, gue harus mengurusnya sendiri untuk sementara waktu. Untuk beberapa tahun.”

“Gitu, ya?” Sena mengangguk sebagai jawaban.

Aiy berpikir sebentar. Aiy bergelut dengan sesuatu di pikirannya. Aiy ragu untuk mengungkapkannya. Takut tidak diperbolehkan.

“Ay, mok bengong? Lo kesini hanya untuk bertanya?”

Aiy menggelengkan kepalanya. “Nggak, Kak. Btw, kalau gue ikut ke Sydney, boleh nggak?”

Sena menghentikan aktivitasnya. Dia menatap Aiy. “Lo mau ke Sydney untuk liburan? Ya, nggak apa-apa, sih. Sekalian membantu lo untuk move-on dari papi. Ntar kalau udah mau dekat masuk sekolah, gue anter lo balik ke Jakarta.”

“Nggak, Kak. Gue ke Sydney bukan untuk liburan.”

“Terus?”

“Buat melanjutkan sekolah. Gue mau lanjut sekolah di Sydney.”

🌿🌿🌿🌿🌿

Elina menghempaskan tasnya di sofa. Senyum ceria terukir di bibirnya. “Hidup itu menyenangkan," racau Elina.

“Ya ampun, seneng banget gue waktu liat ekspresinya dia. Gue puasss! Pasti dia lagi nangis bombay, tuh, di rumahnya. Yeayyyy. Sebentar lagi, Arsha bakal balik sama gue. Duh, senengnya.”

Saat Elina sedang sibuk dengan kesenangannya, Risa datang dari dapur dengan membawa teh untuk keponakannya.. “Aduh-aduh, kayanya keponakan Tante yang satu ini lagi bahagia banget. Ada apa, nih?”

Risa meletakkan teh itu di atas meja dan duduk di samping Elina. Elina langsung menyambar teh itu.

“Kamu seneng banget kayanya. Kenapa, sih? Cerita-cerita, dong.”

Elina menatap Risa. “Nih, ya, Tante. Elina itu lagi seneng banget. Elina tadi ketemu sama pacarnya Arsha. Terus tadi Elina buat dia nangis nangis soalnya Elina kasih bukti kalau Arsha masih cinta sama Elina. Terus dia nangis, dan pulang. Kayanya hatinya hancur. Elina yakin, sebentar lagi hubungan mereka pasti selesai. Elinaaa seneng yeayyyyy.” Elina bersorak senang. Ini saat-saat yang dia tunggu.

“Kalau gitu, Tante bisa simpulin kalau kamu hancurin hubungan mereka? Gitu?” tanya Risa memastikan.

“Iya, Tante. Elina seneng banget pokoknya.”

“Tapi, Sayang, itu gak baik. Kamu nggak boleh kayak gitu. Kasihan pacarnya Arsha. Dia kan nggak salah apa-apa.”

Elina langsung menoleh pada Risa dengan cepat. Kilatan kemarahan terpancar di matanya. “Tante nggak tau apa-apa, ya. Jadi nggak usah ikut campur sama urusan Elina. Tugas Tante hanya mengurus Elina dan rumah. Itu saja. Jadi untuk urusan pribadi, tolong jangan ikut campur. Mengerti?"

Risa menunduk. “Tapi kan Tante ini adik dari mama kamu, Elina. Adik mbak Rose. Kamu tolong hargain Tante.”

Elina tersenyum sinis. “Tante itu disini karena permintaan mama. Kalau bukan karena Mama, Elina juga nggak bakal mau menampung Tante.”

🌿🌿🌿🌿🌿

Terimakasih sudah membaca, babay❤️

AIYARSHA #AlisonSeries1[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang